Koki, Rujak, dan Black Hole

325 31 16
                                    

Makan malam kala itu suasananya angker sekali. Lebih, lebih angker dari biasanya. Riku memang terbiasa makan sendirian, sesekali berharap ada yang menemani, tapi kali ini dia akan lebih memilih lebih baik sendirian. Karena ketika ramai-ramai begini, nyaris seluruh penduduk pemukiman lengkap hadir duduk manis merinding berkeringat dingin, karena di ujung sana pada kursi yang paling besar, sang majikan alias tuan tanah alias pak mandor Belial makan dengan senyuman. Dan semua orang tahu, kalau Belial sedang senyum dengan tulus, itu artinya ada hal mengerikan yang telah terjadi.

"Ada apa? Ayo makan," Belial memicingkan mata, serasa menodong satu-satu orang disana dengan pistol pada kepala. "Aku yang memasak sendiri. Kalian tidak mau menghargai usahaku?"

Semuanya langsung tertawa dipaksakan dan menggeleng-gelengkan kepala dengan kecepatan tinggi.

"Tentuuu saja tidak, tuanku! Oh wow!! Kelihatannya enak banget nih!"

"Wah, ini..!! Benarkah tuan yang membuat?! Benar-benar level intergalaktik! Kenapa tuan tidak ikut audisi master chef se-selanjutnya- saja?"

"A-aku harus mengabadikan momen langka ini dengan fotografi~! Cklik, cklik!! Bun-cis!"

"Hm, i-ini! Di-grill dengan kematangan rare.. disajikan dengan tatanan abstrak, dan rasanya begitu crispy, namun ada manis-manisnya, sungguh tuan adalah seorang jenius di dapur! Oh, dan tentunya di tempat lain jj-juga!"

Deretan penjilat itu berkata gemetaran dengan semangat takut mati.

Fukuide menatap tajam pada Riku yang enggan menyentuh piringnya. "Jangan manja."

"Tapi ini...  apa.." Riku tidak mau mencela makanan, tapi 'makanan' ini entah kenapa menguar dengan perasaan tidak enak.

"Apa pun itu tidak penting karena ini dibuat langsung oleh tuan." Fukuide berkata, sendirinya belum menyentuh makanannya sendiri, karena ia sibuk memfotonya dari berbagai sudut. Sepertinya cuma dia satu-satunya yang jujur gembira disodorkan daging misterius ini.

"Rem..." Riku menengok pada gadis android yang sedang meminum powerbank (?) itu. "Tolong kasih tahu ini apa."

Rem meletakkan powerbank setengah kosong itu di meja, dan menatap piring. "Menganalisis... substansi ini adalah... oh," Rem membisikkan sesuatu ke saudaranya itu. "... begitulah."

Riku menganga, menatap horror si piring.

Belial lalu berkata ke seluruh orang di ruangan. "Ngomong-ngomong, apa ada yang tertarik menjadi koki baruku? Kami sedang butuh orang."

.

.

.

Beristirahatlah dengan tenang, Chef Zetton.

.

.

.

Ketika kembali di rumah sang nenek, Taiga menemukan murid ayahnya dan juga kakak yang suka menemaninya bermain waktu masih kecil, Mebius, sedang duduk di depan pagar. "Kak Mebi?'

"Taiga? Lihat pak Taro, gak? Katanya dia mau ngajak jalan-jalan hari ini."

Oh jadi yang dilupain itu kamu, batin Taiga. Ya ampun ayah masa udah pikun sih. "Udah jalan barusan, ntar ikut aku aja nyusul." Taiga membuka pintu masuk, dan memastikan gas sudah mati, stopkontak tidak ada yang hidup, lantai yang sudah terpel, jamban yang sudah kinclong, dan tidak ada yang aneh-aneh deh pokoknya.

"Beres, ayo kita pergi!" Taiga menggandeng tangan Mebius dan menariknya terbang. "..Kenapa ketawa?"

Mebius menghentikan tawa kecilnya, "Gak... Cuma keinget kamu pas masih kecil suka gini juga."

Hotel Atrocious (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang