3

237 100 276
                                    

06.16
Adhiwan memarkirkan sepeda motornya di sekolah. Seperti biasa, parkiran masih kosong karena ia datang pagi sekali. Tapi, entah kenapa tepat di gerbang sekolah banyak sekali pria bergerombol dan mereka menatap Adhiwan sinis.

"Apa hari ini gue terlalu tampan?" batin Adhiwan.

Tanpa berpikir panjang, akhirnya Adhiwan meninggalkan parkiran dan menuju kelas. Tapi, sepanjang koridor, masih saja ada pria yang menatapnya seperti seolah tak suka.

Sesampainya di kelas, Adhiwan cukup terkejut melihat Bagas dan Kemal yang sudah sampai terlebih dahulu dibandingkannya. Mereka menyilangkan kedua lengan di depan dada dan memasang raut wajah seperti preman yang hendak memalak.

"Lo gila?" ucap Kemal dan Bagas bersamaan.

"Tumben dateng pagi."

Bagas dan Kemal mendekati bangku Adhiwan, "jangan bilang lo nggak buka Instagram." Ucap Bagas sembari menggeprakkan tangannya ke meja.

Adhiwan menatap kedua temannya dan mengeluarkan beberapa buku serta botol minum ukuran satu liter, "kemarin gue ngerjain soal-soal fisika, mana sempat buka medsos."

"Hmm, mana sempat keburu telat," ledek Kemal.

Adhiwan berdesis sebal, lalu mengeluarkan ponsel dan menghidupkan data seluler untuk membuka Instagram. Karena sedari kemarin, ia memakai mode pesawat.

Mata Adhiwan terbelalak, dia bukan selebgram tapi notif Instagram kali ini banyak sekali bahkan sampai belasan ribu.

"Liat banyak banget yang hate comment gara-gara kemarin lo pulang bareng ratu tiktok," ucap Bagas.

Kemal menggaruk kepala yang tidak gatal, "itu kebanyakan yang komen Zeldalovers, kalo semisal gue fansnya juga, apa boleh gue ikutan maki lo?"

"Boleh, tapi jangan harap lo liat jawaban dari tugas gue ya."

Kemal langsung terdiam dan tidak berani melanjutkan perkataannya. Menurutnya, lebih baik kehilangan pacar ketimbang kehilangan Adhiwan yang selalu setia memberi jawaban.

"Lo pingin jadi apa sih? Belajar mulu, heran gue. Nih ya, kata orang masa SMA itu adalah masa yang paling bahagia. Gue yang nggak terlalu memikirkan belajar aja belum ngerasain apa kata orang, apalagi lo yang terlalu serius."

Adhiwan tersenyum simpul, "gue mau jadi dokter hewan, supaya nanti bisa obatin Kemal."

"Dih, emang gue hewan gitu?"

"Bukannya lo termasuk spesies curut langka ya?" ledek Adhiwan sambil menertawakan Kemal yang cemberut.

"Kalo gue sih pingin kerja di pertambangan, nanti kalo gue udah sukses gue kasih emas, permata dan berlian deh." Sahut Bagas tak mau kalah.

"Kalo lo?" tanya Adhiwan dan Bagas serempak.

Kemal yang mendapat pertanyaan seperti itu merasakan bom atom yang mendarat sempurna di badannya, lemas. Karena ia belum memikirkan masa depannya bagaimana, ia masih terlalu sibuk menghabiskan masa muda dengan bermain mobile legend.

"Gue mau jadi suami dan bapak yang baik buat keluarga kecil gue nanti."

Bagas dan Adhiwan bertepuk tangan sangat meriah tidak percaya sahabat itu bermimpi sangat mulia, "Mal, sabar ya gue kuliah dulu nanti gue obatin lo," ledek Adhiwan.

"Apa ada yang salah dengan mimpi seorang Kemal Husein?"

***

Seperti biasa, saat istirahat tiba, Adhiwan, Bagas, dan Kemal pergi ke kantin untuk membeli ayam piccata Mbak Ratna. Suasa di kantin penuh dan sesak, tak hanya itu masih banyak pula pula yang menatap Adhiwan dengan sinis.

Adhiwan tak menghiraukan dan terus berjalan dengan percaya diri, "toh, gue nggak salah apa-apa," batinnya.

"Kalo cuman mau jadi bapak dan suami yang baik, lo mau ngasih makan apa keluarga lo? Hahaha," tanya Bagas sambil menertawakan.

Kemal tersenyum simpul, "kan katanya lo mau kasih gue emas, permata dan belian? Itu cukup buat gue."

"Manusia sinting," maki Adhiwan dengan nada pelan.

Tiba-tiba suasana kantin hening, ternyata datang seorang gadis dengan tampilan rapi dan rambut terurai. Siapa lagi jika bukan artis tiktok sekolah ini, Zelda.

Adhiwan menatap Zelda yang sedang berjalan singkat, lalu fokus kembali memakan ayam piccata nya. Ia tidak tertarik, sama sekali. Hawa kantin makin panas saat gadis itu berhenti di depan Adhiwan, semua menatap mereka, tidak ada yang berbicara sedikit pun.

Zelda menyodorkan satu pack pulpen sarasa, "nih, gue lupa nggak nyimpen pulpennya di kolong bangku."

Adhiwan yang sibuk makan itu, tiba-tiba berhenti. "Ini yang terakhir ya, lo gausah kirim pulpen lagi."

"Kenapa terakhir? Apa pulpen ini terlalu murah buat lo?"

Adhiwan menggelengkan kepala dan tersenyum simpul, "pulpen ini sangat mahal, gue dikasih pulpen pilot aja nggak masalah. Tapi, masalahnya itu gue nggak suka sama lo."

"Kenapa nggak suka sama gue? Apa gue kurang cantik? Kurang tinggi? Gue terlalu standar ya buat lo?"

"Lo punya segalanya yang perempuan inginkan, tapi gue belum punya perasaan suka aja ke lo," ucap Adhiwan datar.

Zelda hanya tersenyum, "belum ya? Berarti gue masih punya kesempatan? Tenang aja, gue bakal bikin lo suka sama gue kok."

***

Apa kabar? Aku harap baik-baik saja ya.
Salam hangat dari aku.
Yang lagi puasa, semangat ya! >333

05/05/20

atrium' x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang