Kliinngg...
Suara bel berbunyi cukup keras saat aku memasuki tempat ini, ya mana lagi kalau bukan Fortune Café. Satu-satunya harapanku, untuk bekerja. Kalian pasti bertanya mengapa aku memaksa untuk bekerja disini kan?
Jawabannya adalah entahlah, aku juga tidak tau. Aku hanya ingin dan sangat ingin bekerja disini, aku bahkan merasakan bahwa aku ditakdirkan untuk bekerja di café ini. Oke aku tau ini aneh, bahkan aku ditolak sebelum mengatakannya pada Ezra.
Pada jam-jam segini, ternyata pelanggan café cukup ramai. Terlihat beberapa pelanggan menoleh kepadaku dan Grey saat aku memasuki café ini. Aku mengedarkan pandanganku, untuk mencari Angkasa dan aku tidak menemukan keberadaaannya. Aku dan Grey memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di meja yang menghadap langsung ke jalan. Aku juga mengirimkan beberapa pesan pada Angkasa mengabarkan bahwa aku sudah sampai disini.
Tak butuh waktu lama, Angkasa langsung menghampiriku. Dia tersenyum sangat manis seperti biasanya, menyalamiku dan Grey. Angkasa mengatakan bahwa Ezra berada diruangannya, dan dia menyarankanku untuk mendatanginya. Aku menolak, karena pasti sangat canggung jika aku hanya berdua saja dengan Ezra dalam suatu ruangan.
"udah lah Al, disini rame. Lo mau kerja ga sih"
"gak gitu Grey. Gue ga suka kalo canggung. Benci banget gue"
"Ale, gapapa beneran. Kayaknya suasana hati dia lagi baik" ucap Angkasa
"yaudah deh, tungguin sini Grey, jangan kabur lo. Sa anterin keruangannya "
"iya yok.."
.
.
.
Aku dan Angkasa segera menuju ruangan Ezra yang berada di lantai atas. Bahkan aku baru tahu kalau café ini tingkat karena posisi tangga yang memang berada di dalam dapur. Sesampainya didepan ruangan Ezra, aku menyuruh Angkasa untuk segera turun. Ia menolak, berkata bahwa akan mengantarku hingga masuk keruangan.
"gapapa Sa. Beneran, dibawah lagi rame pelanggannya". Akhirnya Angkasa menyerah dan meninggalkanku sendirian didepan ruangan bosnya itu.
Tok tok..
"masuk aja kali Sa, tumbe-"
"permisi.. boleh saya masuk?"
"kamu lagi. Ada apa?"
"ga di suruh masuk dulu ini?" Ezra menganggukkan kepalanya.
Setelah mendapatkan jawaban dari Ezra, aku langsung masuk dan menduduki kursi yang ada diruangan itu. Aku menunduk, bingung ingin memulai pembicaran seperi apa. Gila, aku deg-deg an udah kayak mau ngajakin nih cogan nikah.
Kalian tau apa yang di lakukan Ezra? Yap sama denganku, dia diam menungguku untuk berbicara. Hingga 10 menit berlalu aku bertekad untuk membuka pembicaraan.
"jadi, saya kesini un-"
"nggak bisa"
"tapi-"
"aku sudah pernah berbicara ini kan?"
"iya, tapi aku-"
"tidak bi-"
"hei. Bisakah anda sopan sebentar saja? Saya bahkan belum menyelesaikan kalimatnya. Saya yakin anda orang berpendidikan tuan Ezra" ucapku pebnuh penekanan. Ia mengangguk dan aku melanjutkan kalimatku.
"saya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini. Saya sudah tidak tau harus melamar dimana lagi. Saya tahu bahwa ini bukan urusan anda. Namun, saya berharap lebih pada Café ini. Dan lagi, beruntungnya saya. Saya sangat suka memasak dan bisa membuat beberapa macam kue. Saya bisa menjamin bahwa rasanya tak kala enak dari kue buatan anda dan Angkasa"
![](https://img.wattpad.com/cover/222784950-288-k321368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feeling
Teen FictionMenceritakan pemuda tampan pemilik Cafe dan juga awal mula ia bertemu dengan Mentari-nya. Mahasiswa tingkat akhir yang ingin bekerja di Cafenya.