Motor matic itu berhenti di depan rumah gadis cantik yang duduk di belakang motor Septian. Turun lalu membuka helm, dan memberikan kepada sang empu helmnya.
"Tengkyu Yan, nanti gue beliin basreng Bi Dede ya." Rara mengeluarkan jurus sogokannya karna telah memberinya tumpangan.
"Yang banyak, ga mau tau." Sambil menyimpan helm di jaring jok belakang supaya tidak jatuh.
"Siap kapten. Duluan Yan." Berlarian membuka gerbang lalu menutupnya. Suara mesin motor terdengar, lalu menghilang.
Setelah menutup gerbang, Rara berbalik dan melihat mobil asing terparkir di depan teras rumahnya. Apakah papanya membeli mobil baru? Sepertinya tidak mungkin, melihat mobil itu sudah terkena baretan walau hanya sedikit bahkan tak terlihat, ataukah ada tamu? Rara memilih untuk melanjutkan langkahnya memasuki rumahnya.
"Assalamualaikum." Salam itu nyatanya di jawab oleh dua pria paruh baya, yang sedang bercengkrama. Ternyata opsi ke dua yang menjawab pertanyaan di teras tadi, ada tamu.
"Waalaikumsalam." Komplak sekali menjawabnya. Rara menghampiri kedua pria itu, lalu mencium punggung tangan mereka secara bergantian.
"Ra kenalin ini Om Feri, temen papa." Orang yang di perkenalkan itu menampilkan senyuman manisnya, cukup menawan untuk pria berumur seperti om Feri ini.
"Andira Om." Memperkenalkan dirinya sambil membungkukan badannya dengan sopan.
"Yaudah pah Rara ke dalem dulu ya, mau bersih bersih." Izin Rara kepada sang Ayah, dan sang ayah hanya menggangguk pertanda ia memperbolehkan anaknya untuk menuju kamarnya.
"Mari om." Lanjutnya, lalu berbalik menuju kamarnya menaruh semua barang barangnya lalu beranjak ke kamar mandi untuk Ritual mandinya.
,- honest
Setelah ia menghabiskan waktu untuk membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Kini Rara turun kebawah menuju dapur untuk mengambil segelas air putih untuk ia minum.
Dilihat tamu papanya sudah tidak ada di ruang tamu, artinya Om Feri sudah pulang. Lalu di mana papanya? Biasanya jam segini ia berada di ruang tengah untuk menonton televisi atau sekedar membaca koran.
Ia menarik pintu kulkasnya, lalu menarik sebotol minuman dingin yang masih rapat tertutup oleh tutup botolnya. Lalu menarik pintu kulkas sebelahnya dan mengambil dua ciki dari sekian banyaknya ciki yang tertata rapi dalam kulkasnya.
Ia menaiki anak tangga, dan melihat adiknya keluar dari kamar. "Mau kemana?" Tanyanya, melihat adiknya menuruni anak tangga.
"Mau ambil makanan." Jawab bocah cilik itu. Rara lantas memberikan salah satu ciki yang ia ambil, lalu memberikan kepada adiknya.
"Buat aku?" Bingung kenapa kakanya memberi ciki yang diambil kakanya di kulkas. Lantas Rara hanya mengangguk sebagai jawabannya. Senyum lelaki cilik itu mengembang, lalu mengambil ciki di tangan Rara sebelum kakanya itu berubah pikiran.
"Makasi ka." Lanjutnya membalikan tubuhnya berlari kecil menuju kamarnya lalu membuka pintu itu dan menutupnya.
Itu pula yang dilakukan Rara, berjalan menarik knock pintu lalu menutupnya. Ia membuka botol minumnya, duduk di samping ranjangnya dan meneguk minuman itu sampai sisa setengahnya.
Lalu membuka layar kunci Hand phone nya, menuju ke aplikasi Instagram miliknya. Ia akan bermain ponsel sampai ada yang memanggilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
honest
Teen Fiction{Mengandung kata kata kasar di dalamnya dan beberapa bahasa daerah.} Gadis yang beberapa bulan menempati sekolah baru, kini harus berpindah sekolah lagi dan jauh dari ke dua orang tua kandungnya. Gadis itu kini tinggal bersama kedua orang tua angka...