¤ 8 ¤

25 6 1
                                    

Rasa itu tidak bisa disalahkan, ia tidak tahu tempat semestinya dia harus tumbuh

🍀🍀🍀

"Gue tahu itu, kaya lo juga suka sama dia kan?"

Degg

Zya merasa tertohok dengan penuturan Nata. Apakah benar Ia menyukai Ezra? Ia telah menikung sahabatnya sendiri? Sungguh Zya tak habis pikir dengan dirinya sendiri.

"Jawab pertanyaan gue dengan jujur Zya, lo suka kan sama Ezra?" tanya Nata sekali lagi.

"Gue ... bingung sama diri gue sendiri." Zya menundukkan kepalanya, melihat sepatunya yang masih berayun dibawah.

"Bingung gimana? Lo mending jujur sama diri lo sendiri." Zya menolehkan kepalanya menatap Nata sendu.

"Gue ga yakin sama ini semua, gue masih bingung sama rasa ini. Kalau dibilang gue suka sama dia, gue ga suka, ga sama sekali. Tapi selalu seneng saat didekat dia, bahkan gue pengen selalu di sampingnya."

Nata tersenyum getir mendengar itu semua. Ia paham bahwa sahabatnya ini sedang jatuh hati. Ia harus merelakannya demi persahabatannya.

"Coba yakinin diri lo sendiri, yakinin lagi persaan lo. Kalau lo suka, kejar dia sebelum dia hilang diambil orang."

"Gue ga bisa buat suka sama dia, Nat."

"Kenapa nggak? karena gua? Tenang Zya, gua ga suka lagi sama dia, gua bakal lupain dia demi lo, demi sahabat yang udah gua anggap sebagai adik. Sebelum rasa ini tambah dalam, gua relain dia demi lo." Nata menarik sudut bibirnya, mengukir senyuman indah untuk menguatkan Zya.

Tanpa aba-aba, tubuh Nata sudah dipeluk erat oleh Zya. "Maafin gue, Nat. Maaf," bisik Zya dengan lembut.

"Ini bukan kesalahan lo, jangan salahkan diri lo. Rasa itu tidak bisa disalahkan, ia tidak tahu tempat semestinya dia harus tumbuh." Nata melepas pelukannya dengan lembut dan tersenyum hangat kearah Zya.

"Sebaiknya kita pulang, hari sudah mulai gelap," ucap Nata mencairkan suasana.

"Kita kerumah oma dulu ya, gue kangen sama dia." Nata mengangguk sambil tersenyum.

🍀🍀🍀

BRAKK

"Astaga naga," ucap Zya sambil mengelus dadanya.

"Napa sih lo? Datang-datang malah ngegebrak meja," ucap Zya.

Nata langsung duduk disamping Zya dan memperlihatkan ponselnya. "Coba lo liat ini."

"Shit, nyari ribut tu orang," ucap Zya sambil mencoba menahan emosinya yang sudah siap meledak.

"Sejak kapan dia neror lo?" tanya Zya lagi.

"Itu ada waktunya ogeb," ucap Nata sambil menjitak kepala Zya.

"B aja  zeyeng, kepala gue sakit nih, nanti kalau gue amnesia gimana? Kan ga lucu," ucap Zya dengan nada yang penuh kekesalan.

"Iya emang ga lucu, kan ga ada yang ngelawak juga kali."

"Hhmmm, udah lama juga. Tanggal segini bukannya waktu itu lo ditolongin sama dia ya," ucap Zya sambil mengetuk-ngetukkan tangannya di dagunya.

FIZYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang