Hold Me #2

13 2 6
                                    

Ini sudah menginjak satu minggu pertemananku dengan Arham. Tidak hanya berteman, namun kami sudah menjadi sahabat. Sahabat yang saling peduli dan mendukung satu sama lain.
Kalau dihitung, ini baru minggu pertama aku mengenalnya, namun rasanya aku sudah benar-benar dekat dengan idiot satu ini. Dia pun lelaki yang baik. Seorang mahasiswa jurusan Farmasi usia 21 tahun.
"Gue bener-bener seneng punya temen kayak lo. Selama ini gue selalu ngerasa sepi." Katanya.
"Emang lo bener-bener nggak punya temen?" Tanyaku penasaran.
"Gue punya banyak temen, phisically gue enjoy sama mereka. Tapi dalem hati, gue nggak bisa terbuka sama mereka. Karena mereka nggak tulus sama gue. Sekarang gue bener-bener seneng bisa ketemu sama lo. Gue yakin lo tulus sama gue. Allah dengerin doa gue selama ini." Jelasnya panjang lebar.
"Tapi kan kita lagi kenal seminggu, gimana lo bisa bilang kaya gitu?"
"Gue dapet feeling itu. Lo bener-bener orang yang gue cari selama ini."
"Ya Idiot, gue juga seneng bisa ketemu sama lo. Gue di sini kok setiap kali lo butuh temen. Lo bisa cerita semuanya sama gue, gue bakal dengerin semua cerita seneng dan sedih lo. Jangan khawatir."
"Makasih banget, Jas." Katanya sambil mengusap matanya secara sembunyi-sembunyi.
"Hah?! Lo nangis? Idiot, kenapa?" Tanyaku khawatir dengannya.
"Enggak, enggak. Gue nggak nangis. Nggak ada air mata. Percaya deh."
"Cerita sama gue, ada apa?" Aku sedikit memaksanya bercerita.
"Gue cuma nggak bisa nahan senengnya aja bisa punya lo sekarang."
"Ya idiot. Kita baru ketemu seminggu tapi rasanya ini udah lama banget. Gue udah ngerasa deket banget sama lo."
"Gue harap kita bakal barengan kaya gini terus, Jas. Please jangan tinggalin gue. Gue cuma nyaman sama lo."
"Jangan khawatir, Ham."

***

"Enak juga bakso yang lo rekomen-in nih." Kata Arham yang menyantap baksonya dengan semangat.
Siang ini kami memutuskan untuk makan bersama. Kebetulan aku rindu bakso seberang kompleks rumah yang  sering kubeli saat masih sekolah.
Di tengah terik matahari gini seger banget nggak sih makan bakso dikasih sambel yang banyak terus minumnya es teh. Hmm.. ngiler kan.
Tiba-tiba ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk membawa pikiranku terbang ke masa lalu. Sial! Dia kembali muncul. Aku membuka pesan darinya.

Halo, Jasmin. Apa kabar?

Haikal, lelaki yang kusebut sebelumnya. Sebenarnya kami masih saling mencintai, namun kami nggak bisa bersatu. Kami berbeda agama. Aku takut semakin aku jatuh cinta dengannya, semakin aku jauh dari Allah. Karena orang bilang cinta itu membutakan. Dengan berat hati waktu itu aku memaksanya menjauh.
Aku berniat ingin mengabaikan pesannya, tapi hatiku tak bisa bohong. Aku masih rindu dengannya. Sedikit.

Hai. Baik, nih. Kamu gimana?

Aku nggak bisa bohong, Jas. Aku nggak bisa ngelupain kamu. Aku masih cinta sama kamu, dan akan terus cinta.

"Kok nggak maem sih lo?" Tanya Arham.
"Eh hmmm.. iya abis ini."
"Ngobrol sama siapa?" Tanyanya lagi.
"Ini Ham.. si.. si Haikal barusan ngirim pesan." Jawabku pada Arham, kebetulan kami sudah saling bertukar cerita masa lalu.
Arham terlihat sedikit terkejut, lalu ia menarik napas panjang dan berhenti menikmati baksonya.
"Kenapa lo ngga bilang sama gue?"
"Iya Ham, gue salah. Maafin gue." Aku meminta maaf pada Arham.
"Tapi kenapa, Jas? Gue kan di sini, di hadapan lo. Lo ngga nganggep gue?" Katanya.
"Ham, sorry, Ham. Bener-bener sorry. Gue nggak bermaksud apa-apa. Sorry kalau lo mikir kaya gitu."
"Apa lo ngga sadar? Gue suka sama lo, Jas." Ucap Arham.
Mendengar kata-kata itu, hatiku pun terasa bergetar. Sebenernya sih kalau dipikir-pikir emang kelihatan kalau dia naruh rasa ke aku, tapi denger ia mengakui rasanya, aku bener-bener shock.
"Ham, please. Maafin gue, Ham. Maafin gue."
"Nggak usah lo bales pesannya bisa kan? Jangan pernah ngomong sama dia lagi. Gue mohon."
"Iya, iya. Nggak gue bales lagi, Ham."
"Sorry, Jas. Gue emang cowok lemah. Gue nggak mau lo sama yang lain."
"Cowok juga manusia, Ham. Cowok punya perasaan. Maafin gue ya."
"Maafin gue juga, idiot."

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang