Sebuah Proposal

1.5K 167 72
                                    

A/N

Hai kamu, sudah baca Bab aturan saya? Jika belum maka tolong dibaca dulu. Jika sudah dan merasa tidak keberatan maka terima kasih sudah memutuskan untuk lanjut membaca cerita ini dan mengikuti aturan saya.

*****

"Hiya!!!" Than memacu kudanya cepat. Dia menunduk dan bergerak seirama dengan kudanya. Sesekali dia menoleh sambil melihat ke belakangnya. Kakaknya Thanit berada tidak jauh darinya bersama beberapa pasukan kerajaan. Thanit mencoba mengejar Than tapi tentu saja Than tidak akan membiarkan Thanit melampauinya. Dia akan tiba lebih dulu ke gerbang ibu kota dan mengalahkan kakaknya.

"Ayo petir!" Bisik Than lembut kepada kuda yang sudah setia menemaninya sejak kecil. Petir meringkik seakan mengerti permintaan Than dan bergerak lebih cepat. Than tersenyum lebar ketika dia melihat gerbang kerajaan di depan mata.

Orang-orang yang berkumpul di depan gerbang menatap terkejut ke arah keributan di belakang mereka. Dengan terburu-buru mereka berhamburan menyelamatkan diri mereka. Sudah bukan pemandangan asing melihat kedua pangeran berpatroli di perbatasan sambil berlomba kembali ke ibu kota. Mereka memandang penasaran. Beberapa bahkan memasang taruhan. Kebanyakan bertaruh pada si Bungsu. Walau Pangeran Than bertubuh lebih kecil dibandingkan Pangeran Thanit tapi dia lebih gesit dalam mengendarai kuda. Begitu juga dalam memanah. Tapi Pangeran Thanit terkenal akan kecerdasannya dan kemampuan pedangnya.

Semua orang menatap penasaran. Mereka yang bertaruh atas Than tersenyum lebar ketika Than hampir mencapai pintu gerbang ibu kota. Mereka bersiap merayakan kemenangan tapi tiba-tiba kuda Sang Pangeran meringkik dan berbelok. Than bahkan hampir tersungkur dari atas kudanya. Pangeran Thanit mengambil kesempatan tersebut untuk melewati Than. Mereka yang bertaruh atas nama Than memandang kecewa ketika Pangeran Thanit mencapai gerbang ibu kota terlebih dahulu. Mereka menggerutu karena kehilangan uang mereka.

Sementara Than mencoba menenangkan petir. Petir masih kaget karena Than tiba-tiba menyuruhnya berhenti mendadak. Ketika Petir sudah agak tenang, Than buru-buru turun dari kudanya. Dia mengulurkan tangannya dan mengambil kantong di atas tanah yang hampir terinjak oleh petir. Dia menatap ke sekitarnya.

"Siapa pemilik kantong ini?" Tanyanya

Semua orang menatap satu sama lain lalu seorang bocah dengan pakaian lusuh maju dengan malu dan mengangkat tangannya. Than tersenyum tipis dan berjalan ke arah bocah tersebut.

"Lain kali berhati-hatilah" Ujar Than sambil menyerahkan kantong yang berisi makanan tersebut. Bocah di depannya berterima kasih.

"Dan ini" Than menyerahkan sebuah koin emas pada bocah tersebut "belikan makanan untuk kamu, seluruh temanmu, dan keluargamu"

Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut cuma bisa memandang Than terpesona. Satu hal lagi yang membuat mereka kagum adalah, selain ketampanan kedua pangeran, mereka berdua baik hati dan tidak segan membaur dengan rakyat jelata. Rakyat bahkan tidak perlu berlutut ketika mereka lewat. Tapi semua tetap memberikan hormat tanda kekaguman mereka kepada kedua pangeran.

"Terima kasih yang mulia!" Teriak semua anak kecil yang ada disana girang. Than tersenyum dan kembali ke petir. Dia kembali naik ke atas Petir dan berjalan perlahan menyusul Thanit.

"Aku menang tapi kenapa kamu membuatku terlihat buruk" Protes Thanit ketika Than sudah menyusulnya. Than tertawa tipis.

"Siapa yang berani memandang buruk kepada kakakku. Katakan dan aku akan..." Than menarik pedangnya "menghabisinya" Ujarnya sambil mengayunkan pedangnya. Thanit menggeleng.

"Kamu bisa bicara seperti itu jika kamu sudah menghapal seluruh jurus yang Jenderal Ritthirong ajarkan" Ejek Thanit. Than merengut dan menyarungkan kembali pedangnya.

My QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang