Embun menetes dari ujung daun yang hijau. Sepasang burung hinggap didahan, menyanyikan sebuah lagu alam, membuat suasana pagi menjadi syahdu. Matahari malu-malu menampakkan wujudnya, membuat beberapa makhluk hidup mulai bersiap memulai aktifitas pagi mereka.
Athanasia mengerjabkan matanya, irisnya menatap kehadapannya dengan sayu. Kesadarannya belum sepenuhnya kembali, dilihatnya tirai putih yang masih tertutup horden merah muda tua, menandakan bahwa waktu belum menuju pukul tujuh pagi.
Biasanya tepat pukul tujuh pagi Lily akan masuk ke kamarnya dan membuka horden hingga sinar matahari masuk ke dalam, membangunkannya yang terlalap.
Irisnya bergulir menatap jam weker hadiah dari Seth saat umurntya tepat ke yang sembilan belas tahun. Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Dalam diam, Athanasia merasakan perutnya terlilit sesuatu dengan erat, di lehernya terasa hangat napas seseorang yang ia yakini siapa orangnya.
Lucas.
Perlahan, lengannya menggenggam punggung tangan Lucas, menyelinapkan jemarinya pada sela-sela jari Lucas yang lebar. Athanasia dapat merasakan hangat dari tangan Lucas, perlahan senyum terbit dibibirnya.
Sejujurnya hubungan mereka ini masih belum jelas ke arah mana. Lucas tidak pernah meminta untuk menjadi kekasihnya, pun sebaliknya. Tapi ia tahu perasaan Lucas yang sebenarnya, Lucas pun tahu kalau ia peduli.
Kebiasaan mereka yang seperti ini, tidak ada yang tahu. Bahkan Lilian yang setiap pagi selalu absen untuk membangunkannya, tidak pernah sadar akan Lucas yang menyelinap pergi diam-diam. Karena memang Lucas datang setelah Lily pergi, dan akan hilang sebelum Lily datang.
"Kau sudah bangun?" Suara serak khas bangun tidur terdengar ditengkuknya.
"Belum. Masih mengarungi mimpi." Athanasia tertawa.
Athanasia dapat merasakan seseorang terkekeh pelan di belakangnya. "Kau memang tetap bodoh."
Athanasia memutar bola matanya bosan, lalu membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Lucas.
Lucas masih memejamkan matanya, namun bibirnya menyunggingkan senyum. Perlahan iris rubynya terlihat, sangat indah membingkai wajah cantiknya. Kadang Athanasia dibuatnya bingung, bagaimana bisa laki-laki secantik ini? Oh. Jangan lupakan papanya sendiri.
"Selamat pagi," sapanya seraya mendekatkan diri mencuri sebuah ciuman pagi di bibir Athanasia.
"Pagi... Bagaimana tidurmu?"
Lucas membawa Athanasia dalam pelukannya. "Nyenyak, karena ada kamu"
Athanasia hanya terkekeh geli.
"Kata-katamu semakin lama semakin menggelikan."
Lucas mengerutkan alisnya, "Bukannya kau senang mendengar kata-kata manis dari orang paling tampan dan hebat di dunia ini?"
Athanasia menatap Lucas dengan masam.
"Narsis."
"Hey, bukan narsis. Itu fakta."
"Terserah kau saja lah,"
Lalu mereka hanya diam menikmati suasana hening. Suara detak jantung mereka saling melengkapi, berdetak seirama meneduhkan hati.
Lucas mengecup rambut harum Athanasia, menghirup aromanya dalam-dalam seraya memejamkan matanya. Lalu membuka kembali untuk melihat jam di nakas samping tempat tidur, di belakang Athanasia. Tiga puluh menit lagi Lily akan masuk.
Iris rubynya berkilauan, menatap rambut Athanasia yang bercahaya bewarna emas dengan luapan mana disekelilingnya.
Aliran mana milik Athanasia berbeda dengan penyihir kebanyakan. Mananya cantik dan kuat, bila ada orang yang bisa melihatnya, maka diseluruh tubuh Athanasia akan dilingkupi cahaya emas dan bunga-bunga mana disekelilingnya. Tidak heran kakek menara selalu membujuk Athanasia untuk memberikan sehelai rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine! From Head To Toe (END)
Fiksi PenggemarSetelah semuanya berakhir, Athanasia menjalankan harinya sama seperti biasa. Setiap harinya terasa menyenangkan. Hanya saja... . . . Karakter milik Plutos/Spoon Enjoy!