Chap 2

41 3 1
                                    




"Lepaskan aku!!!" suara teriakan perempuan terdengar begitu nyaring diruangan yang sempit , kumuh dan juga gelap. Dirinya terus mencoba untuk melepas cengkraman kuat dari seorang pria bertubuh tegap pada rambutnya.

                Seorang pria yang mengenakan pakaian formal terlihat berjalan mendekati perempuan tersebut. Dirinya berjongkok  dan menatap perempuan didepannya dengan dingin.

                "Katakan padaku dimana keluarga jeon sekarang heejin-ssi" suara bass yang terdengar begitu menuntut membuat tangisan heejin semakin besar. Sudah tidak ada lagi tenaga untuk berteriak. Tidak ada yang bisa menolongnya. Heejin menatap pria tersebut dengan tatapan memohon.  "Kumohon lepaskan aku taehyung-ssi hiks,, kumohon" lirih heejin.

PLAKK!!

                Taehyung mendaratkan tamparan yang sangat kuat. Tidak perduli jika yang ada didepannya hanya seorang gadis yang memiliki tubuh jauh lebih kecil darinya. Tangisan heejin terdengar semakin nyaring.

                "Eomma, Appa ,, hiks bangun hiks" heejin menatap kedua orang tuanya yang sudah tidak bernyawa. Dengan darah yang sudah mengotori lantai diruangan yang sempit dan gelap tersebut. Tidak perlu ditanya siapa pelaku pembunuhan kedua orang tuanya. Taehyung tanpa belas kasihan langsung memerintahkan kedua anak buahnya untuk membunuh kedua orang tua heejin saat mereka menginjakkan kaki diruangan ini.

               "Katakan dimana keluarga jeon berada sekarang" ulang taehyung kembali. "Mereka sudah tidak di busan lagi .. hiks.. me-mereka ada di seoul sekarang" ucap heejin lemah. Dia sudah tidak bisa menutup mulut lagi. Nyawa dia berada di ujung tanduk sekarang. 'Maafkan aku' batin heejin. Dirinya merasa bersalah telah memberitahu keberadaan keluarga jeon kepada taehyung.

.

.

.

"YAA !!! PARKK JIMINNNN!!!!" teriakan jungkook kembali terdengar di ruangan pribadi milik park jimin. Setelah sadar dari tidur panjangnya,  jimin langsung mengajaknya untuk bermain game. Jungkook hanya menuruti permintaan jimin.

Jungkook sungguh menyesal telah menuruti kemauan jimin untuk bermain. Pasalnya pria itu terus saja menggangunya. Jimin tidak peduli jika dirinya kalah, sedari tadi pria itu terus terusan menyentuh hidung jungkook atau tidak mengacak rambut jungkook. Hal itu benar-benar berhasil membuat kesabaran jungkook hilang.

"hahahaha" jimin hanya tertawa nyaring melihat ekspresi kesal jungkook.

"Aku mau pulang" jungkook berdiri dari duduknya. Meninggalkan jimin yang masih tertawa karena wajah kesal jungkook yang terus menerus kalah.

.

.

Jungkook berjalan lunglai. Setelah mengambil semua barangnya dikelas. Jungkook harus berjalan menuju halte bus. Untung sekolah dan jarak halte tidak begitu jauh.

"Hahh" entah sudah berapa kali suara helaan nafas keluar dari bibir jungkook. Dirinya benar-benar tidak bersemangat untuk pulang. Rumahnya tidak lagi hangat.

"Jeon jungkook-ssi?" jungkook terkejut saat mendengar suara deep disebelahnya.

"Si-apa?" tanya jungkook ragu. Jungkook tidak bisa melihat dengan jelas wajah didepannya. Karena pria tersebut menggunakan jas serba hitam, topi dan masker yang berwarna sama.

"Saya mendapatkan perintah dari tuan jeon untuk menjemput anda" jungkook menatap heran. Ayahnya ? bukankah mereka sudah jatuh begitu miskin. Tidak mungkin ayahnya sanggup untuk membayar orang hanya untuk menjemputnya.

Jungkook mengambil ponselnya. Dirinya harus memastikan terlebih dahulu.

"Appa, apa kau –

"Orangnya sudah menjemputmu jungkook-ah? Ikut saja, appa menunggumu sekarang" belum selesai jungkook bertanya sang appa sudah memutuskan percakapan terlebih dahulu.

8 STEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang