Aku terbangun. Suara-suara itu datang lagi. Kali ini aku tidak berani membuka mata. Aku takut saat mataku terbuka aku akan melihat sesosok rupa yang menyeramkan. Aku tidak mau.
Jantungku berdebar sangat kencang. Keringat dingin mengucur membasahi wajahku. Sungguh aku sangat tegang saat ini. Aku yakin ini tengah malam.
Suaranya seperti garukan kuku-kuku panjang di kaca jendela kamar. Sesekali mengetuk kadang juga menggedor. Suaranya sungguh keras seolah mereka berada didalam kepalaku. Menyeramkan.
Yang aku kesalkan kenapa tidak ada satupun dari anggota keluargaku yang menolongku. Ataukah mereka sama takutnya denganku?
“Hey Alex bangun..”
Aku terlonjak saat seseorang menyentuh diriku. Tangannya dingit saat menyentuh permukaan kulitku. Apakah dia nyata? Atau hantu itu menirukan suara Dean, adikku?
Tubuhku semakin gemetar, jujur saat ini aku benar-benar ketakutan. Aku tidak pernah sepengecut ini. Dulu aku bahkan sering bermain di pekarangan makam untuk menakut-nakuti anak perempuan. Hanya saja akhir-akhir ini setelah suara-suara itu datang aku selalu merasa waspada, ketakutan, tidak tenang dan terus gelisah. Ini melelahkan tapi aku harus bagaimana?
“Hey bangunlah. Kau bisa terlambat sekolah.”
Perlahan kuberanikan diri membuka mata saat seseorang menyingkap selimutku dan mengguncang tubuhku. Rambutnya berantakan dan mata tajamnya semakin tajam saat menatapku kesal.
“D-dean?”
“Ya. Ini aku. Kau kira siapa? Kau sampai berkeringat seperti ini apa yang kau lakukan?”
Ku intip jendela, terang. Tidak ada apa-apa disana. Hanya burung kecil yang mematuk mencari makanan. Nafasku lega dan jantungku kembali normal.
“Tidak..”
“Bangunlah atau kita berdua terlambat dan Ibu akan marah besar serta menyita semua gamemu.”
“Cerewet.”
“Kau!”
Aku berlari ke kamar mandi sebelum Dean sempat melemparku dengan bantal. Segera aku membasuh wajah dan menggosok gigi. Merapikan rambut dan bergegas keluar. Dean sudah tidak ada disana saat aku keluar. Celana jeans hitam dan kaos polo merah membungkus tubuhku. Tak lupa sepatu kets yang juga berwarna merah kupakai.
Dean dan Ibu sudah berada dimeja makan saat aku turun. Ah aku seorang yatim. Ayahku meninggal saat Dean masih digendongan Ibu. Aku tidak tahu apa penyebabnya Ibu hanya bilang bahwa Ayah sakit keras. Dan aku pun tak mau tahu karena itu akan membuat Ibu kembali murung.
“Cepat makan Alex.”
“Iya Ibu.”
Segelas susu hangat mengisi perutku. Rasanya menyegarkan dan sangat enak.
“Alex apa kau bermimpi buruk lagi?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Another [END!]
Short StoryAku hanya ingin berkisah di sela-sela sibukku. Aku merasa perlu memberitahu dunia bahwa tidak ada manusia yang ingin sakit. Tidak ada manusia yang ingin dikata gila. Mereka hanya korban, benar mereka hanya korban. Jadi lihatlah mereka, rengkuh merek...