"Aku yang akan memikirkan hidupmu, Jinyoung!"
"Aku tidak akan membiarkan ayahmu mengambilmu lagi!"
"Dia puteraku!"
"Anak berengsek. Seharusnya kau tidak lahir waktu itu!"
"Kau menyia-nyiakan waktumu!"
"JINYOUNG!!!!"
**
"Jackson, panggilkan dokter!", panik Jaebum.
Jaebum terbangun dari tidurnya karena terkejut dengan suara jeritan. Itu suara Jinyoung. Anak itu sudah sadar, namun bukan dalam keadaan tenang. Ia menjerit ketakutan. Jaebum memegang kedua tangan Jinyoung agar berhenti meronta.
"Jinyoung, tidak apa-apa, saya di sini!"
Sesaat seorang dokter diikuti beberapa perawat masuk ke ruangan dan melakukan tugas mereka.
Terlihat Jinyoung masih meronta. Jarum infusnya terlepas. Ia mendorong seorang perawat yang berusaha menenangkannya, otomatis meja di belakang tubuh perawat tersebut ikut terdorong menjatuhkan beberapa benda di atasnya.
Jaebum melihat pancaran ketakutan dari kedua mata Jinyoung. Air matanya keluar. Tangisnya pecah. Ia bermaksud meminta tolong. Namun bibirnya tidak mengucapkan kata apapun selain menjerit.
Jaebum dan Jackson membantu memegangi kaki Jinyoung.
"Tenanglah Jinyoung, jangan takut!", ucap Jaebum iba
Perlahan, tubuh Jinyoung bisa dikendalikan. Dokter berhasil menyuntikan sesuatu pada tubuh Jinyoung. Walau nafasnya masih memburu, tenaganya berhenti memberontak. Suara tangisnya berhenti. Keadaannya berangsur tenang. Ia pun kembali memejamkan mata.
Jinyoung belum stabil. Saat baru sadar tadi pikirannya masih terjebak pada memori peristiwa terakhir. Peristiwa mengenaskan yang membuatnya hampir koma.
Jaebum menggenggam salah satu jemari tangan Jinyoung. Lalu mengeluskan punggung tangan anak itu ke pipinya.
Bahkan di alam mimpi pun separuh nyawanya masih dalam lingkaran kejaran ayah kandungnya, pikir Jaebum sengit.
**
"Pasal penganiayaan, penelantaran anak, penyerangan di tempat umum, masuk ke wilayah sekolah tanpa ijin, dan yang terakhir....jual beli narkoba.
Wah ... wah, nampaknya musuhmu akan tinggal lama di penjara"
"Narkoba???", kejut Jaebum tidak percaya.
"Waktu diamankan dari sekolahmu kemarin, polisi menemukan heroin di saku bajunya. Itu sangat memberatkan posisi Mark!"
"Apakah dia sendiri mengakui kalau dia itu pengedar?"
"Saat itu belum. Kemudian polisi menyergap seorang perempuan di rumah Mark. Perempuan itu mengaku sebagai kekasih Mark.
Tapi polisi mendapat bukti lain. Ternyata dia juga seorang pengedar. Mark tidak bisa menghindar di situ. Ia akhirnya mengaku.
Kini polisi sedang memburu bandarnya. Tapi Mark masih belum mau bekerja sama dengan para petugas.
Jangan kau pikirkan, itu urusan mereka!", terang Junho
Jaebum masih ingin mengetahui fakta lain, "Lalu ibunya?"
"Ibu kandungnya tidak menginginkan Jinyoung. Menurut kabar yang beredar, perangainya tidak jauh berbeda dengan suaminya"
Jaebum teringat akan perilaku Jinyoung. Perilakunya ternyata berbeda jauh dengan orangtuanya. Anak itu tidak pernah menunjukkan emosi yang meledak-ledak. Malah cenderung pendiam dan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I DONT WANNA LEAVE AGAIN
FanfictionJaebum dan Mark memperebutkan hak asuh Jinyoung. Sebenarnya Jinyoung sendiri ingin tinggal bersama siapa ? Cerita ini murni tentang kehidupan keluarga.