Lagi pengen nulis Hyunjin x Jinyoung, gapapa yaa👉🏻👈🏻
..
.
Pukul 2 dini hari dan pemuda itu masih melenggang dengan santainya di ruas jalan sepi di kota Seoul. Senandung merdu mengalun dari bibir tipisnya yang terkatup rapat. Menikmati embusan angin sepoi-sepoi segar yang membelai rambut lembutnya yang berwarna biru.Kaos putih tipis yang ia kenakan tersingkap beberapa kali, mengabaikan sweater abu-abu yang hanya ia sampirkan di lengan, tak berniat mengenakannya. Hari ini udara memang terasa lebih hangat dibanding biasanya hingga ia berani mengenakan celana jeans di atas lutut itu di waktu sekarang ini.
Ia— Bae Jinyoung terkikik geli. Menoleh ke belakang sedikit waspada.
“Itu anak pasti cemas deh nyariin.”
Sebenarnya Jinyoung tidak sendirian sejak awal. Yoon Hyunsuk si maknae menjadi temannya latihan untuk malam ini. Yang sebenarnya pemuda itu enggan kalau saja ia tega membiarkan Jinyoung keluar dini hari serta keras kepala tidak mau mengganti pakaian dengan yang lebih hangat. Takut si manis ini mengalami hal yang tidak mengenakkan saat di perjalanan.
“Apa keterlaluan ya, pasti Hyunsuk cemas..”
Jinyoung berhenti sesaat tepat di bawah jembatan dengan sebuah lampu jalan. Memandang jauh ke belakang. Tidak terlihat tanda-tanda Hyunsuk yang menyusulnya.
Apa saatnya ini untuk merasa cemas? Tapi salahnya sendiri yang iseng meninggalkan Hyunsuk yang sedang mampir ke minimarket.
Baru saja hendak merogoh ponsel di saku celananya, suara lain menginterupsi. Langkah kaki menggema dari pangkal jalan di bawah jembatan yang tidak mendapat cahaya lampu. Kedengaran seperti langkah kaki bersepatu, menggesek tanah berlapis aspal itu dengan bunyi yang mengganggu. Menimbulkan gaung samar yang membuat Jinyoung semakin waspada.
“Hyu— Hyunsuk?” panggil Jinyoung pada bayangan di ujung sana, sekitar 20 meter dari tempatnya berdiri.
Suara langkah kaki itu berhenti, bersamaan dengan dentingan semacam rantai besi yang beradu.
Jinyoung berdeham, menyegarkan sedikit tenggorokannya yang tiba-tiba terasa dicekat.
“Hyunsuk atau ha— hantu..?” tanya Jinyoung mulai gemetar. Tungkainya bahkan terasa kaku untuk digerakkan.
Bagaimana jika itu benar-benar hantu? Tapi Jinyoung tidak pernah dengar sebelumnya soal hantu gentayangan di jalan ini. Atau itu orang yang berniat jahat padanya? Mana yang lebih mengerikan? Jika disuruh pilih Jinyoung jelas tidak ingin bertemu keduanya.
Untuk sesaat tidak ada pergerakan ataupun suara yang timbul. Jinyoung berbalik kaku, hendak meneruskan kembali perjalanan yang tadinya menyenangkan. Tapi ketika kakinya melangkah, sesuatu di belakangnya terdengar kembali bergerak. Menyamakan langkah dengan miliknya yang ragu-ragu. Jinyoung meringis, bibirnya ia gigit kuat-kuat untuk menahan rasa takut yang mulai menyelimuti.
“Ja— jangan ngikutin aku!” sergah Jinyoung dengan suara gemetar. Kentara sekali ia tengah ketakutan.
Anehnya, sosok misterius di ujung sana ikut berhenti. Seolah ia tidak baru saja mengikuti Jinyoung.
Ah, persetan. Jinyoung berteriak kencang— teriakan yang sejak tadi sudah ia tahan-tahan.
Tungkainya yang berbalut celana pendek itu ia bawa berlari, namun sialnya langkah kaki di belakang juga terdengar bersahutan dengan miliknya. Menimbulkan gema yang membuat Jinyoung semakin dilanda rasa takut. Matanya mulai berair, ia takut sekali sampai rasanya ingin menangis.