Hold Me #4

3 1 0
                                    

"Jas, please jangan lupain gue. Gue bakal balik ke sini suatu saat nanti." Kata Arham.
"Kenapa harus India, Ham? Itu kan jauh banget." Ucapku sambil menangis.
"Maafin gue, Jas. Tapi Ayah gue dapet tugas di sana. Jujur sebenernya gue nggak mau juga, gue pengen sama lo di sini. Tapi keputusan memang udah bulat. Gue nggak bisa ngapa-ngapain lagi, Jas."
Keputusan sudah bulat. Arham sekeluarga bakal pindah ke luar negeri karena urusan pekerjaan Ayahnya. Tentu saja ini sangat berat bagi kami untuk menjalaninya.
"Gue bakal pindah dua minggu lagi. Besok kita jalan ya, Jas."

****

Keesokan harinya, Arham pun datang ke rumah untuk menjemputku. Arham segera mengemudikan mobilnya menuju sebuah puncak yang udaranya masih sejuk karena belum tercampur polusi perkotaan. Perjalanan menuju tempat ini sekitar tiga jam menggunakan mobil.
"Whoaaaa!!! Bagus banget, Ham. Gue seneng banget bisa kesini sama lo." Ucapku dengan kegembiraan yang menggebu.
"Iya, Jas."
"Lo kok lemes banget sih, Ham? Lo sakit?"
"Nggak, Jas. Capek aja gue."
"Ya udah itu ada gazebo. Istirahat di sana yuk." Ajakku.
Kami pun melangkahkan kaki menuju gazebo di tengah taman. Arham pun menggulung jaketnya dan tidur meletakkan kepala di atas jaket. Ia pun terduduk kembali dan menatapku bimbang.
"Jas, gue boleh minta satu hal nggak?" Tanyanya.
"Apaan tuh, Ham?"
"Gue boleh tidur di pangkuan lo sebelum gue pindah?" Tanyanya membuatku berpikir panjang.
"Hmm... Boleh, Ham."
Iya pun meletakkan jaketnya dalam pangkuanku lalu melendetkan kepalanya di atas jaket tersebut. Ia melihat ke arahku, dan aku melihatnya. Kami bertukar tatap beberapa waktu sebelum ia pergi dan air mata terlihat menggenang di kelopak matanya.
Aku membelai lembut dahinya dengan emosi yang bekerja di pikiran. Aku sangat beruntung memiliki seseorang sepertinya. Yang tulus mencintaiku, merelakan segalanya untukku, selalu mendukung dan peduli padaku, dan banyak hal lainnya.
"Jas, please jangan lupain gue. Kita bakalan ngerasain gimana sulitnya terjalin dalam hubungan LDR. Hubungan itu tentang pengertian dan kedewasaan. Yang penting juga kita harus saling percaya. Ceritain semua yang lo rasa dan lo pikir. Jangan ada yang lo sembunyiin. Masalah kita bakalan ada di jarak. Tapi gue janji, gue bakal balik suatu saat nanti. Gue minta satu hal, tolong jangan tinggalin gue, Jas."
"Diot, lo ngomong apaan sih? Gue nggak akan pernah ninggalin lo. Jangan khawatir."
"Thanks, Idiot."

****

Dua minggu telah berlalu, saatnya Arham sekeluarga untuk pindah ke India. Aku menunggunya di bandara, untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal. Tak menunggu lama, batang hidungnya pun terlihat. Ia pun terus berjalan menuju ke arah tempatku berdiri.
"Jas." Katanya langsung memelukku erat. Sangat erat. Aku pun tak bisa menahan air mata yang telah menggenang di mataku.
"Jangan pergi, Ham." Ucapku memohon dengan pipi yang telah dipenuhi air mata.
"Jas... Jas... Please jangan nangis, Idiot. Gue janji, gue bakal balik. Okay?" Ucapnya lalu mengusap air mataku.
"Take care, Ham." Ucapku setelah berhenti menangis.
"Oke, Princess. Kamu juga jaga diri. Kasih tau aku semuanya, meskipun hal kecil."
"Iya, Ham. Kamu juga jangan lupa kasih tau aku semuanya."
"Pasti. Jangan khawatir. Sampe sini dulu ya, Jas. Sekarang lo pulang aja, ya?" Pintaku.
"Tapi Ham, gue..."
"Please, Jas. Gue nggak pengen kita tambah sedih. Gue pengen perpisahan kita setelah kita ngobrol gini. Gue nggak mau ninggalin lo sendiri kalau lo nggak pulang sekarang."
"Take care of yourself, Idiot. Gue tunggu janji lo." Ucapku.
"Lo juga, Jas. Jaga diri lo baik-baik buat gue. Dan gue minta satu hal, kalau ada apa-apa sama gue, tolong bilang ke Kamal kalau lo pernah ada di hidup gue. Bagaimana pun dia sahabat gue, dia harus tau kalau selama hidup, gue juga pernah bahagia "
"Lo bakal baik-baik aja, Ham. Jangan mikir yang aneh-aneh."
Dengan berat hati, akhirnya pun aku melangkahkan kaki menjauhinya.
"Jangan lupain gue, Jas. I really love you."

------------------BERSAMBUNG-----------------

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang