Sudah memasuki hari kedua masa orientasi siswa. Aku mulai berbaur dengan teman-teman lainnya. Aldi sudah tidak lagi terlambat masuk kelas. Aku dan Aldi berkenalan dengan teman belakang bangku kami, namanya Aiman dan Yuda."Kalian satu SD?" tanya Aiman padaku.
"Oh, nggak. Kebetulan rumah kami dekat, kami juga baru kenal kemarin," ucapku menjelaskan.
"Oh, ya? Kalian akrab banget," Yuda ikut membalas. Aku dan Aldi hanya tersenyum.
Memang benar, baru saja satu hari berkenalan dengan Aldi, rasanya sudah seperti seribu tahun berkenalan. Aldi sangat baik dan asik diajak ngobrol. Apalagi, setelah aku tahu bahwa dia sangat suka menulis lagu. Lagu-lagu buatannya unik dan cenderung aneh.
"Ini baru beberapa, nanti aku mau bikin lagu baru bareng kamu, ya!" ucap Aldi. Begini salahsatu lagu buatannya.
Ada ikan ada beruang
Ikan suka dimakan beruang
Beruang suka makan ikan
Kata beruang ikan enak...Ikan dan beruang
Bermusuhan tapi dekat
Ikan salmon meloncat
Beruang menangkap"Hahaha woy mana ada lirik lagu begitu," aku terkekeh melihat ekspresi wajah Aldi yang meresapi makna lagunya.
"Ini kubuat saat lagi boker, tau! Kamu harus menghargainya!" Aldi memajukan bibirnya ke depan, ia cemberut.
"Iya, bagus lagunya. Suatu saat pasti lagunya masuk go international," aku mengepalkan tangan sebagai tanda keseriusan. Walau liriknya cenderung aneh, melodi lagunya sangat enak didengar dan mudah di terima telinga.
Waktu menunjukan pukul 3 sore. Beberapa siswa sudah mulai pulang, ada yang dijemput keluarganya atau bahkan naik angkutan umum.
"Kayaknya Ibu nggak akan jemput aku," kata Aldi menghela napas.
"Wah sama, ayahku juga nggak jemput. Kita pulang naik angkutan umum saja yuk!" aku sangat bersemangat.
"Emang kamu tahu pake angkot yang mana?" Aldi cemas, sudah kayak orang mau di culik.
"Hm, katanya sih pake Angkot warna biru, tapi aku belum pernah," ucapku dengan sangat percaya diri.
"Ntar kalau kesasar gimana Dinar! Aku nggak mau ah!" Aldi terus-terusan mengecek gawai android berukuran kecil warna putih tanpa casing miliknya. Masih berharap ibunya berubah pikiran untuk menjemputnya.
"Ayo ah lama, kayak cewe!" aku menarik tangan Aldi, namun dia malah mencengkram lenganku.
"Sakit bego!" aku menebas tangan Aldi yang terlalu kuat.
"Jaminannya apa bisa bikin aku sampai ke rumah dengan selamat?" tanyanya.
Aku menghiraukannya. Dasar bocah.
Aku dan Aldi menaiki angkot berwarna biru. Sebelumnya, sudah kupastikan bertanya pada supir tentang arah rumah kami. Aldi sangat payah. Ia persis seperti gadis umur 10 tahun yang pemalu dan penakut. Ditambah lagi kacamata bulat dan kulit putihnya membuatku gemas.
"Din, besok hari terakhir OSPEK, aku bisa bareng kamu lagi nggak, ya?" tanyanya tiba-tiba.
"Besok pemilihan kelas, ya? Berdoa saja supaya sekelas sama aku. Kalau nggak bisa sekelas, aku janji kok bakal sering ketemu kamu," aku menunjukan jari kelingkingku, aku berjanji pada Aldi untuk selalu tetap bersama.
Tak terasa angkot sudah sampai di depan komplek rumahku.
"Kiri, Om!" aku turun duluan, di susul Aldi dari belakang.
"Mau mampir kerumahku?" aku berusaha menawarkan.
"Besok saja din, dah!" Aldi berlari cepat untuk segera pulang karena takut kesorean katanya.
Sesampainya di rumah, aku merebahkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamar. Memikirkan Aldi. Rasanya baru dua hari aku dan Aldi berkenalan, namun kami sangat akrab. Tiba-tiba saja notif gawaiku berbunyi.
Heyyo what's up bro
16.04Begitu tulisan dari layar gawaiku. Ah ini pasti Aldi. Baru setengah jam yang lalu kami bertemu. Apa tidak cukup obrolan kami di kelas dan perjalanan sampai-sampai harus nge-chat?
Apaan? Kangen banget sampe nge-pc? 16.04
Tidak perlu menunggu menit, Aldi sudah membalas pesanku. Tak terasa sudah hampir dua jam kami chatting dan sekarang sudah memasuki adzan maghrib.
Aku mengemas keperluan sekolah untuk esok hari. Buku tulis bigboss tiga buah, tempat pensil yang sudah berisi lengkap, serta tas ransel warna cokelat bermotif bunga warna putih. Besok hari pertama aku menggunakan seragam resmi Sekolah Menengah Pertama, dengan atasan kemeja putih berlogo OSIS warna kuning dan rok rampel warna biru tua selutut. Aku tidak sabar menggunakannya, juga tidak sabar bertemu Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN
Teen Fiction"Harusnya dari awal aku tahu, kamu nggak pernah suka atau tertarik sama aku. Tapi kenapa setiap natap mata kamu, seolah bikin aku tenang dan merasa aman?" Kamu buat aku mengerti apa rasanya dicintai, kamu juga yang buat aku paham apa rasanya dikhian...