5. Sweet Love

9 3 0
                                    

"Kuserahkan kepada pemilik hati sesungguhnya, karena cinta ini terus berselancar terbawa ombak indah gemulai." 

__________________________________

Janji harus ditepati. Begitulah kalimat yang terlontar dari bibir  tipis berwarna merah muda seorang gadis pada beberapa waktu ke belakang.
Alvin memahami watak gadisnya itu. Jika tak dituruti bisa hancur bumi ini terkena amukkannya.

Malam pekan ini dua sejoli yang tengah dimabuk asmara ini akan menghabiskan waktu dengan mengunjungi  sebuah rekreasi yang dinamai kampung Korea yang terletak di kota itu. Kota Bandung yang sekarang, penuh dengan tempat wisata yang dapat menjernihkan mata. Karenanya, Alvin begitu semangat untuk memberikan saran pada kekasih pujaan hatinya untuk menjadikan tempat wisata itu sebagai tujuan kencannya.

Suasana kota yang mereka singgahi memang selalu dipadati keramaian selama 24 jam. Ini adalah sebuah kenikmatan tersendiri bagi para penikmat hangout.

Alvin dan Sasya akan menghabiskan waktu bersama sampai larut malam. Seharusnya malam ini Alvin ada di rumah Yufid untuk mengerjakan tugas kelompok. Namun dia merayu agar dipindah ke hari lain dengan alasan ada kegiatan mendadak yang tak bisa ditinggalkan.

“Iya iya. Asalkan nanti tugas kita harus selesai tepat waktu.”

Setelah semuanya siap, Alvin langsung berangkat menemui Sasya di rumahnya.

Menikmati kilauan lampu malam yang indah bak bintang bersinar di langit, telah usai. Ada kepuasan yang menyelubung kepada hati mereka.
Kepercayaan yang diberikan oleh Ayahnya terhadap Alvin, dia bebas untuk melakukan apapun termasuk keluyuran  pada jam istirahat seperti ini.

Sementara Sasya, dia adalah anak yatim piatu. Kecelakan tragis sepuluh tahun lalu merenggut nyawa kedua orang tuanya. Saat ini dia tinggal bersama tantenya yang super sibuk. Keakraban diantara keduanya tak begitu lancar  terjadi. Sehingga tidak ada pengawasan terhadapnya. Mau kemana pun dan kapan pun, selagi keinginan menggebu dia tetap akan melakukannya.

Sebenarnya antara Alvin dan Sasya jauh berbeda jika dibandingkan. Alvin berasal dari keluarga yang serba ada, apapun terpenuhi hanya dengan meminta. Sementara Sasya, hanya gadis yatim piatu yang menetap di rumah tantenya dengan segala kebutuhan yang apa adanya.
Tapi perbedaan itu tak menghalangi mereka untuk bersatu. Mereka bersama tanpa memandang satu sama lain. Cinta, ketertarikan, dan penasaranlah yang menyatukan mereka. Menumbuhkan kenyamanan dan rasa tak mau kehilangan.

Ahh.. mereka hanya menjalankan cinta monyet. Pertahanannya tak sekokoh cinta sejati. Bisa jadi setelah saling puas  dan rasa bosan menghampiri mereka akan saling melepaskan. Takdir manusia bukan diskenariokan oleh manusia juga. Jika Alvin dan Sasya yang memerankannya, Apakah cinta mereka hanya musiman, atau malah cinta mereka mekar dan menjadi batu yang kokoh?

"Udah malam ini vin, kita pulang," ajak Sasya. Memang jam di ponselnya telah menunjukan pukul 9 lebih.

"Boleh."  Alvin mengukir senyum dibibirnya.

Alvin dan Sasya berjalan bersamaan menuju parkiran mobil. Tangan mereka dari tadi masih menyatu sampai akhirnya terlepas juga saat akan membuka pintu mobil.

Mereka memasuki mobil tersebut dan berjalan. Mobil yang Alvin dapatkan dari Ayahnya setelah rengekan terjadi.

“Yah, aku  ingin menukar motor dengan mobil ini.” Katanya dahulu ketika Ayahnya datang untuk menengok dirinya.

Dalam mobil mereka bernyanyi gembira dan saling bercanda.
"Duhh... Cape,” Sasya mengeluh. Dia berhenti dari aktifitasnya. Gadis ini gemar sekali dengan menyanyi dan membaca puisi.

"Ya udah diam saja. Lagian aku gak nyuruh kamu untuk nyanyi," ledek Alvin.

"Iihhh.... Dasar kamu,"
Ucap Sasya cemberut. Dia mencubit manja Alvin.

Malam semakin larut. Warna hitam menghiasi seluruh alam bumi ini. Menciptakan suasana dingin yang menyengat.

Sasya akan pulang ke indekos Alvin, hal ini telah di sepakati dari tadi. Jika Alvin mengantarkan Sasya ke rumah tantenya, dia takut ada orang yang jahat semacam begal saat diperjalanan. Apalagi Alvin masih anak sekolah. Lagian, tantenya tidak ada di rumah. Kasihan Sasya disana sendirian. Pikirnya.

Sasya dan Alvin sampai di indekos. Dia masuk kedalam. Alvin mengunci pintu seperti biasanya dia lakukan.
Ruangan tersebut tak terlalu luas. Hanya berukuran 8 × 8 meter. Diisi dengan berbagai kebutuhan sehari-hari. Meja belajar, toilet, lemari, kulkas. Dan alat-alat lainnya. Tempatnya nyaman. Semacam dihotel.

"Fasilitas ini langsung dikasih dari pemilik indekosnya?”

Di kesempatan detik, Sasya bertanya.
Alvin menjawab tanpa memandang Sasya karna saat itu dia sedang melepaskan kaos dari badannya.
"Bukan, ini milikku sebagiannya,"
Sasya mengangguk tanda mengerti.
Setelah membersihkan badan secara bergiliran,  Mereka duduk berduaan. Alvin memiliki sifat manja, dan imut.

Alvin tak memikirkan apa pun. Dia merangkul Sasya sambil mengeluarkan lirih manjanya. Hal tersebut membuat sasya geli.

Masa pubertas mereka masih menggumpal, akibatnya Sasya merasakan sesuatu kenyaman yang belum pernah dia dapatkan.

Seakan dunia milik mereka berdua, dan kebetulan mereka sedang ditaburi asmara. Mereka tanpa berpikir panjang mulai bermesraan.  Tak sadar, syetan mulai merasuk untuk menguasai pikiran dan alam bawah sadar.

"Aku mencintaimu, sadarkah?”
Sasya mengangguk. Dia merasa ketakutan saat Alvin menyentuh lengannya.

Entah kenapa dia, Alvin tak mempedulikan keadaan. Seakan telah terhipnotis hawa nafsunya, Dia memaksa Sasya untuk melakukan itu.

Sasya sempat menolak dan ketakutan.

“Aku nggak mau, Vin.”

Alvin tak menanggapi lirihan Sasya yang ketakutan. Namun, dia berhasil terjebak dalam rayuan.

Alvin tersadar dari tidurnya. Dia membuka mata secara perlahan walau sebenarnya berat sekali.
Setelah dipaksa membuka, matanya langsung menangkap Sasya yang masih tertidur.

Alvin masih belum merubah posisinya.

Sasya tersadar dari kelelapan. Dia menatap orang disebelahnya dengan sunggingan senyum yang syahdu.
Sasya tak berkutik. Dia terdiam memikirkan hal apa yang telah terjadi semalaman. Dia mulai merasa tak enak hati.

Ada hal yang membuatnya gelisah. Rasa takut yang mulai menghampiri dirinya kembali lagi.

"Alvin," dalam keheningan Sasya membuka mulut.

Alvin merespon tanpa mengeluarkan suara, hanya dengan tatapan manis.
"Jangan sampai orang lain tahu dengan semua ini," Sasya kembali mengeluarkan suara walau berat.
"Tidak akan pernah. Lagian hanya kita berduakan yang ada disini,"
Alvin mencoba menenangkan walau sebenarnya itu tak mempan.

Sasya terdiam dengan raut muka datar. Dia mengeluaran seuntai kalimat lagi.

"Alvin, kalau misalkan aku hamil gimana? Aku masih sekolah. Aku masih kelas satu."

Pertanyaan itu, sontak membuat Alvin membulatkan mata. Dia terperanjat, dan perlahan bangkit dan mendudukkan badannya.

Dia mengolah kalimat diotaknya. Belum ada pernyataan yang akan dia lontarkan. Hanya saja, merasa ada gumpalan sesak yang merasuki rongga dadanya.

**"**"**"**"**"

Thanks for vote,
❤️❤️❤️❤️❤️❤️

ANAK KELAS ATASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang