Seperti biasa pukul delapan pagi gue sama sahabat gue, manjat pagar belakang sekolah. di karna kan gerbang depan sekolah sudah terlebih dulu di tutup. karna ini hari senin gue jadi bersikap biasa aja tak begitu tergesah-gesah seperti hari-hari biasa nya. untung sepi, batin gue.
"lu yakin. thi?" tanpa aba-aba gue yang udah gak sabar, sama tingkah lambat Dini pun langsung gue tarik.
"yakin lah," ujar gue, sambil celingak celinguk memperhatikan situasi sekolah yang sepi. karna upacara baru saja di mulai, sebelum ada tangan yang narik telinga gue.
"nah. kalian yah kebiasaan." kuping gue sama Dini di jewer bak anak kucing.
"aduuh pak sakit pak," kita yang terus merontah-rontah pun, di bawa ke lapangan upacara.
Setelah pak Mimin melepas jeweran nya. gue langsung mengelus-ngelus telinga gue yang merasa panas.
"kenapa kalian?" tanya pak Hendri. selaku kepala sekolah di sini, dengan tatapan nya yang lumayan serem, bikin gue hampir aja pingsan.
"kita manjat pager belakang pak" ucap Dini spontan. tanpa pikir panjang begitu aja. yang langsung gue injek kaki nya.
"bukan pak. kita cuma telat kok," ujar gue bohong, sambil menundukan kepala.
Semua murid yang ada di lapangan pun memperhatikan kita. gimana ngga orang kita di sidang di depan semua orang.
"kamu bohong yah Uthi?" bentak pak Hendri. gue yang tersentak hanya bisa menelen saliva dengan kasar.
"eeengga kok pak, iya kan Din?" gue langsung mengedipkan mata. agar dia mau berbohong.
"iiyah pak" jawab Dini gugup.
"ya sudah. kalian ikut upacara dulu, abis upacara kalian berdiri di depan tiang bendera," hardik pak Hendri.
lalu gue langsung menyelonong masuk barisan dengan asal, yang di ikuti Dini di belakang gue.
"kenapa lu telat?" tanya Lusi sinis, yang gue tatap balik dengan tatapan yang sama.
"lu gak tau kalo gue susah bangun." jawab gue, dengan nada yang agak sama, Lusi tuh orang nya baik tapi dia gak suka kalo sahabat nya ga disiplin.
Setelah upacara selesai gue sama Dini langsung berdiri di depan tiang bendera, cuaca yang terus panas membuat gue mau pun Dini Keringatan, belum lagi di belakang kita banyak anak laki-laki yang lagi latihan basket, gue yang melihat Dini cape gak tega karna gue dia jadi ikutan di hukum.
"cape Din" tanya gue hanya di balas anggukan sama dia.
Buugg
Tiba-tiba Dini pingsan karna kena lemparan bola, gue yang langsung ke bawa emosi pun tak hanya diam.
"woy sini loh" teriak gue ke orang yang udah ngelempar bola itu.
"maap gue gak sengaja" gue yang hanya mendengar ucapan maap dan dia hanya berdiri di depan gue, gue pun makin geram sama nih orang.
"lu gak liat apa, temen gue pingsan sama loh" marah gue, dengan nada yang tinggi.
"angkat aja bawa ke uks," teriak salah seorang temen nya di lapangan.
Dia langsung mengangkat Dini ke uks yang langsung gue ikutin dari belakang, sampai uks Dini langsung di periksa sama anak-anak pmr.
"gue mau ke kelas dulu, mau naro tas" ucap gue ke laki-laki itu
"iya" jawab nya.
Gue bergegas masuk kelas, untung gak ada guru yang masuk di kelas.
"udahan di hukum nya?" gue yang masih mengatur nafas, pun hanya menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whit Friend (ON GOING)
Teen FictionBudayakan follow sblm baca! //// Kata orang sahabat itu segalanya dan kata nya jatuh cinta dengan sahabat itu sakit . ,lantas bagaimana jika persahabatan ternaungi dalam cinta diam-diam ...