BAB VI

50 11 9
                                    

Din, cara deketin cw tuh gimana sich?
22.00

Aldi tiba-tiba saja mengirimiku pesan melalui line. Sudah lama ia tidak memberiku pesan. Entah kesambet apa anak ini, pukul sepuluh malam belum tidur. Biasanya, setelah adzan isya saja ia sudah mengantuk, bahkan sampai harus mengerjakan PR-nya di sekolah keesokan paginya. Tapi itu tidak masalah bagi murid pintar seperti Aldi, tidak sampai sepuluh menit pasti selesai.

Hah? Kamu suka cowo? Sesat banget
22.02

Enk aja! cewe woy! aq msh normal
22.02

Lagian pake disingkat segala. Knp?
22.04

Kyny aq lg sk sm cw nich. Cara ngechat dia biar dia nyaman gmnaah y?
22.04

Typingmu itu loh, Al, ga ganteng bgt. Cewe bakalan ilfeel, masih untung aku tahan ngadepin kamu
22.11

Malesin, u lama balesna, bsk sjaa lah kita omongin
22.11

****

Jam lima pagi, Aldi dan ibunya datang ke rumahku. Mereka berbincang di ruang tamu dengan ayah dan ibuku. Aku hanya mengintip dari lantai dua, melihat ke bawah tepat di ruang tamuku berada. Tidak tertarik buat mendengarkan, aku langsung masuk lagi ke kamar untuk bersiap-siap melaksanakan sholat subuh. Keluarga Aldi memang suka ke rumahku pagi-pagi, atau lebih tepatnya rumah keluargaku, untuk mengantarkan masakan karena masak terlalu banyak atau sekedar memberi surat dari kelurahan, yang aku tidak pernah tau apa isinya. For your information, ayahnya Aldi adalah 'Pak Lurah' di kelurahan kami.

"Dinar cepetan sarapan," ujar Ibu dari ruang makan. Terlihat satu piring besar nasi goreng yang cukup dimakan untuk empat orang. Juga dua gelas susu sapi putih di taruh di meja.

"Lho? Kenapa ada dua gelas?" tanyaku heran. Soalnya, hanya aku yang suka minum susu sapi di rumah, jadi Ibu hanya membuatkan satu gelas saja. Dan hari ini, dua gelas penuh susu sapi ada di meja.

"Tuh ada Aldi, sarapan bareng Aldi sana. Hari ini ayah ibunya berangkat ke luar kota mendadak, jadi di antar sama Ayah pake mobil," ujar Ibu menjelaskan.

"Oh, ya, tante. Pulang sekolah aku bakal telat pulang sama Dinar, mau main dulu, nggak apa-apa?" Seketika aku menoleh ke sumber suara, mengingat-ingat sejak kapan aku punya janji dengan Aldi? Aku membelalakan mata, menaikan alis, mendongakan dagu ke atas sambil menatap wajahnya dengan bingung.

"Iya, asal pulangnya sama kamu, tante percaya," kata Ibu yang sama sekali tidak khawatir denganku jika bareng sama Aldi. Ibu langsung memberikan aku dan Aldi masing-masing satu kotak bekal makanan berisi kentang goreng.

"Kesukaanmu nih," ucapku sambil memasukan kotak bekal ke dalam tas Aldi.

*****

Pelajaran pertama adalah sejarah indonesia. Bu Dewi gurunya. Selalu sukses bikin seisi kelas mengantuk dengan suaranya yang pelan. Tidak cukup kedengeran sampai bangku belakang. Kalau ngasih tugas setumpuk, harus ditulis tangan dan tidak boleh pakai pulpen warna-warni pula. Catatan sejarahku jadinya warna hitam semua, bikin tidak bersemangat dan tidak nempel ke otak sama sekali kalau catatannya monokrom begini.

"Malesin banget ew," tiba-tiba saja Clara yang duduk di sampingku nyeletuk pelan. Tangannya disilangkan di dada sambil duduk sila di kursi. Pulpennya ia jadikan sebagai penyangga rambut, bukunya ia buka tapi tidak menulis apapun. Sama sekali tidak memperhatikan pelajaran.

"Heh ntar keliatan Bu Dewi! turunin kakinya!" ujarku. Melihat Clara yang malas-malasan begitu, aku jadi ikutan malas, juga mengantuk. Di tambah lagi, posisi bangkuku yang paling belakang. Ku lihat Aldi sangat fokus memperhatikan Bu Dewi, aku bahkan tidak tau materi apa yang Bu Dewi ajarkan saat ini. Biarlah, contek saja catatan Aldi pulang sekolah nanti, batinku.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang