two- ayah jahat!

2 1 1
                                    

Ara memasuki rumahnya yang terbilang cukup megah,melihat sang ayah yang sedang mengerjakan tugas kantor,tanpa berniat menggangu ara langsung berjalan melewati sang ayah dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Dari mana kamu"ara yang mendengar suara ayahnya langsung terdiam sesaat padahal beberapa tangga lagi ia sudah sampai keatas"pulang sekolah yah"ucap ara dengan tampang masih santai.

"Menurut kamu saya bego?inget saya tau jadwal kamu pulang sekolah! sekarang sudah jam 3 sore seharusnya jam 2 tadi kamu sudah pulang!!"apa ucapan ayahnya rasa keperduliannya terhadap ara?tidak!mungkin setelah ini ara akan dimarahi abis-abisan oleh ayahnya sendiri.

"Yah,ara ke supermarket dulu"ucap ara dengan wajah tertunduk,"inget!!kamu itu hanya numpang disini jadi jangan harap saya izinkan kamu pergi semau diri kamu sendiri!!"dava kembali membentak ara.

dan ara sekarang?butiran cairan bening sudah keluar tanpa izin dari mata indah ara,isak tangis ara yang hanya didengar dirinya sendiri,ara berlari lagi menuju kamarnya setelah sampai ara menutup pintunya bahkan menguncinya,dan sekarang ara sudah menangis di atas kasur empuk miliknya.

Isak tangis yang cukup keras ara keluarkan untuk menenangkan diri, hatinya selalu bilang 'jangan rapuh ara,kamu harus kuat',ara tersenyum walaupun sebenarnya menyakitkan.

Ara berdiri menuju meja belajar, mengambil buku bertulis Diary's Arasya yang berwarna biru miliknya yang ia simpan di laci kecil dikunci rapat-rapat supaya orang lain tidak dapat melihat isinya,hanya ara yang boleh lihat.

Ara duduk di kursi meja belajar milinya,Jari-jari lentik ara mulai menari-nari diatas permukaan kertas diary itu.Kata demi kata ia tulis berasal dari asal suara hatinya yang terus terisak.menyakitkan.

Ara tersenyum,kembali membaca kata-kata yang barusan ia tulis,dihalaman yang ara tulis terdapat curhatan hari ara.

Dear hujan

Hujan,ayo turunlah kemuka bumi
Buat aku tersenyum,buat aku tenang,dan buat aku bahagia...
Hujan,ayo turun lihatlah aku yang sekarang sedang menangis,sedang terpuruk,beri aku semangat sekarang juga...
Hujan,ayo turunlah aku rindu tangisanmu,aku rindu suara menenangkan milikmu,dan aku rindu keindahan dirimu...
Hujan,tolonglah turun sekarang juga aku membutuhkanmu,sekarang aku rapuh,rapuh kala mendengar ucapan ayah yang begitu menyakitkan...
Hujan,ayolah turun akan aku tunggu sore ini,terimakasih hujan.

Arasya Debbista

Ara menangis mengingat laras sang ibunda tercinta yang sudah berada disyurga,ara sangat kangen dengan bunda,sangan rindu,rindu berat tapi...ara tidak mau menangis dan mengadu dibawah batu nisan sang bunda,dia ingin sang bunda tenang tanpa harus memikirkan ara disini, pikir ara.

Ara mengingat es krim yang tadi ia beli di supermarket bersama marvel,tapi saat ara lihat ternya esnya sudah mencair,ara tidak perduli tapi hatinya meminta maaf kepada aldan karna uang pemberian aldan tebuang sia-sia.

Ara berdiri dari duduknya,menuju jendela kamar yang terbuka lebar memberi izin angin untuk masuk kedalam kamarnya,rambut panjang milik ara tergerai bebas membuat angin mengibas rambut ara dan memasuki pori-pori wajah ara.

"Bundaa...ara kangen hikss,ara sangat kangen...kata bunda ara gaboleh nangis tapi ara udah gakuat kala denger ayah bentak bentak ara,ara sebenernya takut tapi ara pura pura berani dan ara cape kalo ayah selalu tampar ara, selalu cubit ara hikss"air mata ara sudah tuntas melewati pipi tembam ara"hiks...ara salah apa bun?hiks...hiks ara salah apaa sampe sampe ayah benci banget sama ara,ara selalu sopan sama ayah tapi ayah selalu merasa bahwa ara itu gaada,ayah merasa ara itu besi yang selalu kuat hiks,tapi ara itu lemah hiks,ara bingung salah ara dimana hikss... kalo bunda dateng sekarang bilang ya apa salah ara hiks,biar ara bisa minta maaf ke ayah hiks...hiks,dan ara bisa hidup tenang hiks...hiks"lanjut ara dengan isak tangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air Mata Di Bawah Derasnya HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang