Zendra berlari di lorong rumah sakit itu. Pikirannya hanya satu; akan memarahi gadis ceroboh yang selalu mengganggu pikirannya dan membuatnya sport jantung.
"Kak Zendra, ya?" tanya seorang gadis berkucir satu dengan pakaian olahraga. Pakaian olahraga yang sama seperti Tavie.
"Iya. Kamu temannya Magentha? Gimana dia sekarang?" tanya Zendra terburu-buru dengan napas yang masih tidak beraturan.
"Hm, sudah sadar, Kak. Sekarang lagi sama Pak Yuda. Dia pingsan karena terkena bola basket waktu olahraga." Selalu saja. Ceroboh. Zendra gemas sendiri dengan kelakuan adiknya.
"Terimakasih." Hanya itu yang diucapkan Zendra. Ketika akan memasuki ruangan rawat Tavie, gadis itu menahannya.
"Ini handphone Tavie, Kak. Maaf saya telepon Kakak, karena hanya nomor Kakak yang ada di panggilan daruratnya." Gadis itu memberikan ponsel adiknya padanya. "Kalau gitu, saya permisi dulu."
Zendra melihatnya berjalan dan menghampiri teman-temannya yang lain yang ikut ke rumah skit membantu Tavie. Zendra menghela napas. Dasar gadis ceroboh.
Zendra masuk ke ruangan Tavie dan melihat seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya berada di samping Tavie. "Kakak," ucap Tavie dengan senyum lima jarinya. Oke, Zendra tau Tavie merasakan amarahnya sekarang.
"Maaf, saya guru olahraga Magentha. Saya mohon maaf atas kejadian ini, tapi dokter sudah mengatakan tidak ada cedera serius." Pria itu sempat menjabat tangannya. Zendra hanya menganggukkan kepalanya dan menatap pria yang benama Yuda ini dengan datar. "Biaya rumah sakitnya akan ditanggung pihak sekolah. Sekali lagi, saya minta maaf." Sepertinya satu sekolah Tavie tahu siapa Kenneth Wijaya yang menyebabkan anak itu sangat diperhatikan pihak sekolah karena nama sang Ayah.
"Saya permisi dulu." Pria itu meninggalkan mereka berdua.
"Kak, kenapa kamu tidak bilang terimakasih? Pak Yuda yang sudah bantu aku." Zendra tidak memedulikan ucapan Tavie. Ia mendekati Tavie dan menempelkan punggung tangannya ke jidat adiknya.
"Kamu tidak panas. Ayo, kita pulang." Zendra berucap dingin.
"Kakak!"
"Hm?"
"Kamu marah?"
Zendra melengos. Ia mengambil kursi roda yang tersedia di sana. "Ayo pulang."
Tavie menggeleng. "Aku sehat dan masih bisa berjalan." Tavie baru saja akan turun dari ranjang rumah sakit ketika Zendra sudah menahannya dan berjongkok di depannya.
"Naik."
Tavie mengulum senyum. Ia tau sang kakak tidak pernah bisa marah lama-lama padanya. "Aku sayang Kakak." Lagi-lagi, Tavie mengecup pipi Zendra.
"Hm." Zendra bergumam. Ia sudah membawa adiknya di gendongannya dan berjalan ke luar rumah sakit.
"Aku tau Kakak tidak bisa marah padaku."
Zendra berdecih. "Kata siapa?"
"Aku, Mama, Ayah, sepupu-sepupu kita, Kakek, Opa, Oma, dan semua temanku." Bocah ini masih sakit tapi bibirnya selalu cerewet, dan memang, semua orang yang mengenal mereka, hampir semuanya mengatakan bahwa Zendra tidak akan bisa marah pada Tavie. Hampir semuanya mengatakan itu.
"Kenapa kamu selalu ceroboh?" tany Zendra.
"Aku tidak sengaja, Kak. Lagipula, itu bukan salahku, kan? Aku tidak meminta agar kepalaku terkena bola basket dan membuatku pingsan." Terus saja membela, Anak Bebal. Zendra hanya menghela napas melihat kelakuan Tavie. Ia mendudukan Tavie di samping kursi kemudi.
"Bukankah ini masih jam kantor?"
Zendra mencebik. "Kenapa kamu bertanya?"
"Kamu harusnya pergi ke kantormu, dan biarkan aku pulang sendiri. Aku bisa menyuruh sopir Ayah menjemputku."
Zendra mendelik. "Dan membiarkan kamu melakukan hal ceroboh lagi? No, thanks."
"Aku tidak akan ceroboh." Tavie mulai kesal karena Zendra terus saja menganggapnya bocah.
"Kadang kamu bertindak terlalu berlebihan, Kak. Aku sudah besar, tahun depan aku sudah kuliah, jadi seharusnya kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku. Rasanya aku lebih seperti kekasih kamu dibanding sebagai adik. Kamu lebih mementingkan aku dibanding semua hal." Zendra terdiam mendengar hal itu. Lebih baik tidak merespon daripada jantungnya semakin menggila.
***
"Tavie? Ada apa? Kenapa pulang jam segini?" tanya Violet ketika melihat anaknya sudah pulang diantar oleh Zendra.
Violet menatap Zendra, meminta penjelasan pada anak sulungnya. "Zendra?"
"Tavie pingsan karena terkena bola basket."
Violet menatapnya tidak percaya. "Apa?! Bagaimana bisa?!"
Violet menghampiri Tavie yang sedang duduk dan meminum gelas air putih. Violet mengusap kepala anaknya. "Tapi tidak apa-apa, kan? Kenapa tidak menelepon Mama?"
Tavie menggeleng. "Teman-temanku yang menelepon Kakak."
Violet menghela napas. "Lain kali hati-hati, Nak. Jika seperti ini terus, bagaimana Mama bisa tenang ketika kamu kuliah nanti?" Tavie anaknya satu-satunya. Tentu saja Violet takut.
"Tenang, Ma. Ada Zendra Wijaya yang menjagaku." Tavie menatap Zendra dengan pandangan jahil. Yang ditatapnya hanya mendelik dan menggelengkan kepalanya.
Violet tertawa. "Iya, tapi tidak selamanya Zendra selalu ada untuk kamu. Suatu saat Zendra akan memiliki keluarga yang akan dia prioritakan."
Tavie mencebik. "Tidak, Kak Zendra akan terus memprioritaskan aku. Iya kan, Kak?"
"Kamu adikku. Tentu saja." Zendra melengos saja dan pergi ke kamarnya. Ia tidak ada niatan untuk kembali ke kantornya lagi.
Violet yang melihat itu terdiam. Entah ini perasaannya saja atau bagaimana, tapi ia yakin ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, dan Violet sudah mengetahui, lebih tepatnya, menyadarinya sejak Zendra dan Tavie masih kecil.
"Ma."
Violet tersentak. "Hm? Kenapa?"
"Kak Zendra benar-benar akan pergi, ya?"
Violet tersenyum. "Iya, dua minggu lagi."
"What?! Secepat itu?!"
"Kenapa? Kamu takut merindukan Kakak tersayangmu itu?"
"What? No! Of course not. Aku hanya takut dia tidak bisa menjaga dirinya saja."
Lagi-lagi Violet tertawa. "Bukankah kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri?"
"No, aku sudah besar, Mama."
Violet mengecup pipi anaknya. "Tapi bagi Mama, kamu tetap menjadi bocah, Tavie," goda Violet.
"Mama!"
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Quaintrelle [AVAILABLE ON DREAME]
RomanceMagentha Taviella Wijaya memiliki segalanya. Harta, kecantikan, dan kecerdasan. Semuanya terlihat begitu sempurna di mata orang lain. Seharusnya ia bersyukur dan menjalani hidupnya dengan bahagia. Namun, ia tidak bisa. Tidak ketika relung hatinya ko...