Word: 1039
Lantunan lagu terserah berputar dari ponsel Gina, lagu milik Glenn Fredly selalu berhasil membuat Gina terhanyut dalam pikirannya. Memang Gina se-mellow itu, suka mendengarkan lagu-lagu galau dan berkutat sendiri dengan pikirannya. Namun, kali ini lagu yang berputar benar-benar mewakili isi hatinya, perasaannya yang sudah lama dipendam. Gina ingin tidak peduli lagi dengan semua yang terjadi, kalau memang harus berpisah mungkin lebih baik dilakukan secepatnya. Menatapi langit-langit kamar dengan pandangan kosong, pikiran Gina berkelana tentang hubungannya dengan Dimas. Lelaki yang sudah mengisi hari-harinya selama tiga tahun lebih.
Awalnya, Gina dan Dimas hanya dua orang yang tidak sengaja bertemu dalam satu sekolah. Tidak saling sapa, hanya tahu tapi tidak kenal. Hingga seperti kisah-kisah cinta lainnya, mereka dipertemukan di kelas yang sama. Di tahun terakhir masa SMA, menjadi teman sebangku dan memulai kedekatan itu. Gina memang bukan orang yang ceria seperti Cherry tetapi dia suka berteman. Itulah cara Gina dekat dengan Dimas yang super introvert, mencoba memulai obrolan terlebih dahulu. Yah, ternyata Dimas tidak seburuk kelihatannya, anaknya cukup seru dan mereka memiliki ketertarikan yang sama dengannya. Gina yang suka membaca komik, bertemu Dimas si pecinta anime. Gina yang suka bermain game, bertemu dengan Dimas yang seorang pro player Dota. Banyak yang bingung melihat hubungan Gina dan Dimas karena terlihat aneh untuk beberapa orang, termasuk sahabat Gina yaitu Cherry.
Hanya saja, keanehan itu hanya berselang beberapa bulan saja, hingga semua orang berubah menjadi iri melihat Gina dan Dimas yang seru sendiri dengan dunia mereka bahkan tidak pernah terlihat bertengkar. Kalau saja Gina bisa kembali ke tiga tahun yang lalu, mungkin Gina ingin membenahi hubungan mereka yang salah sejak awal. Hubungan yang menyebalkan saat ini benar-benar membuat Gina ingin mengakhirinya, tapi memulai kembali dengan orang yang baru ... Gina sepertinya tidak bisa.
"Capek banget!" keluh Gina pelan. "Tiap hari mikirin orang yang mungkin gak mikirin gue, gak peduli gue ngapain. Capek!"
Cherry yang sibuk dengan ponselnya mulai menyadari kalau temannya sedang tidak baik-baik saja. "Lo kenapa? Ada masalah sama Dimas?"
Gina hanya mengernyit. "Pengen putus."
"Hah? Gila lo? Kesamber apaan lo kok mau putus sama Dimas? Perasaan adem ayem gitu, kok. Cerita, dong! Lo nih ya, kebiasaan gak pernah cerita. Apa-apa dipikirin sendiri. Nanti jadi penyakit tahu, gak?" Cherry buru-buru meletakkan ponselnya dan mendekati Gina.
Cherry menarik tangan Gina, menyuruhnya bercerita dengan posisi duduk. Desahan berat terdengar dari bibir Gina. Kali ini, Cherry benar-benar terkejut, kalau temannya ternyata memiliki masalah dengan pacarnya. Masalahnya, yang Cherry tahu itu kalau Gina dan Dimas benar-benar pasangan paling rukun dan jarang punya masalah. Paling cuma masalah kecil yang benar-benar gak menyebabkan kata putus tuh terlintas.
"Gue capek. Hubungan gue gitu-gitu aja. Stop komentar kalo lo mau bilang gue cuma bosen aja. Gue udah nahan ini dari satu tahun yang lalu, gue coba berubah, gue juga ngomong sama Dimas, tapi nihil. Semua sama aja!"
Cherry menutup bibirnya begitu Gina berhasil menebak isi pikirannya. Cherry sendiri terkejut kalau ternyata Gina punya pikiran ingin pisah sejak lama dan dia berhasil menahannya hingga saat ini. temannya ini benar-benar tertutup sekali, sampai susah ditebak. Apakah orang-orang berzodiak Pisces semuanya seperti ini?
Ah, kenapa Cherry jadi menyambung-nyambungkan dengan zodiak? Sepertinya ini efek akhir-akhir ini dia mengikuti @zodiacstar yang memang lagi cukup booming di kampusnya. Cherry jadi sering membaca konten-konten yang disajikan seseorang berjulukan Star itu, dan kalau dipikir-pikir memang relate dengan yang terjadi.
Semenjak Dimas menjadi bagian dari hidup Gina, Cherry sudah menganggap Dimas sebagai sahabat juga. Memang untuk beberapa hal, dia merasa Dimas adalah orang yang aneh dan membuat orang naik darah. Apalagi hobinya yang suka tiba-tiba berkomentar, benar-benar membuat orang kesal.
"Dimas tuh makin hari makin gak peduli dengan gue, ya gue tahu dia introvert tapi benar-benar gue jadi merasa asing sama dia. Terus dia lebih sering ngomel gak jelas kalau gue gak tahu keadaan dia, benar-benar aneh banget. Gue gak tahan buat berusaha ngertiin dia, gue mulai gak peduli sama dia. Apalagi hobi game-nya benar-benar makin parah, kalau kita berantem gitu gue bisa ditinggal main game, dong. Chat kita pun cuma buat formalitas belaka, kayak gak ada feel sama sekali, deh. Gue tahu, sih, semua pasti berubah gak bisa sama kayak dulu, tapi gue try buat memperbaiki biar gak separah ini, tapi dia gak peduli. Gue juga bilang ke dia kalo gue udah gak nyaman dengan keadaan ini tapi menurut dia, kita gak ada masalah apa-apa." Gina menghembuskan napas sembari menatap Cherry dengan sedih. "Lo sadar gak, sih, kalo dia sering ngajak diskusi lo? Dia sama sekali gak ajak gue diskusi, gue gak marah sama lo, serius, tapi gue marah sama dia yang membuat gue udah gak berharga di mata dia."
Cherry yang mendengar cerita Gina pun mulai merasa masuk akal dan memang dia merasakan Dimas aneh. Dia lebih suka mengajaknya diskusi dibandingkan Gina, hingga Gina kadang seperti orang bingung karena tidak tahu apa yang kami bahas. Kalau begini, sih, memang benar Dimas mulai keterlaluan.
"Serius, gue gak tahu kalo lo selama ini punya masalah sedalem ini, Gin. Kok lo gak cerita ke gue, sih?" Cherry memeluk Gina yang terlihat sedih.
Gina melepaskan diri dari pelukan Cherry sembari menatap Cherry lekat. Dia tahu, Cherry sedang merasa bersalah. "It's okay, Cher. Emang gue yang susah buat cerita, bukan berarti gue gak percaya lo, cuma ya gue kayak gak mau terdengar konyol. Gue sama Dimas gak punya masalah yang gimana-gimana, cuma kayak gini benar-benar bikin capek. Apalagi lo tahu, kan, kalo Dimas tuh kadang kayak sok-sok jadi orang aristokrat, itu bener-bener annoying buat gue."
"Hah? Aristokrat apaa, Gin? Please, ya, gue tuh gak sepandai lo, jadi jangan pake bahasa yang susah gue ngertiin, dong!" keluh Cherry.
Gina tertawa melihat reaksi Cherry seperti orang kebingungan. "Orang ningrat gitu, loh, sok-sok bijak, sok-sok berlevel tinggi, dan itu lebay banget. Dia bahkan susah banget buat diajak foto bareng, padahal gue kan pengen nunjukin hubungan gue sama dia. Katanya gue tuh lebay."
Cherry mengangguk-angguk semangat, menyetujui ucapan Gina. "Bener banget! Gue sebel asli sama sifatnya dia yang itu, apalagi kalau mulai komentar-komentar gak jelas, asli itu annoying banget. Kalau ngomong kadang ketinggian, Njir, duh, maaf ya, tapi pacar lo emang semenyebalkan itu. Apaan juga, sih, diajak foto kok gak mau? Lo cakep kek begini juga masa gak mau dipamerin?" Kali ini giliran Cherry yang tersulut emosi. "Tapi lo udah yakin mau putus?"
Pertanyaan itu membuat Gina terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
@Zodiacstar
Teen FictionEh, eh, udah denger belum? Si Gina, iya yang pecinta damai itu, yang punya pacar yang suka banget kritik. Yah, sapa lagi kalau bukan Dimas yang memang terkenal suka komentar padahal nggak ada yang suruh. Mereka mau putus, loh! Padahal keliatannya ad...