18° ACTION!

398 66 1
                                    

Sampai semester dua ini ledekan Heejin-naksir-Seungmin masih berlaku di antara Sunwoo, Eunbin, Felix dan Heejin.

"Udah ngaku aja sih, cuma kita yang tau ini kok." goda Sunwoo yang siang itu duduk di sebelah Heejin. Eunbinnya ngga tau pergi kemana sama Shuhua.

"Atau gue juga bisa bantuin lu jadian sama si Seungmin." timpal Felix yang duduk di atas meja.

"Felix jangan disebutin namanya dong!" tegur Heejin "Lagian gue juga ngga suka sama dia."

"Please Heejin you can't lie to me, aren't you?" kata Sunwoo "Tapi gue masih bingung kok si Kak Jihoon itu malah jauhin elu?"

"Ya mana gue tau!" seru Heejin galak.

Felix ketawa "Emang enak ninggalin cewek pas lagi sayang-sayangnya."

Paha Felix langsung dicubit Heejin "Gila!"

"Aww sakit." ringis Felix sambil ngusap pahanya "Lu lagi, udah tau ngga ada harapan masih dikejar aja."

"Ya namanya juga bucin Lix." ledek Sunwoo "Tapi sekarang mah udah ada pengganti."

Udahlah tangan Heejin panas, pengen cubitin dua temennya ini.

"Apaan sih?! Pengganti apanya?!" sungut Heejin "Kalian mending ke sana deh, ganggu aja."

Felix sama Sunwoo saling lirik terus ketawa.

"Halah nanti juga nyari gue lagi kok Woo buat cerita." ujar Felix, tangannya iseng bukain buku Heejin.

Sunwoo mengangguk "Plus sama gue sekarang."

Heejin merotasikan bola matanya "Ya udah ngga akan lagi gue cerita ke kalian!"

Bukannya minta maaf, malah disorakin sama itu anak dua.

"Oh, gue tau gimana caranya biar Heejin ngaku." kata Sunwoo antusias "OY, SEUNGMIN!"

Buru-buru Heejin langsung nutup mulut Sunwoo pake bukunya "Ngapain?!"

"Makanya ngaku!" desak Felix sambil ketawa "Do you like him? Yes or yes?"

Muka Heejin cemberut sambil ngangguk pelan.

"GUYS!" seru Jeno di depan kelas, menarik perhatian teman-temannya "Mengingat tugas Pak Abdul buat bikin film, sekarang kita susun pembagian tugasnya."

Jeno langsung nulisin bagian-bagiannya di papan tulis "Siapa yang mau jadi sutradara?" 

"Eh tunggu dulu, kita mau ngambil cerita apa nih?" tanya Bomin.

"Eh iya, lupa gue." Jeno menepuk dahinya "Ada saran ngga?"

"Tangkuban perahu aja gimana?" saran Jaemin "Eh tapi nanti bagian gunungnya susah."

Renjun mikir terus ngusulin ide "Raden Kian Santang gimana? Menurut gue nanti buat pencarian lokasinya ada banyak terus bagian editing-nya ngga akan susah."

"Masuk akal juga." gumam Han "Gua setuju dah."

"Gue juga setuju." kata Seungmin.

"Oke, gimana yang lain?" tanya Jeno "Setuju nggak?"

Mengingat usulan Renjun masuk akal, semuanya pun setuju dengan pendapatnya.

"Oke, yang mau jadi sutradara siapa?" lanjut Jeno.

"Udah lu aja." tunjuk semuanya serempak.

"Oh...ya udah." Jeno pun nulis namanya sendiri di bagian sutradara "Astradanya siapa?"

Chani bingung "Astrada itu apa?"

"Asisten Sutradara." jelas Hyunjin.

"Belagu amat lu pake gituan." ucap Chani setelah tau artinya.

"Ngga gitu konsepnya Chani goblog!" semprot Renjun.

Dengan senang hati Lia ngangkat tangannya "Gue aja No."

Diskusi itu pun berlanjut sampai ke bagian lain seperti siapa penulisnya, siapa pemainnya, siapa yang jadi penata riasnya, dll.

"Oke buat bagian-bagian yang lain udah selesai sekarang kita tentuin tempat syutingnya. Ada saran?"

"Di sekitar rumah gue ada tempat yang cocok buat syuting gituan No." Lia kembali mengajukan diri untuk andil di tugas filmnya ini.

Jeno mengangguk "Ya udah nanti Sabtu depan kita kumpul di rumah Lia aja." Jeno langsung ngelihat ke arah Chaeyoung "Minggu depan pasti udah beres kan naskahnya?"

Chaeyoung senyum lebar "Pasti beres dong."










💻










Mulut Haechan menganga ketika motornya memasuki kawasan perumahan Lia yang diisi dengan rumah-rumah gedongan. Walaupun agak jauh dari perkotaan, Haechan pengen banget tinggal di daerah sini.

"Disini bangunin sahurnya pake marching band kali ya." celetuk Haechan.

Helmnya langsung digeplak sama Jaemin "Ngadi-ngadi aja lu."

Setelah melewati beberapa rumah, Haechan dan Jaemin berhenti di depan rumah yang pagar cokelatnya menjulang tinggi. 

"Nomor 9 bukan?" tanya Haechan memastikan nomor rumah Lia.

Jaemin menyipitkan matanya terus ngangguk "Iya bener."

"Ya udah lu turun, pijit tuh belnya." titah Haechan yang langsung diturutin sama Jaemin.

Nggak lama ada Pak Satpam ngebukain pagar "Mau ke siapa ya dek?"

"Saya mau ke Lia Pak soalnya ada kerja kelompok." jelas Jaemin.

"Oh iya, silahkan masuk." jawab Pak Satpam sambil ngebuka lebar pagarnya.














Chani baru datang ketika semua temennya udah ngumpul di rumah Lia.

"Kemana aja lu?" tanya Renjun "Kita nungguin lu dari tadi."

Chani cuma cengengesan "Ada kendala teknis sebentar."

Untung aja Bomin, Hyunjin dan Sunwoo punya kamera jadi ngga usah bingung lagi. Perihal masalah kostum semuanya beres di tangan Shuhua dan Heejin.

"Tempatnya jauh ngga dari sini Li?" tanya Han mengenai tempat syuting.

Lia menggeleng "Deket kok, lima menit nyampe."

"Tapi Li menurut gua di sini juga cocok kok." ujar Jeno menunjuk taman rumah Lia yang luas "Ceritanya tentang jaman dulu jadi pas banget kalau latarnya rumput."

"Bener juga sih saran lu." Lia manggut-manggut "Ya udah di sini aja deh."

Jeno langsung ngelihat temennya satu persatu "Gimana jadinya di sini aja?"

"Iyalah di sini aja, enak banyak makanannya." jawab Eric.

"Oke, syuting di mulai."

Jeno ngambil naskah di tangan Chaeyoung terus manggil Seungmin yang berperan sebagai pemeran utamanya untuk mendekat "Lu udah baca naskahnya kan? Jadi di scene pertama ini kita ngambil prolognya dulu."

Seungmin mengacungkan jempolnya "Siap."

"Kamera udah siap?" tanya Jeno ke Bomin, Felix dan Renjun yang bertugas jadi cameraman.

"Udah." jawab ketiganya serentak.

"Oke, camera...roll... ACTION!"

TKJ 1 - cheerfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang