Ale POV
Akhirnya, tarian yang aku buat selama satu bulan lamanya sudah selesai dan dianggap sangat sempurna oleh coach Lidya, ia berspekulasi bahwa Timku bisa memenangkan perlombaan itu. Selama satu bulan ini aku mencari informasi tentang Fortune Café entah mengapa aku sangat tertarik dengan café itu, namun tak banyak informasi yang aku tau. Aku mendapatkan alamat email pemilik toko itu dan mengetahui namanya, kalau tidak salah Ezra Putra Bas- Bram- Ba- siapalah itu aku lupa nama belakangnya, itu cukup rumit. Informasi lainnya adalah disana sedang tidak membuka lowongan pekerjaan. Ya, itu informasi yang menggagalkanku untuk mendaftar disana.
Satu minggu yang lalu aku memutuskan untuk mengirim surat lamaran kerja pada beberapa restoran yang sedang membuka lowongan. Namun, aku tak mendapatkan 1 pun balasan email dari mereka. Padahal pada poster lowongan kerja tertulis bahwa pengumuman diterima akan diberikan 1 minggu setelah email masuk. Oke, baru saja 1 minggu liburan, aku sudah stress tak tahu arah.
Kemarin, Grey menelfonku dan berkata bahwa aku harus mendatangi café itu. Ya meskipun mereka tidak membuka lowongan, apa salahnya mencoba kata Grey. Dan disinilah aku, didepan toko bertuliskan Fortune café. Pukul 8 pagi aku sudah berada didepan toko ini, dan bodohnya aku tidak mencari informasi kapan toko ini buka. Aku menunggu didepan toko yang utnungnya terdapat kursi menghadap ke jalan raya.
Sekitar 1 jam menunggu, akhirnya aku melihat seseorang datang dan membuka pintu café, aku berfikir bahwa dia adalah Ezra. Iya pemilik dari café ini. Tapi ini hanya tebakanku.
Sebelum memasuki café, dia sempat menoleh dan melihat kearahku kemudian tersenyum hangat. Oh tidak dia sangat manis. Sekitar sepuluh menit, setelah ia membalikkan tulisan close menjadi open, aku segera melangkahkan kakiku memasuki café tersebut.
Aku yang celingukan bingung dimana orang itu, tiba-tiba dikagetkan dengan seseorang yang memanggilku "nona, ada yang bisa saya bantu?"
"mm.. saya ingin melamar bekerja disini.. apa bisa?" ucapku ragu-ragu menghadap Ezra mungkin.
"oh, maafkan aku, aku tidak mendengar bahwa dia membuka lowongan kerja. "
"dia?"
"iya pemiliki toko ini.."
"jadi kamu bukan-"
"iya aku bukan Ezra, kenalkan aku Angkasa" nama yang indah
"oh iya, perkenalkan aku Alejandra, panggil Ale saja. Apakah aku bisa bertemu pak Ezra?"
"siapa yang memanggilku dengan embel-embel pak?" ucap seseorang dibelakangku yang sontak membuat aku dan Angkasa terlonjak.
Aku membalikkan badanku kebelakang dan pandanganku bertatapan dengan dada milik Ezra. Aku mendongak dan melihat wajahnya yang errr.. jutek tapi tampan itu, mata birunya sangat indah. Sadar akan posisiku yang sangat dekat, aku memundurkan langkahku.
"hai bro, aku tak tau kalau kau membuka lowongan pekerjaan. Dia Ale, mau melamar bekerja disini. Oh ya, aku tinggal masuk dulu. Ale duluan ya" ucap Angkasa yang kubalas anggukan.
Oke situasi yang sangat aku benci. Ini sangat canggung, aku tak berani menatap wajahnya yang terlihat sangat mengintimadasiku.
"kita bicarakan disana" ucap Ezra, ia melangkahkan kaki panjang menuju meja yang berada di ujung dan aku mengikuti langkahnya.
"duduk" aku mengangguk dan mendudukkan diriku dihadapannya. Oh mata itu, aku tidak bisa menatapnya. Itu cukup membuatku merinding.
"aku tidak membuka lowongan kerja" ucapnya tanpa basa basi
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feeling
Teen FictionMenceritakan pemuda tampan pemilik Cafe dan juga awal mula ia bertemu dengan Mentari-nya. Mahasiswa tingkat akhir yang ingin bekerja di Cafenya.