Part 13 - Kata dan tanya

232 96 25
                                    


Karena pada dasarnya, cinta akan sempurna bila saling mencintai.

***

"Tolong bantuannya ya, Ta. Gue bener-bener butuh lo banget nih buat perwakilan lomba musik. Gak ada yang bisa diandelin lagi."

Aletta menatap kakak kelasnya sembari berpikir keras. Pagi-pagi sekali ia dipanggil ke ruang musik untuk membicarakan hal ini. Ia bahkan baru pulih dari sakitnya.

"Aletta pikir-pikir dulu ya kak."

Dita menghela nafasnya mendengar jawaban Aletta. Padahal ia mengharapkan kalau Aletta akan segera menjawab jika ia bersedia untuk mengikuti lomba.

"Gak bisa dijawab sekarang ya ta?"

Aletta menggeleng pelan sembari tersenyum. Ia menolak dengan cara yang baik. Pasalnya, Sofian melarangnya melakukan sesuatu yang dapat membuat lelah untuk beberapa hari ke depan. Gadis itu diperbolehkan masuk sekolah juga karena ia terus memohon. Walau pada akhirnya mereka membuat kesepakatan bersama dengan saling berjanji.

Aletta dibolehkan sekolah asalkan ia tidak melakukan hal yang membuat lelah.

Itulah perjanjiannya.

Dan Aletta menyetujuinya. Karena itu bukan suatu hal yang berat untuk dilakukan. Tetapi tidak seperti sekarang. Ia bahkan merasa tidak enak untuk menolak tawaran Dita meskipun dirinya juga tidak boleh kelelahan.

Bingung.

Disatu sisi, Aletta sangat ingin mengikuti lomba itu. Hitung-hitung sebagai pengalaman pertamanya agar ia menjadi lebih berani. Dan disatu sisi juga, ia sudah berjanji kepada sang ayah untuk tidak melakukan apa pun tanpa izin darinya. Walau Aletta tahu akhirnya ia akan tetap dilarang.

Aletta menghembuskan nafasnya panjang. Ia mengangguk setelah memikirkan banyak hal. Aletta berani mengambil resiko demi lomba itu. Tubuhnya belum terlalu pulih, tetapi ia dengan baiknya menerima tawaran Dita.

Dita tersenyum senang. Melihat keputusan Aletta yang setuju ia sangat senang. Karena tidak ada yang bisa ia harapkan lagi selain Aletta, dan juga pasangan duetnya.

"Lo gak sendiri kok, Ta."

"Maksudnya gimana?"

"Ada pasangan duet lo. Si Gavin, dia bakal main piano juga. Soalnya syarat dari lomba itu harus ada dua orang. Ribet banget!"

Aletta tidak menghiraukan ucapan Dita. Gadis itu masih berusaha menelan kenyataan jika ia akan berduet diatas panggung bersama Gavin. Ralat, ia akan berusaha bersama-sama untuk mengharumkan nama sekolahnya.

Ah, ia akan gugup sendiri nanti.

"Tuh, orangnya dateng."

Aletta menoleh ke arah pintu masuk yang terbuka. Ia menelan ludahnya sendiri ketika melihat Gavin sedang berjalan ke arah sini.

Gugup.

Dan bodohnya ia tidak bisa menangkalnya.

"Hai, Aletta." Aletta tersenyum canggung menatap cowok itu.

"Hai."

Dear, Gavin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang