Pilihan dan takdir

6 1 0
                                    


" Milik Taehyung" bisik Taehyung di telinga Arin.

Arin mendorong Taehyung dengan kedua tangan. Membuat jarak diantara dirinya dan Taehyung. Perkataan Taehyung membuat Arin terkejut dan takut.  Arin baru saja bertemu Taehyung untuk pertama kalinya. Arin tidak mungkin bisa langsung menjadi milik Taehyung begitu saja.

" Kau gadis pemberani, Arin" Taehyung memuji keberanian Arin.

Baru kali ini, seorang Taehyung di tolak. Seorang gadis mendorongnya menjauh dan gadis itu adalah Arin. Ketika gadis lain rela menyerahkan diri mereka pada Taehyung, Arin malah sebaliknya. Arin menjauhi dirinya.

" B-bukan begitu, tuan terlalu dekat. Tangan saya bergerak sendiri" Arin mundur perlahan.

Arin membuat suasana menjadi semakin canggung. Berani sekali dirinya mendorong Taehyung menjauh. Arin menyesali perbuatannya tapi menyesal tidak akan merubah keadaanya. Arin harus bisa membuat suasana menjadi lebih bersahabat. Arin harus memberanikan diri dan menunjukkan pada Taehyung bahwa dirinya bukan gadis gampangan.

" Menurutku kita belum dekat. Kita bisa menjadi lebih dekat lagi" Taehyung berjalan menuju Arin.

Arin yang mendengar perkataan Taehyung merasa tidak nyaman. Arin segera membalikkan badanya dan pergi menuju pintu. Arin berhasil meraih gagang pintu. Ketika Arin berusaha membuka pintu, Taehyung segera menutup pintu.

" Kau tidak di ijinkan untuk keluar, Arin" bisik Taehyung tepat di belakang telinga Arin.

Hembusan napas Taehyung di telinga Arin semakin membuat Arin ketakutan. Taehyung membalikkan tubuh Arin agar menghadap pada dirinya. Arin memejamkan matanya. Arin tidak mau melihat Taehyung saat ini. Tiba-tiba, Arin merasa tubuhnya terangkat. Taehyung mengangkat tubuh Arin dan membawanya ke meja kerjanya.

" Turunkan aku" Arin meronta dan memukul pundak Taehyung.

Taehyung tidak menghiraukan permintaan Arin. Taehyung mendudukan Arin di atas meja kerjanya. Mengunci tubuh Arin dengan kedua tangannya. Kedua kakinya, dia gunakan untuk mengunci pergerakan kaki Arin. Arin takut, tubuhnya gemetar. Taehyung memandang Arin dalam diam. Memperhatikan setiap hal yang ada pada diri Arin.

" Apa kau takut padaku?" tanya Taehyung pada Arin.

Arin bingung bagaimana menjawab pertanyaan Taehyung. Arin hanya menunduk. Arin harus memberikan jawaban yang bagus agar hidupnya tenang.

" A-aku.....
Tuan memang sedikit menakutkan" Arin menjawab dengan jujur.

" Kau tahu, aku bisa lebih menakutkan jika kau terus memanggilku dengan sebutan tuan" Taehyung memperingati Arin agar berhenti memanggilnya dengan kata tuan.

" Tapi...." Arin menjawab dengan gugup.

" Tidak ada tapi-tapian, Arin. Kau harus memanggilku dengan namaku atau dengan sebutan "suamiku". Jadi, kau harus memilih" kata Taehyung.

Arin mengangkat kepalanya. Pandangannya bertemu dengan Taehyung. Taehyung menampilkan senyum tipis untuk Arin. Ketakutan yang di rasakan Arin mulai berkurang.

" Tae-hyung" Arin memanggil nama Taehyung dengan lirih.

Taehyung tersenyum. Arin harus mulai mengenal Taehyung. Memanggil nama Taehyung adalah salah satu pembukaannya.

" Bagus" Taehyung memuji Arin.

" Taehyung, bolehkah aku keluar?" Arin ingin segera keluar dari ruang kerja Taehyung.

Taehyung merasa cukup puas dengan yang dilakukan Arin. Taehyung menurunkan Arin dari meja. Memberikan Arin kebebasan untuk bergerak.

" Kau boleh keluar. Nanti aku akan menemuimu" Taehyung mengusap kepala Arin kemudian berjalan menuju kursi kerjaanya.

" Terima kasih" Arin senang Taehyung melepaskannya dengan mudah.

Arin segera pergi ke arah pintu. Sebelum keluar, Arin mengatakan sesuatu yang membuat Taehyung menjadi senang.

" Aku pergi, Tae. Jangan terlalu lelah bekerja" kata Arin sebelum menutup pintu.

Taehyung tersenyum mendengar Arin memanggil namanya dengan lebih akrab. Awal yang baik untuk hubungan mereka. Mengetahui nama masing-masing adalah sesuatu yang pentingkan.

Arin keluar dari ruang kerja Taehyung. Arin segera pergi dan mencari keberadaan Mia. Banyak hal yang ingin Arin tanyakan pada Mia. Mungkin akan lebih baik jika Arin bertanya pada Jungkook tapi apakah Jungkook akan dengan mudah memberitahu segala hal yang dia ketahui pada Arin. Arin ragu Jungkook akan menjawab semua pertanyaannya.

Dimana Mia?
Tanya Arin dalam hati

Ketika Arin sampai di ruang tamu, dia menemukan Mia dan Jungkook sedang berbincang. Mia terlihat menunduk ketakutan. Arin tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang di katakan oleh Jungkook karena Jungkook berbicara dengan nada pelan. Arin menghampiri Jungkook dan Mia.

" Mia, kau ada disini" kata Arin saat dirinya datang mendekat pada Jungkook dan Mia.

" Jungkook, kau juga disini" Arin memandang Jungkook.

" Ada apa, Nona?" tanya Jungkook pada Arin.

" Tidak ada apa-apa. Apakah kau sedang sibuk?" Arin berusaha mengalihkan perhatian Jungkook dari Mia.

" Tidak, Nona" Jungkook mefokuskan dirinya pada Arin.

" Aku butuh bantuanmu. Aku harap kau bisa sedikit menunggu. Aku ingin kau mengirimkan surat untuk ibu asuhku" Arin mengisyaratkan pada Mia untuk segera pergi.

Mia langsung pergi menjauh dari Jungkook dan Arin. Mia melirik sekilas dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Arin. Arin bingung, tatapan mata yang Mia lakukan di berikan untuk siapa, untuk Jungkook atau untuk dirinya.

" Dengan senang hati, Nona" Jungkook menyetujui permintaan Arin.

" Kalau begitu, tolong tunggu sebentar. Aku akan menulis suratnya" Arin bersiap menuju kamarnya untuk menulis surat.

" Dan ya....
Jungkook, jangan lupakan uang perjanjian kita. Kau harus memberikan uang itu juga" Arin berbalik dan berjalan pergi.

" Tentu, Nona" kata Jungkook.

Arin merasa sedikit kecewa karena tidak bisa menanyakan hal-hal tentang Taehyung pada Mia untuk sekarang ini. Melihat situasi Mia, Arin mengurungkan niatnya. Baginya saat ini lebih baik untuk mengabari keadaannya pada ibu asuhnya. Arin harus bisa meyakinkan ibu asuhnya untuk tidak khawatir. Arin berharap kata-kata sederhana dalam suratnya bisa membuat ibu asuhnya memahami situasi yang sedang dihadapinya. Arin menghampiri Jungkook dan menyerahkan surat yang sudah dia tulis.

" Tolong, ya" Arin memberikan surat pada Jungkook.

" Serahkan padaku, Nona. Semua akan beres" Jungkook menerima surat Arin  dengan senyum di wajahnya.

" Jungkook untuk uang yang akan kau berikan itu, kau tidak perlu berbicara apa-apa. Kau harus berpura-pura tidak mengetahui itu uang dari mana. Jika ibu asuhku masih bertanya kau bisa menjawab bila uang itu adalah gajiku, ya." Arin memberikan penjelasan pada Jungkook.

Arin  tidak mungkin memberitahukan bahwa uang itu adalah hasil dari menjual dirinya pada Taehyung. Ibu asuhnya akan sangat sedih. Walaupun panti asuhannya membutuhkan uang, pasti ibu asuhnya tidak akan mau menerimanya.

" Nona tenang saja. Aku bisa menjaga rahasia dengan baik" Jungkook meyakinkan Arin untuk percaya pada dirinya.

" Aku percaya padamu" Arin menghela napas lega.

Jungkook segera pergi menyelesaikan tugasnya. Arin memandang kepergian Jungkook dengan tatapan sendu. Arin melihat sekelilingnya. Tembok besar dan pagar kokoh yang sekarang ini menjadi pemandangannya.

Aku tidak akan menyesal pilihanku. Tidak akan
Batin Arin meyakinkan dirinya sendiri

"Ini pilihanmu dan kini menjadi takdirmu. Kau tidak akan bisa pergi dariku, walaupun kau sangat ingin pergi"  Taehyung memperhatikan Arin dari jendela ruang kerjanya.

Why must me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang