pertemuan yang menyebalkan

10 3 0
                                    

Kehadiran cowok aneh tadi benar-benar membuat kacau suasana. Aku dan Evan memutuskan untuk pergi dari tempat itu, tanpa jawaban apa pun. Semuanya gara-gara dia--cowok aneh.

Sepanjang perjalanan pulang, aku dan Evan hanya bisa diam seribu bahasa. Yang terdengar hanyalah suara kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di sepanjang jalan.

Evan memberhentikan motornya di halaman rumahku. Aku turun dari sana.

"Yang tadi gak usah dipikirin, ya," kata Evan sembari membantuku membuka helm. Aku hanya mengangguk dan sedikit tersenyum.

"Kalau gitu, aku pulang dulu, ya." Evan pergi. Aku masih betah memandanginya, walau raganya telah menghilang dari pandangan. Kulangkahkan kaki dengan lunglai, masuk ke dalam rumah.

"Aaah, nyebelin banget ... semuanya gara-gara cowok aneh tadi." Aku tak bisa berhenti mengucapkan sumpah serapah saat sampai di kamarku. Seandainya dia tidak muncul, mungkin aku sudah menjadi pacarnya Evan. Kupejamkan mata sambil berbaring di ranjang king size-ku, untuk mengurangi sedikit rasa kesal. Dan perlahan-lahan kesadaranku mulai menghilang.

***

Tok ... tok ... tok ...

"Tania ...," kudengar samar-samar suara seseorang dari luar.

"Masuk," jawabku pendek.

Ceklek, pintu terbuka lebar.

"Ya ampun Tania, kenapa masih belum siap, ayo cepetan mandi." Aku membuka mataku dengan malas dan melihat mama yang sudah berpenampilan rapi, layaknya ibu-ibu pejabat.

"Males, Ma ...." Aku membalikkan posisiku dari terlentang menjadi tengkurap dan kembali memejamkan mata.

"Mau ngelawan, kamu? Udah sana mandi," titah mama.

"Iya, iya, Mama bawel." Aku beranjak meninggalkan kasur empukku dan melangkahkan kaki ke kamar mandi.

"Jangan lupa baju yang kemaren dipake, terus dandan yang cantik." Akhirnya, setelah puas mama keluar dari kamarku.

*

"Yakin gue pake baju ini?" gumamku, sambil mematut diri di depan cermin dan memerhatikan mini dress biru yang kukenakan. "Gak banget, deh."

"Tania... ayo cepetan, nanti kita telat." Lagi-lagi mama tidak sabaran, tapi tak kugubris. Aku masih merasa kurang nyaman dengan pakaianku.

"Gue bawa baju ganti aja kali, ya?"

"Tania... ayo dong, Sayang." Kali ini papa yang memanggilku.

"Iya, iya, sabar." Aku segera turun dengan menuruni setiap anak tangga. Di bawah, mama dan papa tengah berdiri menantiku. Mereka terlihat terpana.

"Waaah, ini beneran kamu, Tania?"

"Ya iya 'lah, siapa lagi? Emang ada orang lain di rumah ini selain aku?" ucapku ketus.

"Cantik banget kamu, pangling ya, Pa. Mama bilang juga apa, kamu itu bakalan keliatan cantik banget kalau pake baju kayak gitu."

"Cantik, sih, cantik, tapi kalau gak nyaman buat apa?" Ucapanku masih terdengar ketus. Jujur saja, aku tidak nyaman dengan semua ini.

"Udah, ayo kita berangkat, nanti telat." kata Papa.

Akhirnya aku, mama, dan papa berangkat ke tempat pertemuan yang tak kuinginkan ini.

***

"Kayaknya kita telat, deh, Pa," kata mama panik, saat tiba di tempat tujuan--sebuah restoran. Sepertinya, hanya aku di sini yang paling santai.

Syukran AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang