Waktu kecil entah kenapa pergi ke pasar adalah hal yang paling di nanti-nanti dan hal yang paling berkesan untuk di ceritakan pada teman-teman sekelas. Kalau tidak di ajak, aspal selalu siap jadi pembaringan dan sendal selalu jadi pendukung mama untuk memulai aksi.
Giliran sudah dewasa dan sudah di butuhkan rasa muak malah menyerang kalau bicara soal pasar. Kalau pergi bersama papa ya cuman semenit langsung balik. Nah kalau bareng mama beda lagi. Geser sana geser sini, ujung-ujungnya minat tetap pada yang pertama. Ibarat cinta pertama, meskipun sudah berkeliling ke ujung dunia mencari yang lebih cocok, yang pertama itu tetap tidak akan terlupakan sekalipun itu dia tidak sehati dengan kita. Betul tidak?.
Kalau ke pasar biasanya aku lebih nyaman berteduh di area penjualan preloved atau barang-barang loak yang masih layak pakai. Selain harganya bisa menjangkau saku anak sekolahan, model-modelnya juga banyak yang keren-keren, Itupun kalau rajin mengorek-ngorek sampai ke akar-akarnya.
"Ami, ngapain beli yang begini. Ini yang cocok untuk anak muda" mama langsung menyambar celana hitam polos yang tadinya ku singkirkan dari pandanganku. Lalu menyuruhku meletakkan celana abu-abu yang tengah ku pandang dengan penuh kagum.
Melihat banyaknya orang yang berlalu-lalang aku pun mendekat sedikit pada mama, "mama, Ami bukan ka Farha yang selalu langsing meskipun sudah beranak tiga. Ini nggak muat sama Ami. Ukurannya nggak selaras sama pinggang Ami" beri tahuku dengan suara berbisik.
Mama menepuk jidat sambil menahan tawa, kemudian memilih tidak ikut campur dengan urusanku memilih-milih pakaian. Aku mengerutkan kening sembari memperhatikan wanita paruh baya berkerudung jingga itu yang saat ini sudah beralih ke bagian sendal-sendal yang kebetulan bersebelahan dengan tempat penjualan preloved. Kok bisa mama sampai lupa kalau aku itu gendut?. Apa mungkin aku sudah kurusan?, tapi kan program dietku belum ku berlakukan. Oh cermin aku rindu!!
"Bang ini satu. Dua puluh ribu kan?" aku mengangkat celana pilihanku, memperlihatkannya pada abang-abang berkumis tebal yang wajahnya tidak asing lagi di mataku.
"Kok cuman satu? Biasanya sampai tiga" ini nih kebiasaan penjual. Maunya selalu lebih. Syukur-syukur masih ada yang mau beli.
"Berarti hari ini lagi mode nggak biasa, Bang. Model sahur pertama kan harus istimewa, jadi duit masih kepake buat beli bahan makanan yang bergizi. Insya Allah bisa ke sini lagi" aku menyodorinya selembar uang pas. Setelahnya aku cabut dari sana usai celana yang ku beli tersebut di masukannya ke dalam tas kresek hitam. Sayup-sayup suara abang-abang itu berteriak padaku.
"Lain kali belinya bareng pasangan, Neng!"
"Aamiin" balasku pelan sembari menghampiri mama yang rupanya sudah menemukan sendal pilihannya. Untung saja ke sini pakai mobil pribadi, kalau tidak mungkin saat ini kami tengah terseok-seok karena ulah belanjaan yang menumpuk di kedua tangan.
Belumpun aku sampai di tempat tujuan, tiba-tiba saja....bruk!!!
"Aw!!"
dapat ku rasakan sesakit dan sesesak apa dadaku ketika tubuh gajahku ini mendarat kasar di lantai pasar akibat tertabrak dengan seseorang yang entah siapa itu. Aku belum berpikir untuk menoleh kepada orang itu apalagi berpusing pada orang-orang di sekitar. Dadaku sedang sesak dan aku perlu menormalkannya.
Aku menarik napas lalu membuangnya pelan. Berulang-ulang sampai akhirnya usahaku berhasil. Sesak di dada menghilang, amarah pada orang itu akhirnya meletup-letup. Tidak pikir cara aku bangkit saja menghadapi orang itu. Untung saja langsung bisa, soalnya biasanya sulit kalau bangkit lagi.
"Badan sebesar ini masih gak keliatan ya, Pak?" aku mengangkat dagu menatapnya yang masih berdiri di depanku. Dan begitu terkejutnya aku ketika yang ku dapati di sana adalah dia. Si pria berbadan kekar yang sudah hampir sepuluh tahun ini tak pernah bertemu denganku.
Aku mematung di tempat. Dadaku yang baru saja ku tenangkan mendadak saja berpacu cepat bagaikan laju kuda berlari. Mataku memanas tiba-tiba. Rasanya benar-benar ingin menangis sangking rindunya pada orang ini.
"Ami?" dia masih mengenalku wahai penduduk wattpad!!!. Tapi oh diriku mari bekerja sama!. Aku juga ingin meresponsnya agar tidak ada kekuan antara kami. Sudah cukup menanggung rindu bertahun-tahun, aku tidak ingin sampai tidak berteman dengannya. Bisa-bisa aku jadi galau sepuluh keliling.
"A-akbar?. Ka-kamu ngapain di sini?" Yang membuat aku tambah gugup adalah dia berkaus hitam polos dengan kolaborasi celana cokelat setempurung lutut. Itu style pria idamanku!
Dia terkekeh kecil. Oh astaga senyumnya masih sama seperti dulu. Masih ada dua lesung pipi yang terpatri apik di pipinya.
"Pasar kan buat jual-beli." Oh ya benar juga. Dengan pelan aku menepuk jidatku.
Ini dia yang menjadi satu alasanku sulit melirik laki-laki lain. Aku masih menaruh hati padanya. Aku masih mencintainya dan aku masih menginginkannya. Toh dia belum menikah. Selagi janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan untuk aku mendambakannya. Ya...meskipun dengannya belum ada kepastian suka atau tidak padaku.
"Harusnya kamu nanya datangnya sama siapa, gitu" katanya, sambil dengan lesung pipi yang belum pudar.
Saat aku hendak membuka suara, keadaan teralihkan akibat suara mama.
"Ami!!! Di cariin ya Allah. Kirain udah ke bawa truk sapi" inilah watak mama. Tidak pandang keadaan suaranya tetap sama cempreng beserta kata-kata yang tak beraturan. Hey mama.. anakmu ini lagi proses menyembuhkan gejolak rindu yang terpendam sudah bertahun-tahun lamanya.
"Udah mau siang, ayo balik" harapanku agar mama melirik sosok yang ada di depanku ini pupus berkeping-keping. Walaupun hanya melirik dengan ekor mata saja tidak mama berlakukan. Sombong sekali. Bagaimana aku bisa dekat dengan calon imam kalau orang tuaku bahkan tak menyambutnya. Oke penyakit haluku kambuh lagi.
"Udah gede masih di seret-seret ya, kayak anak kecil aja" dia terkekeh melihatku yang di seret paksa oleh mama, dan sejujurnya itu sangat memalukan bagiku pribadi. Sudah hampir sepuluh tahun tak pernah bertemu, giliran di pertemukan, mama malah merusak suasana. Ya Allah lapangkan dadaku ini.
Siapa di sini yang suka beli barang loakan?.
Kasih komen sama pencet bintangnya ya..."Sebaik-baik manusia adalah yang selalu ingat pada Tuhannya"