★
Sekilat bau masakan berhasil mengusik tidur seorang pria yang masih memeluk erat bantal gulingnya. Cahaya matahari tepat sasaran menyoroti wajah tampannya. Ia melenguh pelan, merenggangkan pelukannya, berlalu menggosok pelupuk matanya perlahan.
Lantas tubuhnya beranjak untuk duduk, mengumpulkan kesadarannya sedikit demi sedikit lalu melangkah untuk mengikuti aroma masakan yang menggoda tidurnya. Pria itu tersenyum saat mendapati seorang perempuan tengah berkutat dengan alat masak—pakaian tidur dan rambut perempuan itu yang hanya diikat sekedarnya hingga memperlihatkan leher jenjangnya.
Theo Virendra, orang-orang terdekat memanggilnya Viren, seorang pria yang ditakdirkan memiliki pahatan nyaris sempurna di seluruh wajahnya, memiliki sifat lembut serta penyayang, tetapi juga sangat ambisius.
Ia membawa tubuhnya mendekat, mendekap erat tubuh perempuannya dari belakang, mencium lembut leher jenjang itu dan menghasilkan sang empu merasakan sengatan hebat. Membuat perempuan itu menoleh, mendapati pria yang memeluknya tengah memejamkan mata sambil menempatkan kepalanya di bahu miliknya.
Perempuan itu—Jissa Sherapina Abraham, wanita yang baru saja menginjak usia 25 tahun. Rambut hitam dengan panjang sebahu, mata bulat dengan bibir merah yang ranum dan memiliki kepribadian yang hangat.
“Kamu tidur nyenyak? Sana cuci muka dulu!” titahnya tanpa menunggu jawaban, tidak lupa tangan satunya mengusap lembut pipi pria itu.
Melenguh pelan, Viren mengeratkan pelukannya sekilas berlalu memberi kecupan di pelipis sang perempuan, “Baik, tuan putri.”
Jissa mengulas tersenyum, kedua maniknya menatap Viren berjalan lucu ke kamar mandi dengan baju tidur yang sedikit berantakan. Bersamaan dengan itu, ia mulai menempatkan sarapan buatannya di piring untuk segera disantap.
“Kamu kerja hari ini?” tanya Pria itu. Presensinya muncul dari arah kamar mandi dengan wajah tanpannya yang sedikit basah.
Sang lawan bicara mengangguk, tangannya terlihat sibuk meletakkan masakan buatannya di piring, membiarkan Viren meraih sendok dan lekas mencicipi masakannya. Viren memperlihatkan raut wajah senang sebab menyukai masakan itu.
“Kamu kerja juga kan, Vi?” tanya Jissa itu disela kunyahannya.
Viren mengangguk dengan mulut yang terisi penuh makanan, ia mengunyahnya perlahan dan lantas menjawab, “Aku harus berusaha kali ini supaya klien itu mau berinvestasi dan aku akan dinaikan jabatan.”
Membuat kekasih cantiknya tersenyum disertai anggukan. Namun, perlahan kedua sudut di bibirnya menurun—mencipta raut wajah sendu, “Anak itu sebentar lagi bakal masuk sekolah menengah dan aku harus cari murid privat lagi, Vi,” keluh Jissa.
Menghentikan makannya, jemari Viren meraih tangan Jissa untuk digenggam sembari memberikan usapan lembut di punggung tangan itu, “Kalau aku berhasil, kamu nggak perlu ngajar private lagi, Ji,” ucapnya memberikan ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Mystery / ThrillerBerawal dari sebuah misi yang justru menyeret Jissa ke lubang neraka. Membuatnya menjadi pekerja di rumah Jovano Gistara Brayden; Pria beranak satu yang memiliki sejuta teka-teki di dalam kehidupannya. Jissa diminta untuk mencari tahu pelaku kematia...