N-9

31 11 9
                                    

     (terbongkar nya perasaan Dini)

"untung tadi ada mereka. jadi kita selamet deh dari para begal tadi" kata Khilda. Di belakang, dan yang lain juga tampak sibuk bercerita tentang kejadian tadi.

Namun ada yang berbeda dari mereka semua. yaitu Dini, sejak tadi dia hanya diam menatap ke arah luar jendela. gak kaya biasa nya dia kaya gitu, Dini yang suka ikutan cerita dengan antusias, kini hanya diam.

"eh din tadi lu berani banget, mukul begal nya" ucap gue, membuyarkan lamunan Dini. Dia hanya mengangguk kan kepala.

"lu kenapa din?" tanya Isna. Yang melihat respon Dini yang tak acuh tadi.

"gue ngantuk" jawab nya. sambil membenarkan duduk nya ke posisi yang nyaman.

Gue ngerasa ada yang aneh sama dia. Apa gara-gara tadi, pikir gue. Sambil mengingat-ingat kejadian tadi, apa ada yang salah.

                                  ///

02:00

Sebelum sampai rumah gue, Dini minta turun di depan rumah nya. Yah sebelum ke rumah gue pasti harus melewati rumah Dini terlebih dahulu.

"lu gak mau ikut nginep, bareng kita-kita aja, di rumah Uthi kali?" tanya Khilda. Saat Dini turun dari mobil.

"hm lain kali deh khil. gue ngantuk" ujar Dini. Lalu pergi masuk ke dalam rumah nya.

Setelah sampai rumah, gue sama yang lain mengangkat Lusi ke dalam kamar, keadaan Lusi yang masih jackpot membuat nya susah mengendalikan diri nya sendiri.

"uhf kita tidur bareng-bareng kali disini?, mana muat" kata Ayu. Gue melirik ke arah ranjang tidur yang emang lumayan besar tapi gak bisa menampung orang yang lebih dari enam jiwa ini.

"gue punya ide mending kita tidur di bawah bareng-bareng gimana." kita semua melirik ke arah Isna yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.

"iya tuh, dari pada kita tidur di kamar tamu. mending kita barengan aja di sini" ujar Alvi. Gue mengangguk. Dan pergi ke kamar tamu untuk mengambil bantal. Gue membawa dua dan Manda membawa dua juga.

Ayu sama yang lain sudah mempersiapkan karpet untuk kita tidur. Malam ini kita semua tidur di bawah, pake karpet bersama-sama, pokoknya kita semua udah kaya ikan yang lagi bakar. kecuali Lusi dia sudah tertidur pulas di atas tempat tidur, dan Dini yang tidur di rumah nya sendiri.

Mata gue masih enggan untuk tidur, pikiran gue masih ada yang mengganjal tentang Dini. Gue melirik ke arah jam yang kini menunjukkan pukul tiga pagi.

"kok lu masih belum tidur sih" kata Alvi, yang tiba-tiba terbangun di samping gue.

"ini gue mau tidur" jawab gue lalu memejapkan mata.

                                   ///

Bintang, Eka, Subhan, Sahrul, Nopal, Wildan, dan Toni, pun kini hendak pulang setelah dari kantor polisi.

"kita tidur di rumah lu aja tang" kata Sahrul.

"jangan di rumah Eka aja" ujar Nopal.

"ah sama aja. yang penting yang paling deket, rumah siapa?" tanya Wildan.

"rumah gue gak begitu jauh dari sini" semua nya langsung melirik ke arah Eka.

Perjalanan ke rumah Eka pun tak memakan waktu lama. Rumah yang besar menjolak ini hanya di huni oleh Eka dan asisten rumah tangga nya.

Mereka langsung berhamburan masuk ke rumah Eka. Seperti biasa Nopal yang udah menganggap rumah nya sendiri, langsung menuju dapur. Karna terdapat kulkas yang selalu di penuhi makanan.

                                ///

Matahari sudah bersinar terang di luar. Pagi Ntah kenapa gue terbangun cepat sedangkan teman-teman gue masih tertidur pulas.

Gue bangun dan barjalan gontai menuruni anak tangga. Mata gue langsung di sambut dengan pemandangan ka Kevin yang sedang membuka laptop di sofa.

"tumben udah bangun" kata ka Kevin,

"heem" gumam gue kecil.

"oh iya tadi ada Dini ke sini. terus dia balik lagi" mendengar itu mata gue terbuka lebar.

"terus dia ngapain?" gue langsung melangkah ke sofa ka Kevin duduk.

"mana gue tau, orang dia ke kamar lu terus gak begitu lama dia balik lagi" jelas ka Kevin.

Dengan cepat gue yang masih mengenakan piama, pun berjalan keluar rumah menuju rumah Dini, yang gak begitu jauh.

Toktok

Gue mengetuk pintu rumah Dini tanpa henti. Gak begitu lama pintu di buka dan pas banget yang keluar Dini.

"ngapain" tanya nya.

"lu kenapa sih dari tadi malem kok kaya nya aneh" gue langsung mengeluarkan unekunek di pikiran gue.

"gue kesel sama lu, padahal gue yang nyelametin Bintang tapi kenapa elu yang dapet makasih dari dia" setelah mendengar penjelasan Dini, gue malah tertawa kenceng, ternyata hal sepele yang langsung membuat dia berubah segitu nya ke gue.

"oh lu cemburu, ternyata lu suka yah sama dia" kata gue. Muka Dini berubah bersemu merah.

"bubukaan itu" kata nya terbata-bata sambil mengaruk belakang leher nya, yang mungkin tak gatal.

"hayo jujur lu suka yah sama dia"

"ngga kok" Dini masih mengelak.

"yakin, kalo lu gak mau jujur ntar gue bilangin Bintang ah"

"jangan atuh thi, iya gue jujur ntah kenapa gue suka aja ama Bintang"

Setelah terbongkar, Dini pun mulai menceritakan tentang dia pertama kali suka sama Bintang, gue hanya mendengarkan dengan setia, cerita Dini yang penuh antusias membuat gue hanya mampu tertawa mendengar nya.

"janji yah lu gak bakal bilang siapa-siapa" Dini mengangkat jari kelingking perjanjian.

"janji" kata gue, dan menaut kan kelingking gue ke jari Dini.

                                 ////

Selesai revisi 6 Mei 2021

Maaf jika ada kata-kata kasar di dalam nya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Whit Friend (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang