¤ 7 ¤

30 11 2
                                    

"Woi! Sekarang jadi?" tanya Ezra. Tangannya berada di pundak Riel.

Riel yang sedang membaca buku pun terkejut. Riel menoleh kearah Ezra.

"Astajim ... gila lo! ngagetin mulu orang. Untung gua gak punya riwayat penyakit jantung. Coba kalau ada, bisa mati gue," sewot Riel. Tangannya mengelus dadanya. Sorot matanya tajam menatap Ezra.

"Eh si anjir, biasa aja napa." Ezra menduduki kursi di sebelah Riel.

"Makanya lo jangan ngagetin onta."

"Siapa yang ngagetin onta gue ngagetin lo," ucap riel dengan ringannya.

"Astaga .... Ezra lo masih waras kan?" Riel meletakkan punggung tangannya ke dahi Ezra, mencoba merasakan suhu tubuh Ezra.

Ezra menyingkirkan tangan Riel. "Gue masih waras ya."

"Udah lah, Tadi lo nanya apaan?" lanjut Riel.

"Sekarang jadi gak, ogeb?" ucap Ezra menekankan seluruh ucapannya.

"Jadi deh kayanya. Lo tanya ke Zya aja sana," suruh Riel.

"Lo juga ikut."

"Iye, nanti gua nyusul."

"Kagak ... kagak .... nanti lo yang ada kagak ikut."

"Ya udah. Besok-besok lo kerjain sendiri tu soal-soal yang segunung."

"Ish ... dasar. Iya udah gue sendiri dah." Ezra berjalan mendekati Zya.

Zya sedang mendengarkan musik melalui aerphonenya. Matanya masih sibuk membaca. Ezra yang melihat hal itu, mengambil buku yang sedang dibaca Zya.

"Eh ... eh .... eh ... buku gue." Zya menoleh, menatap tajam siapa pelakunya.

"Apaan sih lo ganggu gue aja," ucap Zya dengan dingin. Tangannya berusaha mengambil buku yang sedang di genggam Zya.

"Ajari aku melupakanmu." Ezra membaca judul bukunya.

"Ngapain lo baca beginian?" tanya Ezra.

"Ya suka-suka gue lah," ucap Zya ketus.

Zya masih berusaha mengambil bukunya. Tubuh Ezra yang lebih tinggi darinya menyulitkannya untuk meraih buku tersebut.

"Udah elah, siniin gue mau lanjut baca." Zya menatap tajam Ezra.

"Lo mau lupain siapa sih pake buku beginian?" tanya Ezra.

"Udah ah, lo mah kepo." Zya berhasil meraih bukunya.

"Ngapain lo disini? Ganggu mulu dah," tanya Zya.

"Eh iya lupa." Ezra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sekarang jadi kerkom kan?"

"Iya jadi. Udah lu sana dah."

"Ye dasar ngusir lo?"

"Iya! Udah deh sana."

Ezra berjalan meninggalkan Zya. Zya membuka bukunya dan melanjutkan waktu bacanya yang terganggu.

🍀🍀🍀

Langkah kakinya terus berjalan menyelusuri koridor kelas. Ia mendengar suara piano, ia mendekati suara itu. Ia terus saja berjalan dan berakhir di ruang musik.

Zya melihat Ezra sedang terduduk di depan sebuah piano. Tangannya dengan lincah menghasilkan suara yang indah. Ia mendekati Ezra dan duduk di sampingnya. Seketika Ezra pun berhenti memainkan piano itu.

Ezra melirik kearah Zya. "Lanjutkan," perintah Zya.

Ezra masih terus menatap Zya dengan lekat. "Gua mau lanjut asalkan lo ikut nyanyi bareng gua," ucap Ezra seraya tersenyum manis.

FIZYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang