🥀01. DAMN!

492 33 2
                                    

"Karir sahabat kita ini semakin meningkat, ya!" ucap seorang wanita bermanik abu-abu dengan cekikikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Karir sahabat kita ini semakin meningkat, ya!" ucap seorang wanita bermanik abu-abu dengan cekikikan. Ia menatap penuh binar pada sahabatnya yang sekarang menjadi pusat perhatian di kafe.

"Jadi bagaimana dengan pemotretan mu kemarin? Ada hambatan?" tanya yang lainnya dengan wajah oriental khas warga Jepang. Sejenak ia menekan gagang kacamatanya agar tak melorot. Matanya menatap penuh puja dan bangga pada sahabatnya ini sejak kelas sepuluh.

Yang menjadi pusat perhatian malah tak peduli. Gadis dengan style kekinian itu menaikkan sebelah kakinya dan menumpukan pada kaki yang lain. Ia menyesap anggun coffe latte nya. "Tidak ada hambatan. Orang-orang itu selalu puas dengan style yang kubawa kan."

"Itu keren sekali!" seru wanita berkacamata. Namanya Watanabe Ayami, pewaris tunggal keluarga Watanabe yang merajai pasar Jepang. Tak heran jika ia bisa berteman dengan seorang Lussie, cewek cantik yang terlahir sempurna. "Kita harus merayakannya, Lussie!"

"Ah, Ayumi benar," sambung wanita bermanik abu-abu. Dia adalah siswi pertukaran pelajar dari Australia. Ayahnya merupakan seorang seniman yang menaiki peringkat pertama dalam dunia aksesoris mewah dengan harga fantastis. Dia Blaire Dumorra, putri pertama Dallas Dumorra. "Bagaimana kalau malam ini kita bersenang-senang, girls?"

"Aku setuju!" pekik Ayumi senang. Ia menatap lekat Lussie yang sejak tadi diam. "Bagaimana, Lussie? Kita berpesta, kan? Ya, ya, ya?"

"Mau bagaimana lagi," Lussie meletakkan cangkirnya yang tersisa setengah. "Kurasa mabuk sedikit tidak buruk."

Ketiganya bersorak gembira.

••••••••


Mereka bertiga sampai di depan pub ternama di Kota Tokyo menggunakan sebuah mobil milik Ayumi. Di samping Ayumi, Blaire tampak membenarkan riasannya yang sudah rapi. Di belakang tepatnya di kursi penumpang, Lussie sedang asyik dengan ponselnya.

Bang Leon
Dek. Kakak nelpon lo bentar, ya?

Boleh-boleh. Cepetan ya, bang. Gue mau main sama temen-temen

Bunyi dering ponselnya menarik perhatian dua sahabatnya yang duduk di depan. Sebentar lagi mereka akan masuk ke dalam pub tapi Lussie harus menerima telepon. Mau tak mau, Blaire dan Ayumi harus menunggunya.

"Hallo abang!" sapa Lussie dengan ceria sampai-sampai Ayumi dan Blaire menatapnya heran.

"Hallo juga kesayangan abang!" Areon terkekeh. Di seberang sana Lussie bisa mendengar kasak-kusuk dari kakaknya yang tidak ia tahu itu bunyi apa. "Gimana hari ini? Lancar?"

"Lancar banget, dong," Lussie terkikik. "Abang udah pulang dari Jerman?"

"Udah, jam dua siang tadi." Sahut Areon. "Lo lagi ngapain, sih?"

Beauty and The BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang