3

13 3 0
                                    

Mau bikin salam sahur ah.
Mau nitip salam buat yang suka datang dan pergi seenaknya. Eh lo tuh siapa sih? Lo kira gue apaan? Tissue apa? Abis lo pake terus dibuang?

#SalamSahur

"Pak, gakpapa?"

Fatra melirik Alfan sejenak. Tapi langsung mendengus. Ditatapnya Dizza yang sudah berkacak pinggang. Sudah seperti emak-emak yang tupperware nya dihilangin anaknya. Iya sumpah persis banget.

"Maksud kamu apa lempar laporan gini ke aku?" Nadanya masih tenang. Mukanya aja yang gak bisa santuy. Kayak udah capek banget sama hari ini.

Dizza melotot. "Kamu masih nanya kenapa?"

"Iyalah. Aku dateng-dateng langsung jadi samsak laporan segini tebel dikira gak kaget?" Telunjuknya menunjuk pada laporan yang sudah terkapar di lantai.

Laporan itu terbalik. Bagian dalam sudah mencium lantai. Pasti lecek sana-sini itu.

"Mas telat hampir sejam. Di WA gak dibales. Di telpon gak diangkat. Kasihan mahasiswaku udah nungguin dari tadi Mas!"

"Kamu kenapa sih? PMS?"

Waduh, ini dosen pake nanya lagi. Tuh macannya sudah pengen nerkam Pak! Gimana sih ih!!

Alfan takut bergerak. Sedikit saja gerakan mungkin dia juga menjadi korban seperti Fatra.

"Iya! Kenapa? Gak terima?"

Tuhkan bener Pak, kata saya juga apa.

"Tadi masih ada rapat sama rektor Za. Kamu gak lihat ini wajahku udah kayak baju abis dicuci gini?"

"Gak bisa izin pak rektor dulu buat WA aku bentar? Biar aku bisa nyuruh mahasiswaku pulang dari tadi! Kasihan dia dari pagi ada kelas Mas." Dizza benar-benar mengamuk.

"Aku beneran gak enak buat izin sebentar aja Za."

Dizza mengangguk sebentar. Tangannya yang sudah diturunkan. Dia menatap ke arah Fatra lalu menatap Alfan yang sejak tadi menjadi patung kaku di dekat pintu.

"Sergi, kamu bisa pulang."

Singkat, padat, dan jelas. Dizza sekali. Perintahnya langsung diberi anggukan berkali-kali oleh Alfan. Kakinya segera bergerak menuju depan Dizza. Mengambil tas lah.

"Saya permisi dulu Kak Dizza." Kepalanya tertunduk dalam saat berpamitan dengan Dizza yang masih mengeluarkan aura dendam kesumat.

"Saya permisi Pak Fatra." Ucapnya saat melewati Fatra.

Alfan segera menjauh dari ruangan Dizza. Walau samar-samar dia masih mendengar lengkingan suara perempuan itu lagi. Sungguh, Alfan tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan kedua dosen itu. Fatra hanya terlambat 35 menit. Ya tapi lihat dulu siapa musuhnya, Dizza. Manusia yang membenci orang terlambat barang semenit saja.

Waktu itu berharga. Apapun yang terjadi hanya datang sekali. Itulah yang berusaha Dizza tanamkan pada orang-orang di sekitarnya. Terlebih pada mahasiswa. Toh peraturan-peraturan yang Dizza buat itu juga akan bermanfaat esok hari.

"Wah gila sih. Gak nyangka gue Kak Dizza bisa semarah itu." Alfan masih menatap takjub ruangan Dizza dari tempatnya berdiri sekarang. "Itu laporan jalan raya loh ya. Bukan laporan praktikum beton lagi yang masih 115 halaman!"

"Fan!" Panggilan seorang cewek seumuran dengan Alfan.

Alfan sontak menoleh. Dan langsung tersenyum mendapati Okta mendekatinya.

"Napa lo? Kangen gue kan?" Sungguh pede sekali Alfan ini teman-teman sekalian. Wajahnya mengerling jahil. Alisnya dinaik-turunkan.

Kepalanya langsung ditoyor oleh Okta. Sahabat karib Alfan dari jaman baheula. SD maksudnya SD. Bukan dari jaman orok banget kok.

FIRMAMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang