Athanasia membuka pintu kamarnya dengan pelan. Pikirannya melayang kebeberapa saat lalu saat ia bertemu dengan Ijekiel secara tidak terduga. Setelah Ijekiel mengucapkan itu, dia langsung izin pergi terlebih dahulu ke Istana Topaz, dimana teman-temannya menunggu. Athanasia hanya menganggukkan kepalanya karena memang jalan yang mereka lalui berbeda. Saat itu Ijekiel berbelok ke kiri, sedangkan jalan ke Istana Emerald masih lurus.
Ia masuk ke dalam ruangan seraya menghela napas, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Saat ia membalik badan, ia terkejut.
"Lucas!"
Lucas berdiri dua langkah dihadapannya bersedekap dada. Raut wajahnya serius. Tidak biasanya Lucas berekspresi seperti ini.
"Sudah puas bersenang-senangnya?" tanya Lucas seraya tersenyum masam.
"Apa yang kau -"
"Kenapa kau terkejut? bukankah kau sudah biasa melihatku datang tiba-tiba dihadapanmu seperti ini?" Lucas berbicara dengan sarkas.
Apa Lucas tahu dia bertemu Ijekiel tadi? batin Athanasia bertanya. Tanpa sadar ia mengerutkan alisnya.
Masalahnya, dari dulu Lucas sangat sensitif jika berkaitan dengan Ijekiel.
Lucas berdecak. Lalu ia mendekatkan dirinya, mempersempit jarak antara ia dan Athanasia. Athanasia yang melihatnya semundurkan langkahnya, hingga punggungnya menyentuh pintu kamar. Pelukannya pada marshmallow dipelukkannya semakin mengetat, seolah bungkusan itu mampu mengurangi debaran jantungnya.
Apa yang akan dilakukan bedebah ini?
Lucas berdiri tepat dihadapan Athanasia, bahkan ujung sepatunya menyentuh sepatu kaca milik gadis dihadapannya. Lucas menundukkan kepalanya menatap Athanasia yang kini membuang wajahnya ke arah lain, tidak berani menatap matanya. Perlahan ia menyentuh dagu Athanasia dan memaksanya untuk menatap keatas, menatap matanya.
Athanasia hanya bisa pasrah karena ia tidak dapat mengelak
"Aku tidak suka kau berpikir tentang laki-laki lain," Lucas berkata dengan dingin. Nada suaranya tajam, mampu membuat Athanasia menatap matanya. Athanasia pernah mendengar Lucas dalam nada bicara seperti ini-
"Sekalipun ketika aku tidak ada disampingmu."
-Saat itu, lima tahun lalu. Ketika Lucas memaksanya kembali dari taman bunga putih di kediaman keluarga Alphaeus.
***
Pagi ini Athanasia dan Claude minum teh di dekat danau sihir istana milik Claude. Dia mengenakan dress bewarna hijau daun dipadukan dengan coklat tua. Rambut pirangnya dikepang dua yang disampirkan di kiri dan kanan wajahnya.
Tangan Claude membawa ujung cup teh keujung bibirnya, menghirup aromanya, dan menikmatinya sedikit demi sedikit. Teh khas Siodona memang yang terbaik.
Iris sebiru batu permata miliknya menatap Athanasia yang sibuk dengan cup puding strawberry di hadapannya. Sesekali pipinya menggembung ketika dia baru menyendok puding ke dalam mulitnya.
Claude tidak menyangka, gadis kecil yang dia temui di taman belakang Istana Garnett, yang saat itu dengan bodohnyanya menggigit bokong patung malaikat emas, menjadi satu-satunya kelemahannya di dunia ini.
Claude tidak takut kehilangan tahta atau harta, dia tidak khawatir jika para sekutu menghianatinya, tapi tidak dengan kehilangan gadis ini. Claude pernah merasakan sakit karena ditinggalkan, dan dia tidak mau merasakan untuk kedua kalinya.
Dia akan mempertahankan Athanasia disisinya.
"Papa!"
Claude, yang menyangga kepalanya dengan satu tangannya menatap Athanasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine! From Head To Toe (END)
FanficSetelah semuanya berakhir, Athanasia menjalankan harinya sama seperti biasa. Setiap harinya terasa menyenangkan. Hanya saja... . . . Karakter milik Plutos/Spoon Enjoy!