Katsumi, anak sulung keluarga minato yang punya distro terkenal (maunya sih gitu) di kota Ayaka, sebagai anak pertama tentu umumnya menjadi tempat pelimpahan harapan dan tanggung jawab oleh orangtua. Tak hanya itu dia juga punya tugas abadi ngawasin kedua adeknya yang kadang suka error, dan karena itu dia suka bawaan stress sendiri mengkhawatirkan mereka yang tak kunjung sadar dan bertaubat menjadi anggota masyarakat yang baik dan benar.
Hari ini ketika lagi di tengah mikirin es kiko dan ikan, seorang pengamen mengunjungi toko. Dimana saat itu keadaannya doi lagi gak ada duit sepeser pun, karena diraup untuk dana membeli es krim.
Merasa tak enak hati, ia pun mengajak mas-mas itu untuk duduk dan minum sesuatu dulu, karena tampilannya mengenaskan sekali seperti author yang baru inget besok makalah penelitian harus dikumpulin dan dia belom bikin sama sekali.
[ pada kenyatannya, si mas itu baru bangun tidur jadi kucel. ]
"... Masuk dulu mas, saya ada.." tadinya mau bilang minuman tapi oh iya kan air lagi mati. "Ada..... Ikan." apakah ilegal menyuguhkan ikan yang berkemungkinan basi kepada tamu? Semoga tidak.
'Kasihan bapak ini, sudah berapa lama ia begini?' ia membatin dengan prihatin, tapi si mas kayaknya bisa baca pikiran, atau dia mungkin bisa membaca jelas dari ekspresi Katsumi.
"Saya kesini untuk mencari suvenir." Katanya, melihat kaus-kaus gaje buatan sang ayah yang berjejer.
Tiada angin tiada badai bisa-bisanya ada manusia yang tulus tertarik dengan desain Pak Ushio? Harus tumpengan ini.
"O-oh! Kalau begitu—" ia dengan sigap menunjukkan kaus-kaus abstrak di rak. "Silahkan dipilih!"
.
.
.
Orang itu memperhatikan katalog dengan seksama dan serius, seakan sedang menyaksikan karya maestro Van Gogh. Ia nampak terlarut dalam lamunannya, apakah tengah menimbang antara barang yang diminati dengan isi dompetnya? Atau dia bengong beneran.
Lama banget sih, daripada diem-dieman mending dia nyaut. "Yang ini kayaknya cocok-" Katsumi hendak menunjuk kaus bergambarkan seekor musang bermain di antara rongsokkan, yang dimana seingatnya ayahnya terinspirasi ketika melihat Isami beberapa waktu lalu nyangkut di tong sampah depan rumah gak tau habis ngapain. Tapi si mas itu langsung memotong omongannya dengan menunjuk yakin ke suatu kaus di sisi lain toko.
"Yang itu bagus."
I, itu. "Itu gak dijual mas." Itu kan, kaus bekas keset yang kemaren dia coret-coret karena gabut, terus nampaknya secara gak sadar dia gantungin di etalase toko. Gambar apa juga ga inget niatnya mau apa, karena yang tergambarkan dengan spidol seadanya disitu adalah seekor ikanjing. Ikan campur anjing. Aneh? Iya maap dia yang bikin sendiri pun juga bingung.
Mukanya langsung kecewa, terus Katsumi langsung gak enak hati. "....boleh deh, em," layaknya dikasih harga berapa ya, sebetulnya dapet 500 perak aja dah bersyukur banget sih. "Gratis." Sadar diri dong itu kan keset kamar mandi, tapi mas ini gak perlu tahu.
"Oke, saya ambil," mas-mas itu tersenyum senang. "Boleh langsung pakai?"
"...boleh." dia masih takjub kaos gembel gitu ada yang mau... Antara selera masnya yang nyentrik atau mungkin Katsumi memang punya bakat tersembunyi. Selanjutnya dia akan menggambar bacot. Campuran babi dan bekicot. Jangan dibayangin.
"Saya gak enak ngambil gratisan, jadi silahkan request lagu," katanya, memasang kuda-kuda (?) untuk bermain harmonika. "Eh tapi saya cuma bisa lagu lawas."
Iyain aja kali ya biar cepet pergi. Em, apa ya, lagu lama... "Hm... Lagu... Poco-poco." teringat itu lagu yang sering diputar di pertemuan tim kasti, buat senam.
![](https://img.wattpad.com/cover/216462855-288-k908162.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotel Atrocious (Hiatus)
FanfictionSelamat datang di hotel Atrocious! Destinasi liburan idaman para alien dari segala galaksi! Abaikan namanya, tempat ini ialah tempat bersenang-senang ideal! (Hotel Transylvania AU)