Bagian 4 : Kenangan Kelam

1K 184 46
                                    



"SAKIT!!!"

"AMPUN!!!"

"MAMA TOLONG!!!"

Tiffany terjaga, tubuhnya banjir keringat, napasnya memburu, matanya melihat sekeliling. Jisoo.. di mana putrinya?

Tiffany menyingkirkan selimut, ia berusaha turun dari kasur. Tetapi kedua kaki lumpuhnya menghambat, alhasil Tiffany terjerembab di lantai. Dia histeris hingga membuat suaminya cepat-cepat turun dari kasur.

"Sayang, ada apa?" Tiffany tak menjawab, ia terus berusaha meraih kursi rodanya. "Sayang.." Taeyeon menyentuh Tiffany.

"Jisoo!" Tiffany menyingkirkan tangan Taeyeon dan merayap. Tak tega, Taeyeon mengangkat tubuh istrinya hati-hati, lalu mendudukkannya di kursi roda. Tiffany masih terlihat kacau. "Anak aku, anak aku. Anak aku, badannya di cabik-cabik! Badannya di potong-potong! Dia teriak manggil aku! Dia minta tolong!D-dia butuh aku,,"

"Sayang.."

Mata Tiffany bergerak liar, "Jisoo, Jisoo butuh aku, Jisoo minta tolong sama aku, Tae, Jisoo---"

"Sayang, Jisoo sudah pulang." Taeyeon menangkup kedua pipi istrinya, memaksa Tiffany untuk balas melihatnya. "Jisoo sudah kembali pada kita, oke?"

"Jisoo.. pulang?"

Taeyeon mengangguk cepat, dia tersenyum sakit sambil mengelus pipi istrinya pelan. Berusaha menenangkan Tiffany dari trauma yang membelenggunya. Tidak, ini juga salah satu momen terpahit yang pernah Taeyeon alami dalam hidupnya.

Tidak akan memaafkan. Perbuatan anak-anak itu memang tidak termaafkan.

"Jisoo kita sudah pulang." Taeyeon menelan ludah. Matanya berembun saat tangisan Tiffany semakin keras. "Kita berdua yang jemput kesana, inget?"

Tiffany mengingatnya. Ya, Dia dan taeyeon yang menjemput Jisoo pulang.

Tiffany masih terlihat gelisah, dia menggigiti ibu jarinya sampai berdarah. Taeyeon menarik tangan istrinya, menggenggamnya erat.

"Jennie ada di pihak kita sekarang." Taeyeon mengingatkan. "Dia janji bakalan ngasih Jisoo kita keabadian."

Tiffany mengangguk cepat, "Aku mau lihat Jisoo."

Taeyeon mengerti, Tiffany tak akan tenang sebelum melihat Jisoo dengan mata kepalanya sendiri. Ia berdiri, mendorong kursi roda istrinya menuju kamar putri mereka. Sesekali melirik kaki istrinya yang lumpuh kurang lebih sejak lima bulan yang lalu.

Taeyeon sudah kehilangan banyak hal.

Putrinya, imannya, dan kaki dari wanita yang ia cintai sepenuh hati.

Karena itu, sebagai kepala keluarga, sebagai sosok yang merasa sudah gagal melindungi keluarga kecil bahagaianya, dia akan melakukan apapaun untuk membalas perbuatan anak-anak itu.

Cengkraman Taeyeon makin kuat. Dirinya sudah dibutakan oleh dendam.

Tepat di depan pintu kamar Jisoo, sebelum sempat mengetuk, pintu terbuka perlahan.

Taeyeon mendorong kursi roda istrinya masuk, Tiffany menutup mulut dengan kedua tangan saat isak tangisnya nyaris lolos, dia tidak mau mengganggu Jisoo yang sedang tertidur. Kursi rodanya berhenti satu jengkal di samping kasur. Tangan Tiffany terulur, membelai pipi Jisoo pelan.

Tiffany menoleh pada Taeyeon, dia tersenyum lebar, "Anak kita masih hidup."

"Jisoo baik-baik aja." Taeyeon mengangguk. Ia melihat Jennie yang duduk di samping Jisoo, tersenyum manis.

WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang