Keluarga

1.3K 170 33
                                    


Than POV

"Kita sampai" ujar suara dingin dan dalam didepanku.

Dia mengulurkan tangannya tapi aku memutuskan untuk turun tanpa bantuannya. Begitu aku keluar, udara panas menerpa wajahku. Sejauh mata memandang, aku menatap padang pasir, pohon palem, dan bangunan megah dengan warna merah tua, cokelat, dan hitam menghiasi strukturnya. Aku menelan ludahku. Tidak ada jalan kembali. Aku harus melupakan negeriku. Negeri yang penuh dengan pohon dan padang rumput hijau yang memberi kedamaian sejauh mata memandang, sungai jernih yang mengalir sepanjang jalan, dan juga angin yang berhembus sejuk. Aku menatap pria didepanku. Dia adalah pria yang akan menentukan hidupku selanjutnya.

Pria tersebut berdecak kesal ketika aku hanya berdiri didepannya.

"Aku tahu kamu membenciku tapi kamu adalah milikku sekarang" ujarnya sambil meraih tanganku dengan kasar. Aku menatap wajahnya yang terlihat marah. Benci mungkin bukan kata yang tepat. Aku melakukan ini untuk menyelamatkan kerajaanku dari kehancuran karena perang. Jadi aku menganggap ini sebagai tugas mulia. Dan dia, pria yang sudah menakhlukkan banyak kerajaan dengan cara kejam, berjanji akan menarik pasukannya dari kerajaanku asal ayahku mau memberikan salah satu dari dua keturunannya.

"Apa kamu bisu?" tanyanya kesal karena semenjak aku bertemu dengannya, aku tidak berbicara apapun.

Bukannya aku tidak bisa bicara, hanya saja aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku masih belum begitu lancar dengan bahasa kerajaan ini dan aku tidak ingin menyinggungnya. Aku sudah berjanji pada Ayahandaku bahwa aku akan berkelakuan baik, tapi sepertinya tetap saja aku membuat Pria di depanku tidak senang.

"Baiklah. Jika tidak ingin bicara tidak apa" ujar yang mulia Darvid.

Dia mendorongku dengan kasar ke arah seorang pria.

"Bawa dia ke kamarnya" Perintah Yang Mulia Darvid.

Pria yang diperintahkan oleh Rajanya membungkuk padaku sedikit sebelum dia mengarahkan tangannya ke arah sebuah lorong

"Lewat sini yang Mulia" ujarnya.

Aku mendesah dan menatap Yang Mulia Darvid. Dia menatapku sekilas sebelum memalingkan wajahnya dan berjalan meninggalkanku bersama pasukannya yang lain. Aku mendesah dan memandang pengawal yang dari tadi menungguku. Aku berjalan pelan. Wajahnya terlihat lega ketika dia melihatku mengikutinya. Ia berjalan di depanku. Tidak ada yang bicara. Aku berjalan sambil mengamati sekitarku. Istana ini begitu besar dan megah tapi begitu dingin.

Semua orang yang kami lewati memandangku penasaran. Aku dan mereka punya bahasa berbeda. Mungkin aku pria satu-satunya berkulit putih disini. Semua pria berkulit cokelat, berotot, dengan tindikan dan tato di tubuh mereka.

"Aku dengar raja mengalah demi untuk mendapatkannya?"

"Tidak heran, walau dia seorang pria, dia lebih cantik dari para selir"

"kulitnya begitu putih dan bercahaya"

Aku mendesah mendengar bisikan mereka. Tapi pria didepanku bersikap tidak acuh dan terus berjalan didepanku.

"Silahkan" ujarnya sambil membuka sebuah pintu besar.

"Namanya Yuth. Dia yang akan menjadi pelayan Anda. Yuth akan menyediakan semua keinginan Anda" ujar Pria tersebut sambil menunjuk ke arah seorang pria muda yang bersujud di dalam ruangan. Aku mengangguk.

"Terima kasih" ujarku. Pengawal tersebut terkejut. Dia tidak berpikir aku benar-benar bisu bukan?

Dia berdehem "Ka-kalau begitu. Saya permisi dulu yang mulia" ujarnya.

My QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang