Fanboy

17 6 0
                                    

"Seperti pangeran tampan yang berlapis kulit putih,  yang didamba para hawa dengan sejuta cahaya."

___________________


Nadila menepuk-nepuk sofa biru  yang tertata rapi di ruangan tamu berukuran 5 x 6 meter itu agar debunya menghilang. Sempit, namun membereskannya hampir berjam-jam.

"Nad, jangan lupa tempe sama melonnya dimakan ya. Ibu sekarang mau pergi dulu," pamit ibunya dengan sikap terburu-buru. Berlari keluar rumah.

Nadila kembali membersihkan seluruh ruangan. Pekerjaan yang telah menjadi kebiasaan bagi seorang perempuan.

Nadila diajari oleh orang tuanya agar terbiasa hidup mandiri. Sejak kecil dia telah di latih untuk bisa beraktifitas di rumah. Berasal dari keluarga sederhana, tak ada kemampuan untuk menyewa pembantu.

Mencuci, mengepel, membereskan ruangan, dan hal-hal lain yang menyangkut pekerjaan rumah. Untuk apa? Untuk dirinya sendiri, karna menurut pemikiran orang tuanya bahwa pada dasarnya wanita itu akan menjadi seorang istri yang bisa mengurus rumah dan suami.

Setelah dikerjakan dengan ikhlas, akhirnya Nadila mampu membereskan semuanya.
Kini Nadila dapat bernapas dengan tenang dan menikmati istirahat. Duduk manis sambil menikmati rumah yang bersih. Pewangi ruangan tercium wangi bunga. Menenangkan jiwa.

Dia meraih ponsel dan membuka aplikasi chat. Seperti biasa, benda kesayangannya tersebut, tiba-tiba sakit. Tidak bisa bergerak walau disentuh beberapa kali. Maklumlah, dia tak mampu menggantinya dengan ponsel canggih masa kini. Pendapatan Ayahnya yang bekerja sebagai pengrajin kayu borongan hanya cukup untuk biaya sekolahnya saja.

Setelah ponselnya kembali pulih dan bisa digunakan,  Ada chat yang masuk  ke dalam grup komunitas K-Pop. Ada anggota baru yang memperkenalkan diri. Dia membacanya dengan teliti.

[Annyeong, namaku Yufid idolaku Hyunjin Stray Kids, salken.]

Menyimak pesan itu Nadila terdiam. Yufid K-Popers? hatinya bertanya. Dia menyangka-nyangka bahwa Yufid adalah K-Popers sama seperti dia juga.

Sejak kelas 1 SMP Nadila gemar sekali dengan artis-artis dari negeri ginseng tersebut. Wajah mereka yang terlihat imut, cantik, dan tampan tak sedikit yang mengagumi. Tapi alasan yang mendominasi Nadila dalam menyukai K-Pop bukan karena fisiknya yang indah tetapi melihat dari perjuangan dan semangat mereka dalam menggapai harapan dan mimpi. Lirik lagu yang berkualitas dan bakat yang menjadi ikon, mendominasi dirinya untuk semakin gemar dengan artis Korea tersebut. Ibunya pun tak pernah ikut campur dalam hal seperti itu. Selagi tak berlebihan dalam menyukai, itu sah-sah saja baginya.
Nadila semakin penasaran. Dia mencoba mengirim pesan pribadi ke orang tersebut, untuk memastikan apakah dia memang benar Yufid adik kelasnya yang dia kenal selama ini atau malah bukan. Dia memberanikan diri untuk mengirim kalimat chat.

[Anyeong, salken saya dari grup. Bolehkah saya mengenal anda lebih jauh?]

Si pemilik akun di seberang sana belum membaca pesan darinya. Mungkin terlalu sibuk membalas pesan yang lain. Nadila mencoba bersabar, sampai akhirnya ada notifikasi yang menghentakkan dirinya.

[Oh, sangat boleh. Salken ya, namanya siapa, dari mana, fandom?]

Nadila terkekeh membaca pesan itu, dia yakin betul bahwa itu memang benar Yufid adik kelasnya yang selama ini dikenal dan bukan orang lain. Terlihat setelah dia stalking foto profilnya menampilkan sesosok Yufid yang memakai kaos hitam dilapisi blazer navy dengan headband atau bandana yang melingkar di kepalanya. Terkesan stylish laksana super model yang terpampar di majalah remaja. Tampan dan segar.

ANAK KELAS ATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang