Chapter 08

652 134 89
                                    

Hai, hai, hai!!
Yang kangen aku sini peluk online dulu <3

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya, okey!

HAPPY READING

•••••

“Minum buat lo.”

Thank you.

“Kapan mulai latihan?”

“Hari ini, minggu depan kita harus belajar buat ulangan. Mungkin agak siangan nanti. Pagi ini gue mau belanja bulanan.”

Tezza mengangguk paham.

Minggu pagi yang cerah, tepatnya pukul enam lebih tiga puluh menit. Altea berencana akan bersepeda sampai taman komplek, kebetulan sekali Tezza juga berada di sana bersama skateboard-nya, bahkan ia sampai di taman sedari pukul lima lebih tiga puluh menit.

Kini mereka sedang beristirahat di pendopo dekat taman setelah dua puluh menit berkeliling komplek bersama. Termasuk momen yang langka karena biasanya mereka selalu berdebat.

“Di rumah lo?” tanya Tezza lagi.

“Iya, sekalian jaga adik gue. Ayah sama Bunda kan kerja,” jawab Altea kemudian meneguk minumannya.

“Ngomong-ngomong, Za.”

“Hm.”

“Lo… mau antar gue nggak?” tanya Altea hati-hati.

“Ke supermarket, belanjanya macam-macam jadi nggak bisa beli di minimarket depan, kurang lengkap. Bisa nggak?”

“Adik lo gimana?”

“Jam segini dia masih tidur, biasanya sekitar jam sepuluh baru bangun.”

“Oke, gue antar.”

Altea tersenyum senang, “Beneran?”

“Iya.”

Altea cengengesan, “Wih, makasih, lho. Tumben lo mau, biasanya ngurung diri di rumah.”

“Lagi nggak ada kerjaan.”

“Emang kerjaan lo apa setiap hari libur?”

“Eksperimen.”

Tawa Altea seketika pecah. “Hah? Hahaha. Sok-sokan lo, pake eksperimen segala. Rumah lo meledak baru tahu rasa, hahaha.”

“Lihat aja hasilnya nanti.”

Altea terkekeh geli, “Ya udah, gue tunggu hasil eksperimen lo.”

“Yuk, balik!” Tezza bangkit lantas menepuk celana belakangnya guna membersihkan debu yang menempel. Kebetulan pendopo yang mereka tempati sedikit kotor.

“Ngapain?”

“Katanya mau ke supermarket.”

Altea menggeleng, “Gue masih mau keliling, lo duluan aja.”

Tezza menatap gadis bernetra coklat itu dengan tajam, “Sekarang atau nggak sama sekali.”

“Nggak ikhlas lo ngantarnya?”

“Takut adik lo keburu bangun, cepet!”

Altea mengerucutkan bibirnya kesal, “Iya, bawel!”

♉♉♉

Tezza menatap jengah gadis berbaju putih di hadapannya ini. Sudah hampir dua jam mereka berjalan kesana kemari, troli supermarket pun sudah penuh.

“Altea, lo mau sampai kapan di sini?”

TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang