2

305 129 372
                                    

Bagas Yohan Pramata dan Kemal Husein

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas Yohan Pramata dan Kemal Husein.

***


10.10
Bel istirahat berbunyi, Adhiwan, Bagas dan Kemal atau biasa dipanggil 'tiga serangkai' ini pergi ke kantin. Jangan tanya mereka pesan apa, pasti dan selalu saja memesan ayam piccata Mbak Ratna.

Tidak ada kata bosan untuk ayam piccata Mbak Ratna di kamus mereka, bukan hanya enak, tapi warung Mbak Ratna ini satu-satunya yang tidak sepenuh warung lain.

Ya, mereka malas mengantri.

"Lo inget Zelda nggak?" tanya Bagas sambil menatap teman yang ada di hadapannya.

Adhiwan mengerutkan dahi lalu menggelengkan kepalanya, "nggak, siapa dia?"

"Itu, lho, yang katanya naksir sama lo dari kelas X. Dia kan suka nyimpen satu pack pulpen di kolong bangku lo, udah satu tahun, nggak kebayang berapa duit yang udah dia keluarin," sahut Kemal yang daritadi melahap ayam piccata.

"Lagian gue nggak minta, dia yang ngasih sendiri, nggak baik nolak rezeki."

Bagas hanya menganggukan kepalanya, "Dia lagi famous banget, seantero sekolah pasti kenal deh."

"Lah, emang dia kenapa? Kena razia skincare Bu Anggi?" tanya Kemal dengan wajah polosnya.

"Bukan, dia tiba-tiba terkenal gara-gara main tiktok. Banyak banget penggemar cowoknya, tadi pagi aja pas masuk gerbang sekolah udah disambut meriah para Zeldalovers."

Adhiwan menggelengkan kepalanya, "terus apa hubungannya sama gue?"

"Ya, kali aja lo nyesel dulu nggak nembak dia..."

Adhiwan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, lalu berdiri dari kursinya untuk pergi ke kelas. Bagas dan Kemal saling tatap, kemudian mengikuti kemana arah Adhiwan pergi.



***


Waktu berjalan sangat cepat, pelajaran kimia, fisika dan matematika wajib sudah dilalui Adhiwan tanpa cacat sedikit pun. Beda halnya dengan Bagas dan Kemal, keduanya pulang sekolah dengan raut wajah seperti sudah dipukuli, babak belur.

"Lama-lama kepala gue botak, padahal gak banyak mikir," ucap Kemal sambil memakai helm.

Arah rumah mereka bertiga berbeda, sehingga mereka berpamitan di parkiran. Adhiwan tiba-tiba menghentikan motor dekat gerbang sekolah, ketika mendengar ada gadis yang meneriaki namanya tepat di belakang.

Lalu gadis itu berlari ke arah Adhiwan, "Gue pulang bareng lo ya, rumah kita kan searah. Supir gue lagi nggak bisa jemput. Boleh ya, please?"

Adhiwan terpaku sebentar, "Zelda?"

"Iya, gue Zelda. Pemasok pulpen sarasa lo, ternyata lo inget nama gue, kirain nggak."

"Gue inget karena tadi pagi temen gue ngomongin lo," jawab Adhiwan jujur.

Zelda hanya menganggukan kepala dan tersenyum simpul, "jadi gue boleh nebeng nggak, nih?"

"Boleh, tapi masalahnya gue cuman bawa satu helm. Gue nggak tanggung jawab ya, kalo kepala lo bocor"

Zelda tersenyum sangat lebar karena senang dengan kenyataan bahwa ia akan pulang bersama lelaki yang ditaksirnya, "tenang, kepala gue keras banget kok kayak besi."

Bukan main, puluhan siswa dan siswi yang berada di gerbang sekolah memperhatikan Adhiwan dan Zelda. Tak sedikit yang mengambil peristiwa itu dengan handphone nya. Ditambah dengan Zelda yang memegang jaket Adhiwan, seolah mereka sedang berpelukan.

Di sisi lain, Adhiwan membiarkan gadis itu memeluknya dengan tujuan utama, yaitu keselamatan.

Di perjalanan tidak ada yang mau memulai obrolan, suasana bisa dibilang canggung dan sangat hening. Dua orang ini memiliki gengsi yang cukup tinggi untuk memulainya, keras kepala memang. Tiba-tiba dengan segenap raga Adhiwan memecahkan keheningan itu, "rumah lo ke arah mana?"

"Itu di depan yang rumah warna putih," sahut Zelda sambil melepaskan pelukannya, karena memang sudah dekat rumah.

Adhiwan hanya mengangguk dan menghentikan motornya tepat di depan rumah putih yang jika dilihat dari di halaman nya banyak sekali tanaman.

"Thanks, mau mampir ke rumah gue?" tanya Zelda yang sudah turun dari motor.

Adhiwan melepaskan helmnya, lalu tersenyum ke arah Zelda, "nggak, lain kali aja. Ngomong-ngomong, gue suka rumah lo, banyak tanamannya."

"Iya, rumah gue udah kayak hutan kan? Bunda gue beli tanaman baru seminggu sekali."

Adhiwan terkekeh mendengar jawaban Zelda dan memutuskan memakai helm kembali, "gue pamit duluan ya?"

"Kalo gue nggak bolehin, gimana?"

Adhiwan memegang bahu gadis itu, "gue harus tetep pulang, gapapa, kan?"

Zelda tersenyum lebar sambil menganggukan kepalanya dan melambaikan tangan mungilnya, "hati-hati, ya?"

"Pasti."


***

jadi pingin dipasok pulpen sarasa.

02/05/20

atrium' x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang