Part 1

3.5K 202 43
                                    

Jika suka, tinggalkan jejak di story ini.
Jika tidak suka, tinggalkan cerita ini, jangan kembali lagi.

Jaehyun dan Taeyong baru saja memasuki sebuah rumah megah, hadiah dari keluarga Jung untuk pernikahan keduanya. Rumah ini hanya terdiri dari satu lantai, tetapi begitu luas dengan tembok yang tinggi dan kokoh. Di halaman belakang juga ada taman yang cukup luas dengan kolam renang yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk membuatmu bersantai dan meregangkan otot-ototmu yang kaku.

Kedua pria itu baru saja menikah, bahkan masih mengenakan tuxedo putih. Selepas pesta pernikahan, mereka langsung menuju rumah barunya. Hanya sebuah koper yang mereka bawa, karena rumah ini perabotannya sudah lengkap.

"Kita perlu membuat perjanjian," Jaehyun berkata tajam seraya melirik Taeyong yang masih mengagumi isi dari rumah.

"Uhm, perjanjian apa?"

"Duduk." Jaehyun meminta Taeyong duduk di sofa, kemudian dia mencari-cari sesuatu di dalam rumah.

"Kau yang menulis," Jaehyun menyerahkan selembar kertas dan pulpen kepada Taeyong.

"Apa yang harus ku tulis?" Cicit Taeyong sambil menggenggam pulpen yang diberikan Jaehyun tadi.

"Perjanjian antara aku dan kau." Jaehyun menatap tajam ke arah Taeyong dengan remeh. "Kau tau, aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku ingin kita tau batasan masing-masing."

"Oke. Perjanjiannya apa saja?"

"Pertama. Aku tidak ingin kau menunjukkan wajahmu di hadapanku."

Taeyong membuka mulutnya, ingin protes. Bagaimana bisa? Mereka adalah pasangan menikah. Taeyong bahkan sudah membayangkan jika Jaehyun adalah wajah yang pertama dilihatnya saat bangun pagi.

"Kedua," Jaehyun langsung memotong sebelum Taeyong melancarkan protesnya. "Kau yang membersihkan seluruh rumah ini. Tidak ada maid, kau yang harus membersihkannya sendiri. Dan ingat! Selama membersihkan rumah ini, jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku."

"Ketiga. Kau harus memasak untukku. Ingat, hanya untukku. Kau tidak boleh memakan apapun dari rumah ini. Sudah bagus aku memberikan tempat tinggal untukmu."

"Keempat. Aku akan memberikanmu gaji, sebagai ganti uang sakumu. Aku juga akan membayar uang kuliahmu untuk satu semester kedepan. Jika kau tidak lulus, silahkan biayai kuliahmu sendiri."

"Kelima. Jangan memberikan alamat rumah ini pada orangtuamu. Jangan ijinkan mereka datang. Jika aku melihat mereka, aku akan mengusirnya."

"Keenam. Kau bisa tidur di gudang belakang. Jangan kau gunakan selimut, bantal atau kasur dari rumah ini. Silahkan kau gunakan gajimu untuk membelinya."

"Ketujuh. Aku memiliki kekasih. Yeoja, bukan namja menjijikkan seperti kau. Aku masih menyukai perempuan. Jangan pernah memberitahu keluargaku atau keluargamu."

"Ba-bagaimana bisa? Kita bahkan pasangan menikah." Taeyong akhirnya bisa mengeluarkan suaranya setelah terkejut dengan seluruh perjanjian yang Jaehyun berikan.

Jaehyun mencengkram pipi Taeyong dengan sebelah tangannya. Cengkraman itu cukup erat, membuat Taeyong meringis kesakitan. Mungkin saja rahang Taeyong pecah, jika saja pria manis itu tidak mengaduh kesakitan.

"Aku bisa menghancurkanmu dan keluargamu. Membuat kehidupan kalian menderita. Hingga kau menyesali karena pernah hidup."

Taeyong menegak salivanya. Dia takut mendengar ancaman Jaehyun yang disertai dengan kilat amarah di matanya.

*****

Taeyong bangun sangat pagi hari ini. Tubuhnya terasa sangat sakit dan pegal. Malam pertama di pernikahannya, dia habiskan di gudang dengan lantai dingin dan keras. Tidak ada alas tidur disana. Beruntung Eomma-nya memasukkan bed cover di kopernya. Sebagai hadiah pernikahan.

Taeyong melihat kondisi gudang yang akan menjadi tempat tinggalnya. Hanya ruangan kecil berukuran 2x3m tanpa sebuah ventilasi. Tumpukan kardus-kardus berada di sudut ruangan. Ada juga rak kecil yang sudah sangat reot, akan ambruk jika diberikan beban yang sedikit berat.

"Aku akan menjadikan tumpukan kardus sebagai alas tidur dan rak kecil itu sebagai lemari pakaianku. Tapi sepertinya butuh sedikit perbaikan," gumam Taeyong melihat kondisi kamarnya.

Tadi malam Taeyong memang tidak sempat membersihkan kamarnya. Dia hanya menggelar bed cover dan terlelap setelahnya. Tubuhnya sangat lelah karena pernikahan yang menguras tenaganya. Ditambah perjanjian Jaehyun yang membuat pikiran Taeyong semakin pusing.

"Apakah dia serius dengan perjanjian itu?" Gumam Taeyong, teringat akan obrolan mereka tadi malam.

Jung Jaehyun dan Lee Taeyong menikah karena perjodohan konyol. Omongan kakek tua renta yang sekarang menjadi Presdir di perusahaan keluarga Jung. Jika Jaehyun tidak menurutinya, maka jangan harap pria berdimple itu akan masuk dalam ahli waris. Bahkan Kakek Jung mengancam akan mencoret Jaehyun dari kartu keluarga.

Keluarga Taeyong sendiri bukan berasal dari keluarga kaya. Dia anak pertama yang memiliki tiga adik. Lee Minhyung, Lee Haechan dan si bungsu Lee Jeno. Ayahnya Lee Donghae adalah seorang buruh di pabrik, sementara ibunya Kim Taeyeon memiliki usaha catering kecil-kecilan.

Karena kebaikan Lee Donghae dan Kim Taeyeon, membuat Kakek Jung jatuh cinta pada keluarga Lee ini. Dia ingin menjodohkan cucu satu-satunya pada salah satu keluarga Lee. Kakek Jung ingin Jaehyun mendapat pendamping yang setia, rendah hati dan yang pasti tidak hanya mengincar harta keluarga Jung semata.

Namun, Jaehyun tidak setuju akan pernikahan konyol ini. Dia memiliki kekasih seorang perempuan, Lisa. Jaehyun serius dengan hubungannya, tetapi kemudian Taeyong hadir untuk merengut seluruh rencana yang akan membuat dia dan kekasihnya tidak bahagia.

Mau tidak mau, Taeyong harus menerima pernikahan ini. Dia tidak enak pada Kakek Jung. Pria tua itu sudah membantu banyak keluarganya. Setiap Kakek Jung mengunjungi rumahnya, selalu saja pria tua itu membawa oleh-oleh. Belum lagi Kakek Jung pernah membantu biaya masuk sekolah Jeno saat memasuki SHS. Taeyong rasa, dia perlu membalas kebaikan Kakek Jung dengan memenuhi permintaanya.

Walaupun Taeyong yakin, dia harus mengorbankan kebahagiaannya.

"Keluargaku harus menganggap aku bahagia. Aku tidak boleh bersedih!" Taeyong bangkit dari tempatnya, memulai hari ini dengan semangat.

Taeyong membersihkan seluruh rumah dengan cepat. Kedua tangannya bergerak, kakinya mondar-mandir ke seluruh rumah besar ini. Dia harus menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebelum Jaehyun bangun.

Bagian dalam rumah sudah. Taeyong juga harus membersihkan pekarangan depan dan belakang. Langit bahkan masih gelap saat Taeyong menyirami tanaman. Sepertinya Taeyong akan mulai terbiasa nanti.

Kruuuukkk!

Perut Taeyong berbunyi saat menyiapkan sarapan untuk Jaehyun. Dia baru ingat kalau tadi malam dia belum sempat makan. Sehabis membahas soal perjanjian, Jaehyun mengusir Taeyong ke dalam kamarnya, --ah lebih tepat kalau disebut gudang.

Taeyong berniat untuk mencicipi satu sendok nasi goreng yang dibuatnya. Sendok itu masih berada di depan mulutnya, hingga sebuah suara mengagetkannya.

"KAU BERNIAT MELANGGAR PERJANJIANNYA?!"

Taeyong meletakkan sendoknya. Cukup kaget dengan suara Jaehyun yang menggelegar sepagi ini.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Taeyong.

Bhug!

Bahkan sebuah bogem bersarang di rahangnya. Semua itu terjadi begitu cepat, hingga Taeyong belum sempat menghindar.

"Aku sudah memperingatimu tadi malam. Kau tau akibatnya kan?!"

"Maaf Jae, aku hanya ingin mencicipinya tadi."

Bhug!

Jaehyun kembali melontarkan bogemnya. "Ini peringatan lagi untukmu. Jangan pernah memakan apapun di rumah ini dan jangan muncul di hadapanku!"

"Maaf." Taeyong menundukkan kepalanya. Ternyata Jaehyun tidak main-main dengan ucapannya. Dan pukulannya cukup menyakitkan. Taeyong yakin wajahnya sudah ada lebam birunya.

"Buang makanan itu ke tong sampah. Aku tidak berniat memakannya. Gajimu untuk hari ini kupotong mengganti makanan itu. Sekarang, pergi dari hadapanku! Dan jangan pernah muncul lagi atau kau tidak akan pernah ku maafkan!"

Bersambung...

Hopeless | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang