Akhirnya, aku bisa kembali menulis tentang perasaanku untuk seseorang di sana. Setelah semalaman aku merenung karena perasaanku terus mengganggu akhir-akhir ini. Perasaan yang sangat campur aduk; bersalah, marah, dan juga sedih dalam satu waktu.Aku mau bilang, sebenarnya kamu sudah pernah masuk ke dalam hatiku. Menghancurkan pertahanan yang pernah kubuat. Namun, semua tidak berlangsung lama karena sebuah kejadian membuatku tersadar, ini salah. Tidak sepantasnya aku di sini dan berharap jauh.
Aku si perempuan pengecut yang suka menerka-nerka semua sendiri, akhirnya menyerah. Tanpa penjelasan dan tidak ingin mendengar pembelaan pun akhirnya hanya menelan pil pahit atas semua yang pernah terjadi.
Dia tidak akan pernah tahu tentang semua ini. Tentang aku yang hampir saja luluh, tentang aku yang hampir saja jatuh ke dalam dekapannya. Mungkin, saat dia baca ini nanti, dia akan sadar siapa yang kumaksud. Iya, masih mungkin belum pasti.
Aku dan kamu sepertinya memang tidak akan bisa bersatu. Mana mungkin bisa lelaki gampang menyerah dan si perempuan pengecut menjadi sepasang? Yang satu tidak ingin berjuang, yang satu lebih memilih memendam. Begitu saja terus sampai semesta pun ikut tidak mendukung kami bersatu. Ya... Itu memang karena aku dan kamu tidak bisa menjadi kita.
Tertanda,
Sasqia Desti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Bersuara
PoetryTentang aku, kamu, dan mereka-yang pernah singgah di hidupku. Mari baca kumpulan isi hatiku dan cermati baik-baik, kamu akan mengetahuinya. Bahwa, aku melampiaskan semuanya dalam tulisan yang terangkai oleh kata-kata yang penuh emosi.