22. Kisah Nabi Zakaria As

82 2 0
                                    

Nama Zakaria disebut dalam Al Kitab dan juga Al-Quran sebanyak 8 kali. Menurut riwayat, ia diangkat sebagai nabi tepatnya pada tahun 2 SM, tepatnya pada saat ia berusia Sembilan puluh tahun dan ditugaskan untuk memperbaiki kaum Bani Israil di Palestina.

Nabi Zakaria memiliki seorang putra semata wayang yang bernama Yahya yang nantinya juga diangkat menjadi nabi. Sepanjang hidupnya, Nabi Zakaria sangat mendambakan seoarang anak yang nantinya akan menjadi pewarisnya.

Zakaria memiliki saudara kandung bernama Imran dengan seorang wanita bernama Elisabeth. Riwayat lain menuturkan bahwa istrinya bernama Al-Yashbi’ dimana ia masih merupakan keturunan dari Harun Nabi Zakariya, jika ditelaah lebih dalam lagi, maka dapat dikatakan bawha ia masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Sulaiman.

ZAKARIA DIUTUS SEBAGAI NABI

Ketika diangkat sebagai nabi pada usia Sembilan puluh tahun, ia berdoa siang dan malam tanpa henti dan memohon kepada Allah agar dapat dikaruniai seorang anak yang nantinya akan dapat meneruskan dakwahnya khususnya pada Bani Israil. Nabi Zakaria sangat khawatir akan kondisi kaumnya sepeninggal dirinya jika kelak ia tidak memiliki keturunan untuk melanjutkan tugasnya sebagai Nabi.

Nabi Zakaria sangat khawatir jika Bani Israil akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, terlebih-lebih jika umatnya berkemungkinan untuk mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sesuai dengan kehendak mereka.

KISAH NABI ZAKARIA A.S. DAN MARYAM BINTI IMRAN

Nama Maryam seringkali disebut dalam berbagai kisah Zakaria. Ia merupakan anak tunggal dari Imran, seorang ulama dan tokoh pemuka agama dalam lingkungan Bani Israil. Disisi lain Ibu dari Maryam merupakan saudara ipar dari Nabi Zakaria.

Dikisahkan, Ibu dari Maryam merupakan seorang perempuan yang mandul sehingga sejak menikah dengan Imran ia sama sekali belum pernah merasakan kebahagiaan karena dapat melahiran seorang anak. Ia merasakan kesedihan dan kesepian yang mendalam karena persoalan tersebut.

Ia berharap dapat diberikan keturunan karena ia menganggap nahwa dengan lahirnya seorang anak, maka kondisi keluarganya juga akan semakin harmonis. Disamping itu, ia juga membutuhkan anak sebagai sosok yang dapat menepiskan duka serta membawa suka dalam kehidupan berkeluarga.

Suatu ketika ia melihat seekor burung sedang memberi makan anaknya, melihat kejiadian tersebut lantas membuatnya sangat bersedih dan iri hari. Dilain waktu ia diperlihatkan pada seorang ibu yang sedang mengandung, persitiwa tersebut juga semakin membuat ia sedih dan terus membuatnya ingin segera dikaruniai seorang anak.

Waktu terus berganti, disisi lain usianya juga semakin tua, namun keinginan untuk memiliki keturunan tak juga kunjung dikabulkan. Berbagai cara telah ia coba dan beribu nasihat telah ia lakukan, namun tetap saja tak kunjung membuahkan hasil.

Setelah semua upaya dan daya seorang makhluk telah dilakukan, akhirnya isteri Imran menyadari bahwa semua daya dan upaya berasal dari kehendak Allah, dimana ia merupakan tempat satu-satunya dimana semua mahkluk seharusnya berharap. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati.

Nabi Zakaria bernazar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikabulkan, maka ia akan mengikhlaskan anaknya untuk dijadikan pelayan, penjaga, serta mengabdikan sepenuhnya jasa anaknya pada rumah suci Baitul Maqdis. Karena keikhlasannya, ia sama sesekali berencana untuk tidak mengambil manfaat dari anaknya berdasarkan kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Kisah 25 Nabi dan RasulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang