"Jangan pernah menyalahkan takdir, jika itu terjadi karena campur tangan diri sendiri. Maka, jalanilah jalan yang ada jangan pernah berniat untuk berbelok untuk menghindari takdir itu."
___________________
Alvin menyetir dengan pasti. Membawa kendaraan yang telah menjadi teman dirinya untuk pergi kemana pun.
“Alvin sekarang kita kerjain tugas, karena besok harus dikumpulkan. Jadi mau tak mau kamu harus datang kerumahku sore ini. Ingat jangan terlambat ya.”
Ancaman Yufid mampu membuat Alvin ketakutan. Saat ini jam menunjukan pukul tujuh malam. Dia terlambat.
Dia membayangkan akan seperti apa ekspresi yang disuguhkan nanti.
Di sepanjang jalan dia memikirkan nasib dirinya sendiri. Ketakutan mulai menghantui. Bukan karena takut ada begal, namun dia takut karena kejadian tadi malam.Memang dia merasakan ada hal yang nikmat yang berselancar di raganya. Namun itu hanya sesaat. Dia sadar sebongkah penyesalan meraung-raung dibenaknya. Jika dia mengambil langkah menuju jalan penyelamat, seperti menikah saja. Lalu apa kata orang tuanya? bagimana nasib sekolahnya?akan seperti apa reaksi orang terdekatnya?
Seakan ada batu besar yang menghantamnya. Dia pusing, dan ingin berteriak.**
“Vin, akhir-akhir ini kamu kenapa sih? Jadi pendiam seperti ini. Ada masalah?” Tanya Yufid saat memerhatikan sahabatnya yang tak berkutik sedikit pun. Samar-samar Alvin mendengar pertanyaan itu karena kebisingan yang melanda.
Yufid sadar. Ada sesuatu yang berubah dari sahabatnya itu. Biasanya keceriaan selalu dia tebarkan dimanapun. Tapi kali ini, dia nampak murung. Seperti ayam yang sedang sakit.
Akhir-akhir ini sikapnya berubah bersamaan dengan penampilannya pula. Mukanya sering berminyak serta rambut yang sedikit gondrong.
“Alvin, cobalah cerita kepadaku.” Jelas lagi Yufid. Dia cemas, belum ada sepatah katapun yang terucap.
“Yufid.” Akhirnya keluarlah suara dari mulut Alvin.“Jika aku meminta tolong padamu, apakah kamu memberikannya?” Alvin memberanikan diri untuk bersuara.
“Tolong apa?” semakin penasaran, Yufid menutup ponselnya bahkan mematikannya supaya tak ada dering yang mengganggu dirinya untuk mendengarkan percakapan penting ini.
“Sasya hamil.”
“Apa?”
Brakkkk....
Yufid mengeluarkan bom atom dari mulutnya, spontan tangannya pun memukul cepat meja sehingga gelas dan mangkok bergerak seperti terkena getaran gempa. Seketika orang yang berada disitu, otomatis terdiam dan mengarahkan pandangan ke sumber suara. Lalu kembali lagi seperti biasa.
Seketika, Yufid menarik Alvin ke tempat yang sepi. Agar tidak ada orang yang menyimak percakapannya.
“Apa maksud Lo tadi?”
Yufid menjelaskan apa maksud kata yang dilontarkan Alvin setelah berada di kebun belakang sekolah. Baru kali ini dia menyebut kata 'Lo' pada sahabatnya.
“Iya. Sasya hamil sama gue.”
Bergetar Alvin menjelaskan kembali.
Yufid tak berkutik. Dia mencermati kembali kata yang barusan tembus ke telinganya.Dia tak menyangka bahwa orang yang dia akui sebagai sahabat melakukan hal yang kurang hajar seperti itu. Melakukan sesuatu yang dilarang agama yang akan menyebabkan dirinya mendapat julukan penzina.
“Kapan lo lakuin hal haram kayak gitu?” Yufid semakin penasaran. Dia pelankan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK KELAS ATAS
Teen FictionBagaimana ya, sikap Yufid kepada sahabatnya, Alvin? Ketika anak dance cover boyband Korea itu, melakukan hal yang memalukan? Menghamili pacarnya?