Chapter 06

1.2K 178 70
                                    

Hati-hati takut ada typo...

••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••••

Pagi yang cerah. Sangat cerah. Secerah wajah seorang gadis cantik dengan rambut hitam bergelombang yang sedang berlari menuruni tangga sembari menyapa keluarganya. Aura kebahagiaan selalu terpancar dari dirinya. Gadis dengan sebuah senyuman yang dapat memikat banyak kaum adam.

"Selamat pagi semuanya!"

"Selamat pagi, Sayang." Kedua sosok paruh baya yang masih tampak muda serempak menyapa balik si gadis. Mereka adalah Reila dan Astro, ayah dan ibu dari gadis manis tersebut.

"Bunda!" Seorang anak kecil dengan rambut acak-acakan juga seragam kemeja sekolah yang belum dikancing berlari menghampiri ibunya.

"Ada apa, Sayang?" Reila membawa si bungsu dalam gendongannya.
"Dasi aku enggak ada, Bunda. Buku IPA aku juga hilang, padahal hari ini ada pelajarannya."

"Agra, kamu ini teledor banget, sih. Lain kali kalau disuruh beresin, ya, diberesin. Sekarang jadi hilang kan?" Tentu saja bukan Reila yang berkata seperti itu. Tidak mungkin seorang ibu berbicara seperti itu kepada anaknya yang bahkan masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar.

"Kakak, jangan bilang gitu. Nanti Agra-nya nangis lho," tegur Reila. Ya, siapa lagi kalau bukan sang kakak tercinta yang berbicara seperti itu pada adiknya. Altea memang selalu sensitif jika berdekatan dengan adiknya yang nakal itu.

"Makanya jangan dimanja terus dong, Bun. Masa Agra terus yang disayang-sayang, Al kapan?" protes Altea. Astro hanya geleng-geleng melihatnya.

"Kakak cemburu, nih, ceritanya?" goda Reila.

"Kak Al cemburu sama Agra?" tanya Agra polos. Reila dan Astro tertawa melihat Altea yang terdiam setelah mendengar pertanyaan polos Agra.

"Apaan, sih? Enggak lah, enak aja. Nggak jelas kamu, dasar adik manja," sergah Altea cemberut.

"Hahaha, sudah, sudah. Agra, kita cari dasi sama buku IPA, ya." Agra mengangguk lucu. "Altea, kamu cepat sarapan! Berangkatnya sama Ayah," lanjut Reila.

"Iya, Bun."

Altea beranjak ke meja makan. Mengambil piring kemudian menyiduk nasi serta lauk pauknya, tak lupa satu gelas susu cokelat yang setiap pagi diminumnya. Biar tinggi, katanya. Tidak apa jika dikatai seperti anak kecil.

"Kakak," panggil Astro masih sambil membaca koran ditemani secangkir kopi hitam. Sudah seperti anak indi. Eh, iya nggak, sih?

"Iya, kenapa, Yah?" sahut Altea, tak henti mengunyah.

"Sekolah kamu nggak mengadakan acara gitu?" tanya Astro.

Altea mengernyit tak mengerti. "Acara? Acara apa, Yah?"

"Ya mana Ayah tahu. Mungkin semacam acara pentas seni? Bukannya sebentar lagi ulang tahun Andromeda?"

"Masih sebulan lagi, Ayah. Sebelum sekolah Kakak ulang tahun, kan ada UTS dulu." Astro mengangguk mengerti.

TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang