🥀08. Papa Berubah

226 21 13
                                    

Follow Wattpad author di,
Pelangizigzag
Instagram!

@rr.cantikaa12


Udah lama gak update BATB. Gimana kabarnyaaaa? Makin kangen nih akunya sama Lussie🤧
Kalian?

OK, HAPPY READING GUYS!

Gavin menyeringai. Ah, kapan lagi ia bisa bertarung dengan leluasa selain hari ini.

"Ok. Maju aja kalo berani." Tantang Gavin final, masih dengan senyuman mautnya.

Rezel mencari benda disekitarnya namun nihil, ruangan itu sudah bersih dan tak tertinggal benda apapun lagi yang bisa digunakan untuk melawan Gavin.

"Kenapa? Mau nabok gue pake sapu?" sinis Gavin lalu menyugar rambutnya. Good, dirinya tak tampak seperti nerd lagi melainkan seperti mafia kejam.

"Bacot!" umpat Rezel lalu menerjang Gavin dengan tangan kosong. Tinjuan darinya bak orang bodoh, jauh dari jangkauan Gavin yang pandai mengelak serangannya. Rezel sudah berusaha keras, namun gerakan tak terbaca Gavin jauh dari ekspektasinya.

"Maju, banci!" emosinya lagi namun hanya dibalas kekehan kecil dari Gavin.

Rezel mencoba untuk menendang perut Gavin sekuat tenaga, namun perhitungannya meleset karena lagi-lagi Gavin mampu menghindarinya dengan gerakan yang tak terduga. Sekarang justru ia yang tersungkur keras di atas lantai marmer.

Tak mau kalah dan terlihat bak anjing bodoh, Rezel memutuskan untuk mengeluarkan beladiri mematikannya. Tak peduli bila akhirnya Gavin sekarat ataupun langsung mati di tempat, Rezel sudah kehabisan kesabaran karena ulah laki-laki tak tahu diri ini.

"Cuma segitu?" ucap Gavin dengan polosnya, berbanding terbalik dengan sinar matanya yang memancarkan kegelian. Laki-laki itu tak terlihat lelah sama sekali, berbeda jauh dengan Rezel yang tersengal-sengal sampai berdiri pun rasanya susah.

"Lawan gue, pengecut!" Rezel memaksakan diri untuk cepat-cepat berdiri lagi. Gavin tak melakukan apapun, tapi entah bagaimana caranya jadi Rezel yang mengeluarkan darah dari sudut bibirnya. Benar, itulah efek dari beladiri yang ia keluarkan dengan maksimal namun tak berarti apa-apa bagi Gavin walau seujung rambutnya.

"Perasaan dari tadi lo request gue buat ngelawan? Ok, jangan nyesal." Gavin mendekat, menatap Rezel yang mungkin tingginya berbeda sekitar lima senti di bawahnya.

Dan dengan satu gerakan yang tak diduga-duga, Gavin mampu memelintir tangan kanan Rezel hingga terdengar bunyi 'krak'.

"Argh!" ringis Rezel yang kesakitan. Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya karena rasa sakit ditangannya. Gerakan Gavin tadi ... sangatlah tak terduga!

"Baru segitu aja udah loyo," ejek Gavin lalu ia melepaskan Rezel yang langsung tersungkur ke bawah. "Lain kali kalo mau berantem, liat-liat dulu musuhnya jangan sampe salah orang. Tenang aja, palingan seminggu lagi tangan lo udah sembuh," tandas Gavin yang setelahnya pergi begitu saja meninggalkan Rezel yang kesakitan tanpa menoleh sekalipun.

 Tenang aja, palingan seminggu lagi tangan lo udah sembuh," tandas Gavin yang setelahnya pergi begitu saja meninggalkan Rezel yang kesakitan tanpa menoleh sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beauty and The BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang