Jimin segera membawa Raahyu pulang, sepanjang jalan Raahyu hanya bisa terisak, namun alih-alih bertanya apa yang Taehyung lakukan hingga Raahyu sesedih itu, Jimin lebih memilih untuk secepatnya sampai agar Raahyu bisa istirahat.
Sementara hatinya, tentu Jimin merasa bersalah, ini semua karena dia terlambat. Dia lalai karna pesona Saskia yang baru pertama kali ia lihat. Sejak awal ia gelisah ingin pergi tapi Saskia menahannya dengan manja.
Hal mustahil yang dilakukan Saskia sama sekali tidak memberi cela untuk Jimin pergi.
Flashback,,
Saat Jimin mengantar Saskia, Saskia memiminta Jimin untuk menemaninya berbelanja bahan makanan karna stok dirumahnya sudah habis, walau tahu akan telat menjemput Raahyu, Jimin tak bisa menolak.
Setelah berbelanja di toko yang cukup jauh merekapun sampai dirumah Saskia, Saskia nanpak tertidur, Jimin pun membangunkannya, perlahan Saskia terbangun.
"Kau lelah? Berhentilah untuk begadang." Jimin.
"Bisakah kau, menggendongku masuk?" Saskia dengan suara yang masih kantuk.
Jimin pun menggendong Saskia hingga ke kamarnya, tak lupa memberinya selimut hangat dan membelainya.
"Tanpa keberanianmu, kita tidak akan mungkin bisa seperti ini, maafkan kelemahanku." Jimin. Saat Jimin hendak pergi, Saskia menahannya.
"Tidak, aku sempat menolakmu dua kali, bahkan aku selalu berkata kau pasti hanya bercanda saat kau menyatakan cinta dulu. Tapi lihatlah bagaimana kau masih tetap mencintaiku. Aku yang salah, baru menerimamu sekarang." Saskia. Jimin pun duduk disamping Saskia dan membelainya lagi.
"Bukankah kita sudah menjadi kekasih sekarang? Untuk apa memikirkan yang lalu?" Jimin.
"Bisa berikan aku sebuah pelukan?" Saskia.
"Mintalah hal-hal lebih banyak, aku akan memenuhinya sebisaku." Jimin lalu memeluk Saskia.
'Jika permintaanku adalah tinggalkan Raahyu, apa kau akan memenuhinya?' Ucap nurani Saskia.
Setelah itu mereka menghabiskan waktu lebih lama bahkan sempat masak untuk makan bersama, liciknya Saskia menonaktifkan Handphone Jimin hingga tidak ada yang bisa mengganggu mereka.
Flashback end,,
🥀🥀🥀🥀🥀Malam yang sunyi dikamar Taehyung, ia mengompres bekas tinju dan tamparan di pipinya sambil menerima telefon dari pria dewasa berjas yang ia benci.
"Bagaimana hari pertamamu?" Tanya pria berjas itu via telepon.
"Aku mendapat dua tamparan dan satu tinjuan, menarik." Taehyung.
"Kau dibully?"
"Kalaupun ada hal semacam itu pasti pelakunya adalah aku."
"Aish Cham. Apa kau bertemu dengannya?"
"Tidak usah banyak tanya tentang urusanku, sudah." Taehyung si tempramen langsung mematikan ponselnya.
Hari berlalu, Taehyung yang semalam tidak bisa tidur memikirkan Raahyu sengaja datang lebih awal untuk bertemu, saat jam pelajaran kedua Raahyu diminta ke perpus untuk mengambil beberapa buku. Taehyung pun mengikutinya, ingin bicara beberapa hal. Sayangnya Jimin terlalu setia untuk menjaga, dia menghadang Taehyung.
"Minggir!" Taehyung.
"Apa kau ingin cari gara-gara denganku, sudah kuperingatkan untuk tidak menganggunya apa kau fikir itu lelucon!" Jimin.
"Ini bukan urusanmu!"
"Jelas ini urusanku karna aku kekasihnya!"
"Lalu bagaimana dengan Saskia? Woah sesombong itukah kau memamerkan dua kekasihmu dan terus menyakiti mereka, pria macam apa kau ini. Aku jadi penasaran, kira-kira yang mana simpananmu?"
"Seharusnya dari kemarin sudah kusumbat mulutmu." Dengan itu Taehyung mendapat tinjuan dari Jimin. Taehyung menyentuh ujung bibirnya yang berdarah kemudian tersenyum.
"Baiklah akan kuladeni." Kini Taehyung yang meninju Jimin.
"Ini untuk kemunafikanmu!" Jimin sedikit mundur karena pukulan itu namun Taehyung segera menariknya dan meninjunya lagi.
"Ini karna kau mempermainkan hati Raahyu dan Saskia." Kali ini Jimin tersungkur, namun tak kunjung bangun. Ia hanya memperbaiki posisi duduknya dan menunduk.
"Apa kau menyukai mereka? Kenapa kau membawa nama mereka saat memukulku?" Jimin.
"Kenapa? Apa kau mau memberikannya satu?" Mendengar itu Jimin sempat tersenyum.
"Kau bercanda? Aku masih bisa memukulmu." Jimin. Taehyung lalu duduk disamping Jimin.
"Aku juga merasa bersalah," Pengakuan Jimin tentu mengagetkan.
"Yaa aku sudah tak punya tenaga, jangan memancingku lagi."
"Terima kasih karna kau menyebut nama mereka saat memukulku, aku jadi lega, aku memang pantas menerima pukulan itu, aku terlalu jahat."
Mereka membolos karna keletihan hingga jam istirahat. Saat hendak kembali kekelas Taehyung dan Jimin melihat Saskia membawa bola basket dari lapangan, sepertinya ingin menyimpannya. Merekapun menghampiri.
"Tumben tidak bersama Raahyu." Taehyung.
"Itu dia," Saskia menunjuk Raahyu yang baru datang.
"Jimin-ah ada apa dengan wajahmu?" Tanya Raahyu.
"Aku menciumnya." Taehyung.
"Kau juga babak belur, kalian saling memukul?" Tanya Saskia.
"Ayolah kenapa kalian berdua berwajah murung? Mau aku hibur?" Jimin mengambil bola basket dari tangan Saskia, membuat Saskia tersenyum. Saskia melirik Raahyu, Raahyu ikut tersenyum dan mengangguk. Arti menginginkan uji bakat Jimin.
"Basket? Yaa apa orang sepertimu bisa main basket, aku tak percaya." Taehyung.
"Kau ingin melanjutkan perkelahian kita tadi lewat ini?" Jimin.
"Jangan banyak bicara! Buktikan! Amm tunggu, pasti akan baik jika dua wanita ini yang jadi wasitnya."
"Tidak!" Raahyu.
"Kenapa? Takut aku yang menang? Lalu kau jatuh cinta padaku?" Taehyung.
"Itu tidak akan terjadi!" Jimin lalu segera mulai bermain.
Pertarungan sengit antar kedua pria tampan itupun terjadi hingga menghasilkan nilai yang sering karna tak ada yang mau kalah.
•
•
•To Be Continued
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Break (END) KTH✔
FanfictionRasa benci dan rindu yang bercampur itu buruk. Aku sangat berharap dia juga menderita merasakan yang sama. Jika tidak aku benar-benar akan membencinya juga diriku sendiri karena menjalani cinta sepihak menyebalkan ini. Ini kisahku. Dan kisah yang ak...