Prolog

2.2K 244 26
                                    





"Jisoo.. Kamu dimana?" Tanya Soojoo panik. Ia dan teman-teman sekelasnya tengah berkumpul di sudut ruangan yang minim cahaya. Keadaan mereka tak baik-baik saja. 

"Aku dirumah.." Jawab Jisoo lemas. 

Soojoo semakin merapatkan ponsel ke telinganya, tubuhnya menggigil. "Kami tidak bisa keluar dari sini."

"Kenapa tidak bisa? Kalian kehilangan kuncinya?"

"Bukan.. Villa ini.. ada penunggunya," Jawab Soojoo gemetar. "Dia dipanggil satan."

"Satan?!" Jisoo panik. Ia khawatir dengan kondisi pacar dan teman-temannya. "Sojoo, kamu dan yang lain harus keluar dari sana. satan itu mitosnya salah satu ras iblis yang paling kuat. Kamu tahu rasnya?"

Soojoo diam sejenak, "Ka-katanya, Jikininki."

"Jikininki?" Jisoo membeo, "Soojoo! Kalian harus keluar secepatnya dari sana! Jikininki adalah salah satu iblis pemakan manusia!"

Soojoo mengerang, "Kami tidak bisa keluar, Jisoo! Kami sudah dikurung!"

"Te-terus, harus gimana?" 

"Jisoo, kamu bisa datang kesini, kan?" Tanya Soojoo yang terdengar memaksa. "Kamu indigo, kan? Katanya, kalau kami punya satu orang indigo, dia mau ngelepasin kami semua."

"I-iya." Jisoo mengangguk mengerti. "Aku akan kesana." Jisoo bangkit walau sedikit terhuyung. Kondisinya sedang tak stabil, tetapi ia memaksakan dirinya. Jisoo mengambil voucher dimeja, disana terdapat alamat dimana teman-temannya berada. 

"Aku harus kesana sebelum terlambat."










Tidak sampai dua jam, pukul empat pagi Jisoo sampai didepan Villa. Ia keluar dari mobil lalu membuka pagar. Jisoo melihat Villa besar yang sudah seperti hotel mewah, dengan halaman luas dan dikelilingi pinus menjulang tinggi.

Semua lampu dibiarkan menyala. Namun.. atmosfernya terasa berat. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Jisoo merasa begitu ketakutan.

Jisoo berlari hingga sampai didepan pintu villa, lalu mendorong pintu hingga terbuka,  dia melihat ruangan yang luas seperti lobi. Karpet merah menghias sepanjang pintu hingga ke tangga. Jisoo menelan ludah,  tubuhnya masih lemah. Tapi ia tidak bisa membiarkan Soojoo mati. Ia juga harus menyelamatkan semua teman-temannya. Mereka sedang terancam.

"Soojoo!" Jisoo memasuki ruangan lebih dalam. Dia tersentak mendengar geraman menggema. Jisoo menatap takut sekelilingnya sambil menahan tangis. Jisoo melangkah lebih jauh. "Miyeon! Soojoo!" 

Namun sebanyak apapun Jisoo memanggil, tidak ada sahutan. Jisoo menaiki tangga dengan hati-hati.  Sesekali Jisoo berhenti, menoleh kebelakang ketika mendengar langkah kaki. Tubuhnya banjir keringat, Jisoo memeluk dirinya sendiri, lalu menaiki anak tangga lagi.

"Soojoo!" Jisoo memanggil lebih keras. Kini ia telah sampai di puncak tangga, menyusuri lorong yang panjang. 

Entah sudah berapa lama ia berjalan. Keadaan disini sangat sunyi. Yang bisa ia dengar hanyalah degupan jantung, suara nafas, dan langkah kakinya. "Kalian dimana?!"

"Jisoo!"

Jisoo mengenali suara itu. Ia menoleh, suara Soojoo berasal dari lorong sebelah kanannya. Jisoo setengah berlari, ia terjatuh tersandung kakinya sendiri. Kepalanya semakin berat, tapi ia harus segera menemui Soojoo.

Jisoo bangkit kemudian berlari lagi dan sampai didepan sebuah pintu.

"Soojoo?"

"Jisoo!"

WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang