Bagian 5 : Mencari Lawan

998 189 8
                                    

Aduh, lumutan sudah.

::

Jennie mendengarkan penjelasan guru dengan saksama. Ia menunduk, melihat telapak tangannya yang terbuka. Satu bola mata keluar dari sana, bergerak-gerak, membuat Jennie mengulas senyum kecil. Jennie menoleh ke kanan, di bangku paling ujung ada Yeonjin dan Nayeon yang saling bertukar pesan.

Jadi… mereka mulai melawan?

Sepertinya diantara semua orang, hanya dua orang itu yang sudah sadar kalau ada perbedaan yang cukup kentara pada sosok Hyunjin. Hyunjin yang ekstrovert, dalam satu hari berubah menjadi sosok yang anti-sosial, jarang bicara, hanya datang begitu bel masuk berbunyi dan pulang setelah jam pelajaran berakhir.

Jennie memang sengaja melakukannya. Ia ingin memberi kecemasan untuk para calon korbannya sebelum akhirnya memakan mereka semua. Ia tak suka memakan manusia yang tidak menaruh takut padanya.

Hm.. sepertinya, Jennie ingin tahu apa saja yang bisa mereka berdua lakukan.

.

“Lo yakin ini berhasil?” Nayeon bertanya tak yakin. Ia memakai kalung yang Yeonjin berikan dan dikatakan sebagai jimat. Yeonjin menerimanya dari orang pintar yang katanya bisa mengusir setan.

“Udah santer, dukunnya terkenal.” Keduanya berdiri di depan wastafel, mencuci tangan mereka saat istirahat pertama. “Mahal banget, satunya lima juta. Gila gak?”

“Kalau emang kalung ini bisa jauhin gue dari setan, gue gak masalah.” Nayeon mengangguk. Dia akan segera Membayarnya pada Yeonjin. “Gue mulai gak nyaman sekolah. Tiap ngeliat Jisoo, semua bulu kuduk gue berdiri. Apalagi kalau udah diliatin, ngeri. Pengen pindah aja rasanya.”

“Jangan coba-coba kalau lo gak mau berakhir nasib kayak Hyunjin.” Yeonjin memperingatkan. “Diliat dari sisi mana pun juga Hyunjin itu sekarang kayak mayat hidup. Bisa aja sebenarnya dia itu udah mati. Gak tau siapa Hyunjin yang ada di kelas kita sekarang.”

Yeonjin bahkan sudah menghubungi keluarga Hyunjin. Katanya, malam itu hyunjin sudah memutuskan pergi, tapi besok subuhnya ia kembali, dengan nada dinginnya mengatakan pada orangtuanya kalau ia tidak jadi pindah. Namun sikap Hyunjin semakin berubah, sesekali kedua orangtuanya juga mencium aroma busuk dari kamar anak mereka.

Walau tidak ada satu pun di antara mereka yang curiga kalau sebenarnya Hyunjin sudah tiada.

“Menurut lo, apa mungkin Jisoo yang udah bunuh Hyunjin?”

“Siapa lagi?” Yeonjin menghadap Nayeon, dia menatap sahabatnya tajam. “Tapi pasti bukan pake cara sederhana. Gue gak tau Jisoo dibantuin siapa. Yang jelas, Jisoo pasti kerja sama dengan salah satu penghuni villa itu. Biar dia bisa selamat.”

Nayeon bergidik ngeri.

“Kalung yang kita pake ini, beneran dari dukun paling santer di pulau kita. Setan jenis apapun gak bakalan bisa ngelawan dia. Selama kita jaga jarak sama Jisoo, kita aman. Kalau Jisoo macem-macem, hajar aja.”

Nayeon mengangguk mengerti. Percakapan mereka berdua terputus saat seseorang membuka pintu toilet.

Jennie.

Yeonjin berdehem, mengalihkan pembicaraan. “Pr biologi lo udah beres?”

“Gue udah. Tinggal presentasi yang kelompok itu.”

“Yo!” Sapa Jennie. Dua orang itu balas menyapanya. Mereka saling melempar senyum. Jennie mendekat, ia meraih kalung yang sedang Nayeon pakai, membuat si pemilik panik.

“Jen--”

“Ini… jimat, kan?” Jennie mengutak-atik benda itu. Ia menatap Yeonjin dan Nayeon bergantian. “Yang bikin orang sakti kayaknya.”

WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang