Q- 7

47 15 4
                                    

               (roti kesalah pahaman)

Bintang pov.

"ini buat Bintang" ujar Uthi. Gue yang sedari tadi hanya menonton kini bangkit, dan berjalan ke arah nya.

"dalam rangka apa ini" kata gue, yang kini di hadapan Uthi.

"ini dari orang buat lu" tambah nya lagi.

"yah doi gak mau ngaku, padahal dari dia tuh tang" ucap Nopal, di belakang gue sambil tertawa. muka cewe di depan gue ini langsung berubah merah padam.

"udah nih ambil ah lama" kata nya, lalu mendorong kotak itu ke gue dengan cepat. Mungkin dia marah. dia langsung melesat pergi dengan cepat tanpa mendengar kan ucapan terimakasih dari gue.

Gue masih memandang kotak yang kini gue pegang. Ketempelan setan apa dia, sampe kasih ginian ke gue.

Kotak itu langsung di sambut ceria oleh temen-temen gue.

"kaya nya tuh cewe, suka sama lu tau" kata Subhan. Sambil menyantap roti di hadapan gue.

Hah suka sama gue, hal yang mustahil. Batin gue. Gue menatap datar roti itu, bahkan gue tak ngeyentuh nya sama sekali. Hanya melihat temen-temen gue yang asik berbincang.

"eh Bintang, gimana kalo cewe itu suka sama lu?" yang lain menatap gue penuh tanda tanya. Menghela nafas sebentar. Lalu gue menggeleng kan kepala seraya berkata tidak tahu.

"yeh di tungguin jawaban nya malah, geleng-geleng kepala doang" ucap Nopal kecewa.

"gue gak tau"

"yaaah" seru mereka kecewa.

Gue masih menatap kotak roti itu yang kini, sudah lenyap habis di lahap temen-temen gue. Gue masih binggung kenapa dia kasih ini tiba-tiba, oh mungkin ia ingin balas budi karna kemarin.

"nah perwakilan dari kita lu aja wil" kata Subhan, mengajukan Wildan untuk menjadi ketua osis. Minggu depan ada acara pemilihan osis baru di sekolah. Gue hanya menyimak semua obrolan dari temen-temen gue yang lain.

"ah masa gue, gak yakin gue tuh" kata Wildan, dengan gaya berpikir nya yang khas. Duduk dengan tegap dan memandang lurus dengan fokus.

"percaya aja wil kita selalu ada buat lu," ujar Nopal, meyakin kan.

"kan jarang ketua osis dari anak ips" Wildan menganguk yakin, setelah mendengar ucapan Sharul.

"tapi gue tuh, gak yakin sama pandangan guru-guru ke gue" kata Wildan.

"lu tunjukin lah wil bahwa lu bisa" kata Eka. Wildan tampak berpikir. Mungkin ia akan mengiyakan.

"oke deh" seru nya,

                                   ///
Uthi pov,

Setalah gue kasih kotak roti itu ke Bintang. gue balik lagi ke Dini. di depan koridor, yang membatas kan gedung ips sama ipa. dini berdiri nungguin gue.

"gimana thi?" tanya nya, setelah gue sampe.

"beres" ekspresi Dini langsung seneng saat ini. gue membuang nafas kasar.

"udah ah ayo bentar lagi bel masuk ege" kata gue. dia bergegas antusias berjalan ke arah kelas mendahului gue, kaya seneng banget sih din din, batin gue. Sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Selang beberapa menit bel masuk berbunyi. Semua murid bergegas masuk kelas. Sama hal nya kelas gue, kelas bak pasar pun, dimulai. Seperti biasa anak-anak meja depan, sehabis istirahat berisik bergosip ria.

Whit Friend (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang