2. Ayah?

23 6 1
                                    

"Dua puluh, lima belas, sepuluh, lima puluh".
"Berapa totalnya?"
"95".
"Syukurlah...". Aril dan anggara merebahkan tubuh mereka di atas rerumputan. Seharian mereka telah bekerja sebagai pedagang gorengan.

"Langit terlihat cerah hari ini".
"Bukankah memang seperti itu?"
"Tidak untuk kemarin". Mendengar sesingkat kalimat anggara, wajah aril menjadi masam. Ia memandang anggara yang merebahkan tubuh di sisinya.

"Jangan membuatku semakin membenci takdir". Anggara menatap aril karna mendengar seuntai kata yang keluar dari mulut mungilnya.

"Baguslah jika kau membenci takdir saat ini".
"Kenapa begitu?"
"Karna sesuatu yang amat kau benci, suatu saat akan menjadi sesuatu yang amat kau cintai".

Aril menegakkan tulang rusuknya. Menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Jika benar begitu, aku akan mencintainya".

***

"Kenapa kau masih mengingatnya?"
"Bagaimana aku bisa melupakannya anggara? Jika sesuatu itu bisa ku makan, maka itu akan menjadi santapan terpahit. Dan jika itu menjadi sesuatu yang bisa ku hirup, maka itu akan membuat dadaku sesak".

Aku menatapnya sendu. Banyak sekali rintangan yang harus ia hadapi. Bahkan harus terlihat berat dan kasar.

Takdir pahitnya tak hanya sampai disitu. Beberapa tahun kemudian, adik kecilnya tertidur di liang lahat. Padahal, secuil kabar pun belum ia dapat dari ayah tercintanya.

"Kenapa takdir selalu berpihak padamu anggara? Apapun yang engkau inginkan selalu ada jalan keluarnya. Kau bercita-cita menjadi dokter. Terwujud bukan? Apalagi saat pandemi seperti ini kau amat diidam-idamkan para manusia".
"Suatu saat kau akan mengerti kehidupan ini aril. Tak semua yang kau kira itu benar".

Kami terdiam cukup lama. Masing-masing kami bergulat dengan pikirannya sendiri. Hingga akhirnya aril membuka tabir keheningan.
"Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu anggara. Dan aku memohon padamu. Dimana permohonan ini menjadi permohonan terakhir dari diri ini". Aril mendekati ruangan isolasi. Ruangan itu hanya dihuni oleh orang-orang yang terinfeksi covid-19.
"Selamatkanlah manusia itu". Aku mendekati aril dan melihat seseorang yang ia tunjuk. Laki-laki dengan mata tertutuplah yang menjadi perhatiannya.
"Siapa dia?"

***
11 tahun kemudian

Gadis berkulit putih itu bangun dari tidurnya. Rambut panjang yang tampak acak-acakan itu dengan segera ia rapikan. Pakaian serba hitam dengan celemek berwarna coklat membuat kedua bola matanya membesar. Ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Rumah berukuran 27m2 itulah tempat aril bertahan hidup. Walau begitu, gadis sering berkeluh kesah ini nyaman didalamnya.

Seperti biasa, pagi yang indah ia habiskan di tempat menarik. Kopi hitam, caramel, dan berbagai toping tersedia disana.
"Selamat pagi cantik". Celetuk gai membuat aril sedikit melirik. laki-laki berambut kerebo ini tak pernah lupa menyapa bidadari tercantik dikafe ini.
"Tutup mulutmu!! Bersegeralah ke dapur untuk mencuci semua gelas!!". Aril membentak gai yang selalu eror dengan pekerjaannya.
"Aku tidak akan pernah menyesal bekerja di kafe ini. Meskipun telingaku sering berdenging mendengar omelannya. Dia adalah barista tercantik dan termuda. Semua pelanggan senang sekali jika dilayani olehnya". Gai bercerita kepada rio temannya yang akhir-akhir ini juga sering sekali menggoda aril.

Aril dikenal sebagai barista tercantik dan tergalak. Banyak sekali lelaki yang memberinya ucapan-ucapan yang menurut aril menjijikkan. Namun, aril tidak pernah menanggapinya. Jikalau menanggapi, ia pasti berkata kasar kepada laki-laki tersebut.

Teriknya mentari membuat dahaga para manusia membara sehingga aril kerepotan siang itu.
"Pelanggan tidak seperti biasanya?" Kedatangan anggara secara tiba-tiba itu mengejutkan aril.
"Hey, apa yang kau lakukan disini?"

Pertanyaan aril dijawab dengan tingkah anggara yang mengambil gelas dan menyeduhkan kopi. Aril menatap anggara keheranan.

Setelah memberi caramel diatas kopi, anggara mendekati pelanggan dan menari di tengah-tengah ruangan.
"Ini kopi pesanan anda tuan". Anggara memberikan kopi kepada pelanggan dengan tarian khasnya.

Aril menghampiri anggara dengan senyum termanisnya.
"Tak seperti biasanya. Ada apa hari ini?"
"Ada senyumanmu hari ini". Anggara mengacak-acak rambut aril lalu duduk diantara para pelanggan.

"Apakah kalian melihat barista cantik itu?" Jari telunjuk anggara menunjuk aril yang berdiri di tengah-tengah ruangan.
"Dia adalah teman seperjuanganku. Perjuangannya akan diingat siapa saja yang mendengarnya. Diusia yang kesekian pun ia tetap berjuang bukan? Disaat semua teman seusianya berfoya-foya menikmati masa mudanya, sedangkan dia? Memperjuangkan kehidupannya". Lanjutnya.

Aril menatap anggara dengan mata yang berkaca-kaca. Mendengar sejumlah kata yang terbungkus rapi untuknya mampu mendobrak air mata haru.

Anggara merangkul pundak aril dan membawanya keluar ruangan.
"Harimu akan semakin indah sekarang". Anggara mengatakannya dengan mata yang berbinar-binar.
"Apa maksudmu?"
"Tak sengaja aku menemukan sebuah akun instagram atas nama ayahmu. Dan..."
"Benarkah?" Aril memotong penjelasan anggara dengan wajah sumringah.
"Sstt....diamlah. Dengarkan aku dulu. Akun yang kutemukan itu benar-benar milik ayahmu. Ia memintamu untuk menyusul ke amerika. Kata beliau akan menikah lagi. Dan beliau membutuhkan biaya untuk itu".
"Menikah lagi?" Ekspresi sumringah yang dipersembahkan aril kini berubah setelah mengetahui kabar yang ia dapat.

"Setidaknya itu setitik harapan aril. Meski semuanya tak seperti apa yang engkau inginkan. Mungkin itu adalah keputusan terbaik yang diambil ayahmu".
"Setelah sekian lama aku menunggu kabar, apakah ini kabar yang ku dapat?"
"Belajarlah untuk menerima keadaan".

Setelah mendapat sedikit penjelasan dari anggara, aril segera menghubungi sang ayah. Walau hatinya rapuh mendengar keadaan yang ada, Namun, ia tetap menunjukkan bahwa semua baik-baik saja dan ia bahagia.

"Aku baik-baik saja ayah".
"Baguslah kalau begitu".
"Aku akan membantu biaya pernikahan ayah. Tunggu kedatanganku diakhir bulan januari".
"Baiklah nak. Ayah tunggu kehadiranmu".

JEMBATAN KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang