Chapter 03

1.6K 232 57
                                    

(Banner zaman dulu, dahlah pake aja, hwhw)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Banner zaman dulu, dahlah pake aja, hwhw)

Selamat Membaca
Ingat, kalau ada typo tolong kasih tahu. Terima Soobin~

•••••


Dua minggu dengan cepat berlalu. Sejak hari dimana Altea menemani Tezza membeli semua kebutuhannya, hari-hari Tezza di isi dengan belajar. Dengan bantuan alat penerjemah Tezza membaca buku paket setiap pagi sampai siang dan mengerjakan latihan soal saat malam. Setiap sorenya ia pergi ke rumah Altea untuk belajar bahasa Indonesia.

Sudah satu pekan lebih Tezza menjalankan kegiatan tersebut. Kemampuan ber-bahasa Indonesia Tezza meningkat, bahkan ia sudah bisa berbicara dengan bahasa gaul. Seluruh pelajaran dari kelas satu Sekolah Dasar sampai kelas sepuluh Sekolah Menengah Atas hampir ia kuasai dalam satu minggu.

Satu minggu setelahnya, Tezza mengurus semua data penting untuk mendaftar di Andromeda High School yang ia manipulasi dengan kecerdasaan otaknya. Tak lupa Tezza juga membeli ponsel dan mempelajari cara menggunakannya saat malam hari.

Dan, hari Minggu ini Tezza mengajak Altea untuk jalan-jalan. Berhubung semua persiapannya sudah selesai, sebagai ungkapan terima kasih Tezza pun membawa Altea keluar. Berbeda dengan sebelumnya, kini mereka pergi keluar menggunakan motor milik Tezza yang dibeli seminggu yang lalu. Bukan lagi menggunakan angkutan umum.

"Tezza."

Tezza menoleh. Bola matanya sedikit membesar, ia menatap kagum seorang gadis di hadapannya ini. Tak ia sangka Altea yang biasanya tidak mempedulikan penampilan, kini dengan rambut yang di gelung, kaus merah panjang, celana jeans biru dan sneakers, Altea tampak berbeda dari biasanya. Tezza akui Altea memang cantik.

"Tezza."

Tezza terkesiap. "Hah? Apa?"

"Wih, sekarang udah lancar bahasa Indonesia, nih?"

"Lumayan."

"Bukan lumayan lagi, dong. Lo bahkan udah bisa bahasa gaul, dalam waktu seminggu lagi. Hebat," puji Altea.

"Makasih."  Tezza memberikan helm kepada Altea. "Kemana?"

"Makan dulu, deh. Gue lapar."

Tezza mengangguk. Begitu Altea menemukan posisi yang nyaman, motor Tezza langsung melaju membelah keramaian jalan raya dan berhenti di depan sebuah kafe. Sampai di dalam kafe, Tezza dan Altea menyapukan pandangannya, mencari tempat duduk yang kosong. Ada, sayangnya hanya satu.

"Tezza."

"Hm."

"Kursinya tinggal satu, gimana?" tanya Altea.

"Duduk aja." Tezza menunjuk Altea.

"Gue?" Tezza mengangguk. "Lo gimana?"

"Gampang. Sana!" titah Tezza. Altea menggeleng. Namun begitu melihat tatapan tajam Tezza, mau tak mau ia duduk. Sementara Tezza beranjak menuju kasir.

TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang